Pariwara

Followers

0! = 1, Anomali Seni Beladiri

Posted by Yonatan Adi on 2:54 PM

Masih ingatkah Anda dengan salah satu materi dalam mata pelajaran matematika yaitu faktorial?

Bagi yang sudah lupa, faktorial dari bilangan bulat positif n (yang dilambangkan dengan n!) adalah produk dari semua bilangan bulat positif yang kurang dari atau sama dengan n.
 
Kalau dirumuskan: 
 
n! = n x (n - 1) x (n - 2) x ... x 1

Contoh 1:
3! = 3 x (3 - 1) x (3 - 2) = 3 x 2 x 1 = 6

Contoh 2:
4! = 4 x (4 - 1) x (4 - 2) x (4 - 3) = 4 x 3 x 2 x 1 = 24

Kalau kita lihat contoh ke 2 di atas, operasi perkalian yang saya cetak tebal yakni 3 x 2 x 1 adalah sama dengan 3!, sehingga 4! = 4 x 3! atau kalau dirumuskan n! = n x (n - 1)!

Rumus kedua inilah yang kemudian menimbulkan 'masalah'.

Berdasarkan pengertian faktorial yang sudah saya tuliskan di awal postingan ini, dapat kita ketahui bahwa 1! = 1, akan tetapi kalau angka 1 ini kita masukkan ke dalam rumus (kedua) tersebut:
1! = 1 x (1 - 1)! = 1 x 0!
Dan karena 1! = 1, maka 0! mau tidak mau juga harus sama dengan 1.

Disinilah letak 'masalah'-nya: pertama tidak ada bilangan bulat positif yang kurang dari 0; kedua angka 0 sendiri bukanlah bilangan bulat positif; sehingga semestinya angka 0 tidak bisa di-faktorial-kan. Inilah yang saya sebut sebagai anomali faktorial (kendati tidak ada satupun ahli matematika yang menyebutnya demikian ;D).
 
 
 
__________
 
Bicara mengenai anomali, pernyataan dari seorang penulis Romawi abad ke-4 yang bernama Vegetius: "si vis pacem, para bellum" (yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa gahul: kalau ente menginginkan perdamaian, ente harus siap berperang) adalah anomali-nya anomali.
 
Mau damai kok harus siap berperang, kan aneh bingitz, ya nggak sih?
 
Ilustrasi anomali. Gambar dari PxHere
Bukannya perang itu antitesis dari perdamaian? Kalau seseorang atau suatu negara siap untuk berperang (atau bertikai), bukankah orang atau negara tersebut anti perdamaian alias tidak cinta damai?

Eits, tunggu dulu, 'siap untuk berperang' tidak sama dengan 'berperang'. Kalau seseorang (atau suatu negara) kerjaannya perang melulu maka memang benar bahwa orang (atau negara) tersebut tidak cinta damai (meskipun tidak semuanya demikian). Akan tetapi, kalau negara (atau orang) tersebut hanya mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ataupun (kalau terpaksa) memulai peperangan, maka negara (atau orang) tersebut justru adalah pencinta damai.

Kok bisa?

Kalau seseorang, sekelompok orang, ataupun suatu negara siap untuk berperang dalam artian sanggup memulai dan atau terlibat dalam suatu peperangan (atau pertikaian, perselisihan, kekerasan, atau apapun Anda menyebutnya) namun memilih untuk tidak melakukannya, bukankah itu artinya mereka cinta damai? (Jawab: iya ;D)

Kita balik saja seperti ini: Anda sedang berselisih dengan seseorang. Dalam suatu perselisihan Anda (dan juga "lawan" Anda) akan selalu memiliki 2 pilihan, menyelesaikan perselisihan tersebut dengan damai atau dengan jalan kekerasan. Anggap saja Anda sama sekali tidak memiliki kepandaian untuk berkelahi, sehingga Anda--meskipun pihak sebelah sudah terang-terangan memilih jalan kekerasan--tetap keukeh 'memilih' jalan damai karena Anda tahu 100% bahwa Anda pasti akan kalah kalau perselisihan itu diselesaikan dengan cara kekerasan.
 
Apakah dengan begitu Anda bisa disebut cinta damai?

Lain ceritanya kalau Anda punya keterampilan beladiri dan 99% yakin akan bisa mengatasi tindak kekerasan dari pihak "lawan" namun Anda tetap memilih jalan damai.

Itulah sebabnya, berlawanan dengan opini umum, praktisi beladiri (yang terlatih--dan terdidik--dengan baik) adalah seorang yang cinta damai. Bukankah bisa saja seorang praktisi beladiri memilih jalan kekerasan untuk setiap masalah yang dihadapinya? Dan bukankah mereka selalu memilih untuk tidak melakukannya?

Dan sebelum Anda berpikiran salah, memilih jalan kekerasan disini bukan berarti main jotos sana-sini, sama sekali bukan, jalan kekerasan yang saya maksud adalah meladeni apabila pihak seberang memulai terlebih dulu suatu tindak kekerasan (memukul misalnya) dengan tindak kekerasan pula.
 
Seperti ucapan Gichin Funakoshi, salah seorang tokoh beladiri modern paling berpengaruh: "karate ni sente nashi", seorang karateka (atau dalam hal ini seorang praktisi beladiri) tidak akan melakukan serangan sebelum pihak lawan berinisiatif terlebih dulu untuk menyerang. Dan tentu saja respon balasan dari seorang praktisi beladiri adalah suatu respon terukur yang tujuannya bukan untuk menghabisi lawan melainkan untuk membuat pihak lawan tidak berminat lagi untuk melanjutkan perkelahian. Fusatsu katsujin, tidak membunuh namun menguatkan.

Menurut saya sih itu cinta damai, ngga tahu dengan Anda.
 
Sebagai penutup, ada quote yang berbunyi: "Kalau Anda mampu menyakiti orang lain namun memilih untuk tidak melakukannya, Anda adalah seorang yang cinta damai; akan tetapi, kalau Anda tidak mau menyakiti orang lain karena Anda memang tidak mampu melakukannya, Anda tidak bisa disebut cinta damai karena akan lebih tepat kalau Anda disebut L-E-M-A-H."


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:54 PM

2 komentar:

Copyscape

Protected by Copyscape
Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB