Pariwara

Followers

"Triforce" dalam Seni Beladiri -- Shin - Gi - Tai

Posted by Yonatan Adi on 7:58 PM

Fix, ide bisa datang dari mana saja, termasuk ide untuk menulis postingan ini.

Ide ini saya dapatkan ketika saya sedang berkendara dan kebetulan disalip oleh sebuah mobil. Nah, di kaca belakang mobil tersebut tertempel sebuah stiker--yang entah si pemilik mobil tahu maksud dari stiker itu atau tidak--yang bergambar seperti ini:

Image dari commons.wikimedia.org
Anda yang gemar bermain game dan pernah memainkan game "The Legend of Zelda" pastinya akan langsung ngeh bahwa gambar tersebut adalah lambang dari "Triforce".

Bagi Anda yang belum tahu (kemana aja loe?), "triforce" adalah sebuah relik kuno dalam dunia "The Legend of Zelda". Dalam cerita "The Legend of Zelda", dikisahkan bahwa Ganondorf, seorang pemimpin dari suku Gerudo, tergoda dengan kekuatan "triforce" ini serta ingin menggunakan kekuatan tersebut untuk menguasai dunia.

Dengan "bantuan" dari Link dan Putri Zelda, Ganondorf pun berhasil memasuki "Sacred Realm" tempat "triforce" ini tersimpan. Ganondorf yang tidak mengetahui bahwa untuk bisa mendapatkan dan menguasai "triforce" secara utuh seseorang harus mempunyai tiga trait yaitu power, courage, dan wisdom yang seimbang (Ganondorf hanya memiliki dan terobsesi pada trait power), akhirnya berhasil mendapatkan "triforce of power" tapi akibatnya dia harus terjebak selamanya di dalam "Sacred Realm" dan wujudnya pun berubah menjijikkan (tanya mbah gugel kalau gak percaya ;D).

Dua bagian "triforce" yang lain yaitu "triforce of wisdom" dan "triforce of courage" kemudian memilih (secara berturut-turut) Putri Zelda (dan keturunannya) dan seorang pemuda (serta inkarnasinya--yang selalu bernama Link--yang terpilih menjadi pahlawan Hyrule) sebagai pemiliknya.

Lantas apa hubungan cerita "The Legend of Zelda" tersebut dengan seni beladiri?

Di dalam seni beladiri ternyata kita juga bisa menemukan konsep yang hampir mirip dengan konsep "triforce" ini yaitu "shin - gi - tai" (pikiran/ jiwa - teknik - tubuh).

Banyak orang berlatih seni beladiri untuk mendapatkan tubuh yang sehat, banyak orang berlatih seni beladiri untuk mendapatkan teknik-teknik yang dapat dipakai untuk membela diri, tetapi hanya sedikit orang yang belajar seni beladiri untuk mengembangkan jiwa yang sehat dan kuat.

Padahal seperti yang kita baca dari cerita "The Legend of Zelda" di atas, untuk bisa mendapatkan "triforce" secara utuh, seseorang harus memiliki keseimbangan antara power, wisdom, dan courage. Demikian pula dalam seni beladiri, untuk bisa mendapatkan esensi dari budo/ seni beladiri, kita harus melatih ketiga aspek (jiwa, teknik, dan tubuh) tersebut dengan seimbang. 

Sayangnya, sebagian besar dari mereka yang belajar seni beladiri hanya tertarik pada aspek fisik seni beladiri seperti tubuh yang sehat dan kuat serta teknik beladiri yang hebat dan keren. Hanya sebagian kecil saja yang mau belajar 'lebih dalam'. Hanya sedikit saja yang mau belajar aspek spiritual dari seni beladiri.

Padahal tidak sulit lho, caranya pun banyak, salah satunya adalah dengan melakukan meditasi.

Kalau Anda pernah membaca postingan saya yang berjudul "Cara Hidup ala Biksu Shaolin" (kalau belum Anda bisa membacanya disini), Anda akan tahu bahwa kegiatan sehari-hari para biksu tersebut dipenuhi dengan latihan seni beladiri dan meditasi (selain tugas sehari-hari dan pelajaran agama tentu saja).

Terlepas dari ajaran Zen Budhisme--yaitu sebagai langkah awal untuk mencapai pencerahan--meditasi terbukti mampu melatih serta menenangkan pikiran yang 'sibuk' (saya sudah membuktikannya sendiri) dan apabila dipadukan dengan latihan pernapasan (katanya sih) bisa digunakan untuk melatih ki serta meningkatkan penguasaan seni beladiri yang kita pelajari.

Seperti yang kita semua tahu, biksu shaolin terkenal di seluruh dunia sebagai pendekar kungfu yang tangguh. Mereka bisa 'kebal' dari tusukan benda tajam dan bisa tahan meskipun terkena hantaman benda tumpul. Semua "kesaktian" itu memang tidak didapatkan dalam waktu sehari semalam, butuh latihan yang keras serta waktu bertahun-tahun lamanya.

Saya memang belum pernah melihat (apalagi mengalami) cara/ metode latihan di kuil shaolin secara langsung, tetapi dalam komik Kenji, yang menggambarkan berbagai aliran kungfu secara akurat sehingga saya berasumsi bahwa penggambaran kungfu shaolin dalam komik tersebut juga akurat (fiuh... kalimat yang panjang), saya pernah membaca tentang seorang biksu yang mampu mematikan nyala api lilin dari jarak jauh hanya dengan menggunakan jari telunjuknya.

Kemampuan tersebut didapatkan melalui latihan meditasi selama bertahun-tahun dengan cara berdiri terbalik dan menahan berat badannya hanya dengan satu jari telunjuk saja.

Tetapi setelah menunjukkan hal tersebut (mematikan nyala api lilin) pada Kenji, si biksu berkata bahwa ada hal lain yang lebih penting bagi seorang manusia untuk dilakukan daripada hanya berlatih untuk menjadi kuat.
Isshizen atau meditasi satu jari

Seni beladiri (semestinya) tidak hanya mengajarkan latihan fisik dan teknik beladiri saja, melainkan juga membentuk jiwa dan pikiran yang sehat dan kuat.

Sekarang pertanyaannya adalah: "Apakah seni beladiri yang Anda pelajari melatih jiwa/ pikiran Anda melalui meditasi?"

Memang di dalam seni beladiri yang sedang saya dalami--yaitu Shorinji kempo--ada waktu khusus (setelah mengucapkan janji kenshi dan sebelum mengucapkan ikrar kenshi) untuk melakukan sazen (meditasi duduk), tetapi waktu tersebut sangat pendek dan terkesan hanya sebagai formalitas saja.

Tidak ada waktu khusus untuk berlatih sazen dan sepertinya memang tidak ada yang mau mendaftar latihan beladiri 'hanya' untuk duduk diam melakukan sazen.

Dan tanpa disadari kita-pun berangsur-angsur menjadi seperti Ganondorf (gak mau 'kan?).


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 7:58 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape
Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB