Waktu itu saya sedang dalam perjalanan pulang dari dojo tempat saya berlatih.
Kebetulan beberapa saat sebelumnya hujan yang sangat lebat mengguyur kota M. Kendati saat itu hujan sudah reda, selokan-selokan tidak mampu menampung luapan air hujan sehingga air pun meluap dan meluber ke jalan.
Saya yang terbiasa menjaga kebersihan dan menghargai orang lain (yang dua-duanya saya dapatkan dari latihan seni beladiri betewe), menjalankan motor dengan kecepatan yang rendah karena tidak mau kecipratan air dan juga mencipratkan air ke orang lain. Tetapi... dari belakang saya melaju sepeda motor dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan saat motor tersebut menyalip saya, cipratan air yang cukup banyak mengenai celana dan kaki saya.
Saya yang terbiasa menjaga kebersihan dan menghargai orang lain (yang dua-duanya saya dapatkan dari latihan seni beladiri betewe), menjalankan motor dengan kecepatan yang rendah karena tidak mau kecipratan air dan juga mencipratkan air ke orang lain. Tetapi... dari belakang saya melaju sepeda motor dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan saat motor tersebut menyalip saya, cipratan air yang cukup banyak mengenai celana dan kaki saya.
Photo credit: Mesubrata hi |
Di saat itu pula saya tersadar, kenapa saya nggak memakai mantel hujan ya, padahal saya tahu kalau jalan yang akan saya lewati biasanya memang sering terkena luberan air dari selokan.
__________
Apa hubungan cerita saya di atas dengan seni beladiri?
Kita semua (setidaknya sebagian besar dari kita), tentunya tidak ingin dan juga tidak mau terlibat dalam perkelahian (atau pertikaian, atau pergumulan, atau apapun Anda menyebutnya). Tetapi ternyata tidak semua orang berpikiran sama seperti kita. Ada juga orang yang tidak peduli dengan sikap 'cinta damai' yang kita miliki, orang yang tidak takut dan bahkan suka mencari gara-gara juga tidak sedikit.
Nah, apa yang bisa (dan musti) kita lakukan kalau kita berjumpa dengan orang-orang seperti itu? Kita tentu saja harus mempersiapkan diri kita. Sama seperti kita bersiap-siap memakai mantel hujan supaya tidak kehujanan (dan basah kuyup), kita juga harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan terlibat dalam perkelahian, salah satunya dengan cara berlatih seni beladiri.
Seperti namanya, seni beladiri adalah suatu bentuk seni untuk membela diri dan bukan seni untuk mencari gara-gara. Wajib hukumnya bagi seorang praktisi beladiri untuk menggunakan ilmu beladiri-nya hanya dalam keadaan yang sangat terpaksa dan apabila tidak ada pilihan lain.
Anda mungkin berpikir kalau Anda tidak akan mungkin terlibat dalam perkelahian karena Anda merasa tidak punya musuh, tetapi perkelahian bisa terjadi dimana saja, kapan saja, dan kepada siapapun juga. Sama seperti saya yang sudah sangat berhati-hati supaya tidak terkena cipratan air, ehh... ternyata ada juga orang yang tidak peduli dengan hal itu.
Anda mungkin sudah sangat berhati-hati dalam bersikap, berbicara, dan bertindak supaya tidak menyinggung perasaan orang lain tetapi perkelahian tetap saja bisa terjadi. Kita tetap harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan tersebut sambil tentu saja tetap menjaga cara kita bersikap, berbicara, dan bertindak.
Saya kan perempuan, saya takut latihan seni beladiri akan membuat saya menjadi 'macho', lagian ada pacar/ suami saya yang melindungi saya.
Mbak, tidak semua laki-laki
Saya tutup postingan ini dengan wejangan dari salah seorang sensei saya:
"Kita bisa saja berlatih seni beladiri puluhan tahun dan tidak pernah terlibat perkelahian satu kali pun, tetapi bisa juga kita nggak berlatih seni beladiri tetapi besok dipukul orang."Jadi, mana yang Anda pilih?
0 komentar:
Post a Comment