Pariwara

Followers

Kenapa Beladiri Harus Memakai Masker

Posted by Yonatan Adi on 6:08 PM

Kira-kira tiga minggu yang lalu (sebelum artikel ini ditulis -red), ibu mertua bersama dengan kakak ipar saya menghadiri sebuah acara arisan ibu-ibu PKK (jangan tanya kenapa di masa PSBB kok bisa diadakan acara kumpul-kumpul untuk arisan, wong saya sendiri juga heran ;D).

Dalam acara tersebut, ibu mertua dan ipar saya (yang tentu saja memakai masker) mendapat semacam sindiran dari salah seorang peserta arisan yang sudah cukup senior (mungkin kalau di seni beladiri Jepang beliau ini setara dengan seorang hanshi ;p). Kurang lebih seperti ini: "Kalau keluar rumah kita memang harus pakai masker, tapi ndak usah berlebihan, kalau cuma keluar rumah untuk beli sayur di mlijo (tukang sayur keliling) atau menyiram tanaman saja saya kira tidak perlulah pakai masker."

Memang selama masa pandemi covid-19 ini saya--sebagai seorang yang sedikit paham dengan masalah kesehatan--mengharuskan seluruh keluarga saya untuk memakai masker setiap kali keluar rumah meskipun tidak terlalu jauh ataupun cuma mak bedunduk (terj: sebentar) saja. Sehingga setiap kali keluar rumah--meskipun cuma untuk membeli sayuran di tukang sayur ataupun guna menyirami tanaman--seluruh keluarga saya tidak terkecuali ibu mertua saya ini selalu memakai masker.

Tapi yang bikin saya ngelus dada adalah tidak ada seorangpun di lingkungan kami yang seolah peduli dengan anjuran pemerintah ini dan tetap nekat keluar rumah tanpa ber-masker. Banyak sekali alasan yang mereka kemukakan untuk tidak memakai masker, mulai dari 'pakai masker bikin sesak' lah (sejak kapan ya pakai masker bikin sesak napas?), 'kemenyek (kebanyakan gaya)' lah, 'merasa sehat' lah, sampai dengan 'tidak takut dengan corona' (what??). (jangan ikutan ngelus dada saya lho ya ;D)

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa sih bisa muncul alasan-alasan semacam itu? Jawabannya ada dua menurut saya, yang pertama: penduduk +62 memang paling jago kalau disuruh bikin alasan (buktinya mengemukakan tidak hanya satu, tidak hanya dua, tetapi 34 alasan untuk ngeles dari latihan beladiri saja bisa), dan yang kedua: pengetahuan yang salah bahwa memakai masker itu fungsinya untuk melindungi diri kita sendiri.

Photo credit: darksouls1 | via needpix.com
Ya benar, berlawanan dengan pendapat umum, memakai masker tidak melindungi si pemakainya, (atau paling nggak tidak memberi proteksi 100 persen). Berbeda dengan sarung tinju yang melindungi kepalan tangan pemakainya, masker justru berguna untuk melindungi orang lain.

Kok bisa?

Sebelumnya kita perlu tahu bahwa penularan infeksi saluran napas, termasuk covid-19 ini, terjadi melalui droplet yaitu percikan cairan yang keluar dari mulut dan/ atau hidung kita pada saat kita batuk, bersin, ataupun berbicara. Droplet inilah yang kemudian diboncengi oleh sekutu... eh virus (ataupun bakteri) penyebab infeksi saluran napas. Apabila droplet tersebut terhirup oleh (atau terjadi kontak antara droplet tersebut dengan selaput mata) orang yang sehat, maka orang tersebut bisa terinfeksi dan menjadi sakit. Nah, dengan memakai masker--apabila kita bersin, batuk, ataupun berbicara--droplet akan tertahan di bagian dalam masker dan dengan begitu mencegah droplet tersebut agar supaya tidak terpercik kemana-mana.

Sekarang coba kita balik...

Apabila ada seseorang (yang tidak memakai masker) bersin, batuk, ataupun berbicara di dekat kita, sebagian droplet yang dihasilkan oleh doski tentunya akan muncrat ke arah diri kita. Meskipun kita memakai masker, droplet tersebut pastinya akan ada yang terpercik ke arah mata dan juga menempel di bagian luar dari masker yang kita kenakan. Seandainya orang tersebut sudah menderita covid-19, di dalam droplet tersebut pasti terkandung virus yang bisa ikut terhirup sewaktu kita bernapas.

Jadi, alih-alih merasa tersinggung karena orang lain memakai masker di dekat kita {dan berpikiran "lapo seh nggawe masker, koyo aku penyakiten ae" (terj: kenapa sih pakai masker, kayak aku pesakitan saja)}, seharusnya kita merasa tersanjung (bukan sinetron) karena orang itu justru sangat peduli dengan diri kita. Ingat bahwa terkadang covid-19 ini tidak menunjukkan gejala sakit apapun, kadang kala kita terlihat seperti orang yang sehat namun ternyata membawa virus corona di dalam tubuh kita, atau mungkin kita sudah terinfeksi namun belum sampai sakit (sedang dalam masa inkubasi)--apabila saat itu kita tidak mengenakan masker maka kita akan berpotensi menularkan virus tersebut kepada orang lain.


__________

Ngomongin soal masker, anggapan salah (bahwa memakai masker melindungi pemakainya) seperti ini juga sering dialamatkan ke seni beladiri. Banyak orang beranggapan bahwa seni beladiri--sesuai dengan namanya--berguna hanya untuk diri kita sendiri. Anggapan ini memang tidak salah namun juga tidak sepenuhnya benar.

Kalau Anda belum tahu, istilah "seni beladiri" adalah terjemahan dari kata "budo" dalam bahasa Jepang. Kalau kita gali lebih dalam lagi, karakter "bu" dalam budo--yang secara harfiah berarti "menghentikan (dua) tombak"--memiliki makna menghentikan pertikaian atau perselisihan. Jadi, seni beladiri tidak hanya berguna untuk diri kita sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain dan bahkan demi khalayak ramai. [Untuk lebih jelasnya silakan baca postingan saya sebelumnya tentang apa sih beladiri itu.]


__________

Gimana? Masih berpikiran kalau memakai masker itu egois?

Kalau masing-masing dari kita mau memakai masker, maka kita sudah saling melindungi dan saling mendukung satu sama lain. Dan dengan saling mendukung akan terwujudlah manusia (bukan hanya masyarakat) yang utuh, karena itulah arti sesungguhnya dari kata manusia atau "hito" (kanji: ) dalam bahasa Jepang--dua garis yang saling bersandar dan saling mendukung satu sama lain.


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 6:08 PM

2 komentar:

  1. Bang sering2 post ya bagus banget tulisannya :")
    Rafli -dojo karate aski bandung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih bang Rafli. Ide sedang buntu nih, mungkin gara2 kebanyakan pakai masker ;D.

      Delete

Copyscape

Protected by Copyscape
Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB