Pariwara

Followers

Seni Beladiri, si Pedang Bermata Dua

Posted by Yonatan Adi on 3:05 PM

Anda tentunya pernah mendengar ungkapan yang berbunyi: "bagai pedang bermata dua", bukan? Ungkapan yang berarti memiliki dua sisi yang berdampak positif dan negatif ini sangat klop dengan keadaan dunia khususnya Indonesia saat ini.
 
Sekarang ini pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya menggalakkan vaksin covid untuk menekan angka penyebaran penyakit ini. Vaksin inilah yang saat ini menjadi pedang bermata dua yang saya maksudkan.
 
Kok bisa?
 
Banyak orang yang telah menerima vaksin merasa bahwa dirinya sudah memiliki kekebalan terhadap covid-19. Tidak sepenuhnya salah sih, tetapi tidak sepenuhnya benar juga. dr. Lysette Cardona, MD, spesialis penyakit menular di Stuart, Florida mengingatkan kita agar tidak lengah. Meskipun sudah divaksin masih ada kemungkinan kita terinfeksi virus. "Tidak ada vaksin yang memberikan perlindungan 100 persen terhadap penyakit, namun memberikan Anda kesempatan lebih baik untuk melawan konsekuensi menular dari terpapar virus  SARS-CoV2," tutur Cardona.

Karena merasa sudah kebal, mereka pun mulai mengabaikan protokol kesehatan, terutama kewajiban memakai masker di tempat umum. Padahal seperti yang diutarakan oleh dr. Cardona, kita masih bisa terinfeksi, dan (ini yang berbahaya) menularkan virus ini kepada orang lain.

Ya, benar, kendati sudah divaksin kita masih bisa menularkan penyakit ini kepada orang lain.

Studi yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menemukan bahwa vaksin covid menurunkan resiko infeksi sampai dengan 91 persen, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang sudah divaksin memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menyebarkan virus ke orang lain. Terungkap pula bahwa virus yang terdeteksi di hidung peserta studi 40 persen lebih sedikit dan terdeteksi enam hari lebih cepat daripada penderita covid-19 yang tidak divaksin.

Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi, seandainya orang yang sudah divaksin kemudian terinfeksi covid-19, virus tidak hilang sepenuhnya dan masih bisa terdeteksi di hidung penderita meskipun jumlahnya lebih sedikit serta masih bisa menyebarkan virus tersebut ke orang lain.

"Ah, seandainya pun saya menularkan virus kepada orang lain, bukankah mereka juga sudah divaksin jadi tidak akan menjadi sakit?". Ya memang benar... 

... kalau semua orang bisa divaksin.

Menurut SK Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Kementrian Kesehatan Nomor 02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Covid-19, terdapat beberapa golongan orang yang tidak boleh divaksin. Siapa sajakah mereka? Pertama, mereka yang berdasarkan pengukuran suhu tubuh calon penerima vaksin sedang demam (> 37,5 C), vaksinasi ditunda sampai pasien sembuh dan terbukti bukan menderita covid-19 dan dilakukan skrining ulang pada saat kunjungan berikutnya. Kedua, mereka yang berada dalam salah satu kondisi berikut:
  1. Pernah terkonfirmasi menderita covid-19.
  2. Ibu hamil atau menyusui.
  3. Mengalami gejala ISPA seperti batuk, pilek, sesak napas dalam 7 hari terakhir.
  4. Anggota keluarga serumah yang kontak erat, suspek, konfirmasi, sedang dalam perawatan karena penyakit covid-19.
  5. Memiliki riwayat alergi berat atau mengalami gejala sesak napas, bengkak, dan kemerahan setelah divaksinasi covid-19 sebelumnya (untuk vaksinasi kedua).
  6. Sedang mendapatkan terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah.
  7. Menderita penyakit jantung seperti gagal jantung, penyakit jantung koroner.
  8. Menderita penyakit autoimun sistemik seperti SLE, Lupus, Sjogren, vaskulitis, dan autoimun lainnya.
  9. Menderita penyakit ginjal.
  10. Menderita penyakit reumatik autoimun atau Rhematoid Arthritis.
  11. Menderita penyakit saluran pencernaan kronis.
  12. Menderita penyakit hipertiroid atau hipotiroid karena autoimun.
  13. Menderita penyakit kanker, kelainan darah, imunokompromais atau defisiensi imun, dan penerima produk darah atau transfusi.
  14. Menderita penyakit diabetes melitus.
  15. Menderita HIV.
  16. Memiliki riwayat penyakit paru seperti asma, PPOK, dan TBC.
Oke deh, sebelum tulisan ini menjadi semakin teknis, saya ingin mengatakan bahwa vaksinasi covid adalah pedang bermata dua karena di satu sisi menawarkan respon tubuh yang lebih baik dalam melawan virus corona, tetapi di sisi lain membuat orang menjadi abai dengan protokol kesehatan.

Gambar dari PxHere

Dan... (semestinya Anda sudah bisa menerka ;p) seperti halnya vaksinasi covid, seni beladiri juga bisa menjadi pedang bermata dua.

Di satu sisi seni beladiri menawarkan beberapa manfaat seperti kesehatan yang lebih baik, pengembangan diri, dan (tentu saja) untuk beladiri. Namun di sisi lain, seni beladiri bisa menyebabkan seseorang menjadi (sedikit) tidak peduli dengan keselamatan dirinya.

Dengan berlatih seni beladiri, kita akan memiliki semacam keyakinan bahwa kita akan mampu melakukan pembelaan diri apabila keselamatan kita, orang-orang yang kita kasihi, ataupun orang-orang disekitar kita terancam. Dan tentu saja itu bukanlah hal yang buruk. Akan tetapi, apabila keyakinan tersebut terlalu berlebihan, rasa yakin itu justru sangat berbahaya bagi keselamatan diri kita.

Kok bisa?

Sebelum menjawabnya, saya ingin sedikit bertanya: "Bagaimana perasaan Anda saat pulang dari dojo (tempat latihan) setelah selesai berlatih?" Rasa yakin akan bisa menghadapi semua ancaman di luar sana apapun bentuknya, betul?

Setelah berhasil mengatasi semua "ancaman" di dojo (bahaya seperti aktivitas fisik yang berat, "serangan" dari rekan latihan, ataupun bentakan dan juga makian dari pelatih), kita pun merasa akan mampu mengatasi ancaman-ancaman serupa di luar sana. Akibatnya kita pun mulai menyepelekan berbagai situasi yang bisa mengancam keselamatan diri kita. Pulang dengan tetap memakai dogi (seragam latihan) lengkap dengan obi (sabuk)-nya, memilih pulang melewati jalanan yang sepi daripada lewat jalur yang ramai karena jarak yang lebih dekat, petantang-petenteng karena tidak ada "bahaya" yang mampu menyentuh kita di dojo, adalah beberapa contoh situasi yang bisa membahayakan diri kita.

Kita lupa bahwa berbagai "mara bahaya" yang kita hadapi di dojo bukanlah bahaya yang sebenarnya. Kita tidak ingat bahwa ancaman yang sebenarnya jauh lebih sadis dan lebih brutal daripada "ancaman" yang kita hadapi di tempat latihan. Kendati kita bisa "lolos" tanpa terluka sedikitpun dari dojo, belum tentu kita akan bisa melakukannya di luar sana.

Itulah kenyataan pahitnya

Pertanyaan selanjutnya adalah adakah obat untuk mengatasi hal itu? Jawabnya adalah: ada. Buatlah latihan beladiri Anda serealistis mungkin, bukan dengan membawa masuk pisau, rantai besi, pentungan, pistol, peluncur roket, tank, ataupun benda-benda berbahaya lainnya ke dalam dojo, tetapi berlatihlah dengan pola pikir bahwa kita berlatih beladiri hanyalah untuk berjaga-jaga kalau-kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di luar sana, dan bukan untuk mencari-cari hal-hal yang tidak kita inginkan itu.

Setuju dengan saya?


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 3:05 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape
Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB