"Kiai" (dibaca ki-ai) dan "kisei" adalah dua istilah yang akan sering sekali kita dengar dalam seni beladiri terutama seni beladiri yang berasal dari Jepang. Tetapi, boro-boro membedakan keduanya, banyak juga lho yang belum tahu arti dari masing-masing istilah tersebut.
Sebuah sumber yang pernah saya baca menyebutkan bahwa "kiai" adalah ungkapan semangat/ spirit/ ki yang diwujudkan dalam bentuk teriakan, sedangkan "kisei" adalah ungkapan semangat/ spirit/ ki yang diwujudkan dalam bentuk postur tubuh.
Meskipun kedua pengertian tersebut ada benarnya, menurut saya masih sangat dangkal dan kurang menjelaskan arti sebenarnya dari kiai dan kisei itu sendiri.
Meskipun kedua pengertian tersebut ada benarnya, menurut saya masih sangat dangkal dan kurang menjelaskan arti sebenarnya dari kiai dan kisei itu sendiri.
Dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Jepang (ya iyalah), kata kiai dan kisei masing-masing terdiri atas dua karakter huruf kanji yaitu:
Sekarang mari kita perhatikan karakter kedua dari masing-masing kata tersebut.
- "ki" (気) dan "ai" (合) untuk kiai
- "ki" (気) dan "sei" (生) untuk kisei
Sekarang mari kita perhatikan karakter kedua dari masing-masing kata tersebut.
"Ai" dalam kiai berarti selaras/ harmonis. Jadi kiai berarti menyelaraskan/ mengharmoniskan tenaga/ energi.
Apa yang dimaksud dengan tenaga yang selaras?
Seperti yang Anda tahu, tenaga di dalam tubuh manusia itu ada dua macam yaitu tenaga luar dan tenaga 'dalam'. Tenaga luar kita dapatkan dari kekuatan tulang, tendon, dan otot, sedangkan tenaga 'dalam' berasal dari semangat, niat, dan kebulatan tekad kita.
Dua tenaga inilah yang harus kita selaraskan.
Dua tenaga inilah yang harus kita selaraskan.
Bagaimana caranya?
(Salah satu) caranya adalah dengan mengeluarkan 'teriakan' saat kita melakukan berbagai gerakan ataupun waza/ teknik dalam seni beladiri baik pada saat melakukan serangan maupun pada saat bertahan.
Akan tetapi... kalau kita hanya asal berteriak saja, tujuan dari kiai tidak akan tercapai. Teriakan tersebut harus "berasal" dari 'tanden' yaitu suatu titik di dalam tubuh yang terletak sekitar 5 sentimeter di bawah pusar. Mungkin agak sulit untuk dibayangkan, tetapi setelah kita tahu dan mengerti bagaimana "rasanya" berteriak dari tanden, hal itu akan menjadi kebiasaan baru yang bakalan mudah sekali kita lakukan.
Oh iya satu lagi, salah satu ciri kalau Anda ber-kiai dengan benar adalah tenggorokan Anda tidak akan sakit dan Anda juga tidak akan 'kehabisan suara' meskipun Anda 'berteriak-teriak'.
Akan tetapi... kalau kita hanya asal berteriak saja, tujuan dari kiai tidak akan tercapai. Teriakan tersebut harus "berasal" dari 'tanden' yaitu suatu titik di dalam tubuh yang terletak sekitar 5 sentimeter di bawah pusar. Mungkin agak sulit untuk dibayangkan, tetapi setelah kita tahu dan mengerti bagaimana "rasanya" berteriak dari tanden, hal itu akan menjadi kebiasaan baru yang bakalan mudah sekali kita lakukan.
Oh iya satu lagi, salah satu ciri kalau Anda ber-kiai dengan benar adalah tenggorokan Anda tidak akan sakit dan Anda juga tidak akan 'kehabisan suara' meskipun Anda 'berteriak-teriak'.
[Untuk pembahasan tentang kiai yang lebih lengkap Anda bisa membaca postingan saya yang berjudul Kiai? Apakah itu?]
Huruf "sei" (生) dalam kata kisei berasal dari kata "ikiru" (生きる) yang berarti hidup. Jadi kisei berarti hidup yang bersemangat, atau hidup yang bertenaga/ berenergi.
Huruf "sei" (生) dalam kata kisei berasal dari kata "ikiru" (生きる) yang berarti hidup. Jadi kisei berarti hidup yang bersemangat, atau hidup yang bertenaga/ berenergi.
Akan lebih sulit menjelaskan tentang kisei ini daripada kiai, tapi saya akan berusaha menjelaskannya sejelas mungkin.
Kisei adalah semacam 'aura' yang memancar keluar dari tubuh seseorang yang fisik dan/ atau mentalnya sudah terlatih dengan baik. Uniknya, kisei ini tidak hanya menjadi 'milik' seorang praktisi beladiri (yang terlatih tentu saja) saja tetapi juga bisa dimiliki oleh atlet olahraga selain beladiri, aktor/ aktris, pengusaha, maupun pemimpin perusahaan/ organisasi/ negara.
Kisei adalah semacam 'aura' yang memancar keluar dari tubuh seseorang yang fisik dan/ atau mentalnya sudah terlatih dengan baik. Uniknya, kisei ini tidak hanya menjadi 'milik' seorang praktisi beladiri (yang terlatih tentu saja) saja tetapi juga bisa dimiliki oleh atlet olahraga selain beladiri, aktor/ aktris, pengusaha, maupun pemimpin perusahaan/ organisasi/ negara.
Photo credit: johnhain |
Kendatipun berbeda satu sama lain, kisei dan kiai ini sebenarnya saling berhubungan. Kiai, kalau dilatih dengan benar dan rutin, akan berkembang menjadi kisei. Seorang praktisi beladiri yang sudah terlatih kiai-nya akan bisa melakukan serangan ataupun bertahan dari serangan tanpa harus mengeluarkan teriakan tetapi masih bisa menyelaraskan semua tenaga di dalam tubuhnya.
Demikian sedikit yang bisa saya bagikan, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment