Pariwara

Followers

Mantaab, Memancing dalam Seni Beladiri

Posted by Yonatan Adi on 2:45 PM

Anda pernah memancing?

Bukan memancing perhatian lho ya, apalagi memancing keributan (atau jangan-jangan pernah?? ;D), yang saya maksud dengan memancing disini adalah (tentu saja) memancing ikan.

Kalau jawaban Anda adalah "pernah" (atau bahkan "sering"), Anda tentunya tahu bahwa memancing adalah sebuah kegiatan yang cukup menyenangkan, apalagi kalau saat memancing kita berhasil mendapatkan ikan yang besar, beuuh... mantaab.

Namun ada satu hal yang bisa membuat kegiatan memancing kita berubah dari menyenangkan menjadi sangat membosankan.

Apakah itu?

Ya, benar: umpan.

Untuk yang belum tahu (kemana aja loe ;p), umpan adalah salah satu faktor penting dalam memancing. Bagi Anda yang gemar memancing, Anda tentu memahami kalau umpan yang Anda pilih akan sangat berpengaruh pada hasil tangkapan Anda.

Umpan pancing sendiri wujudnya bisa beraneka ragam, mulai dari umpan alami seperti cacing, kecoa, ataupun ikan kecil, sampai dengan umpan buatan. Dengan umpan yang tepat, kita tentunya akan bisa segera mendapatkan ikan, tetapi kalau umpannya salah, jangankan menggigit umpan itu, mendekatinya saja mungkin si ikan ogah.

Lalu apa sih yang menyebabkan ikan mau menggigit umpan yang satu tetapi emoh menggigit umpan yang lain? Pertama, mungkin karena umpan tersebut adalah makanan kesukaan dari si ikan, dan yang kedua, si ikan sudah tahu kalau benda di hadapannya itu hanyalah sebuah umpan dan bukan makanan. Hei, mungkin saja kan setelah ribuan tahun otak ikan berkembang untuk mengenali mana yang umpan dan mana makanan yang aman untuk dilahapnya ;D.

Saya memang bukan seorang yang ahli di bidang per-mancingan, tetapi saya tahu kalau seekor ikan hanya akan menggigit sebuah umpan pancing jika si ikan tidak menduga bahwa benda menggiurkan yang tersaji di depannya itu hanyalah sebuah umpan. Seandainya si ikan tahu kalau benda yang menari-nari di hadapannya itu hanya akan membahayakan dirinya, sampai kapanpun doski tidak akan mau menggigit umpan tersebut.

Image credit: baminnovations via pixabay
Nah, ternyata seni memancing ini juga bisa ditemukan di dalam seni beladiri lho. Tentu saja yang dipancing bukanlah ikan melainkan serangan lawan.

Bukannya agan bilang kalau seni beladiri (budo) itu bertujuan untuk menghindari terjadinya perkelahian, kalau ternyata di dalamnya ada teknik untuk memancing serangan lawan atau dengan kata lain memancing terjadinya perkelahian, berarti agan bohong dong?

Tentu saja tidak, saya kan orang yang jujur--meskipun terkadang saya juga berbohong kepada murid-murid saya ;p.

Seni beladiri memang mendidik praktisinya untuk menjadi seorang yang cinta damai, salah satunya dengan cara menghindari terjadinya perkelahian. Sebisa mungkin--dengan teknik komunikasi yang baik, mau mengalah, bersikap sopan dan santun, dan sebagainya--seorang praktisi beladiri harus menjauh dari yang namanya berkelahi.

Tetapi, apabila perkelahian memang tidak bisa dihindarkan, peluang kita untuk bisa selamat dengan cedera yang sesedikit mungkin--salah satu tujuan seni beladiri adalah supaya selamat--akan semakin besar kalau kita berhasil memancing lawan untuk melakukan serangan dengan cara dan ke arah yang kita inginkan.

(Karena tidak juga menemukannya setelah berjam-jam berkonsultasi dengan sensei Gugel dan sensei Yaho, saya akan menyebut teknik memancing tersebut dengan sebutan yang sering saya dengar dalam latihan beladiri saya yaitu "sashoi" (atau sasoi?)).

Secara garis besar sashoi adalah gerakan atau postur tubuh dimana kita membuat pertahanan diri kita seolah-olah terbuka sehingga lawan akan tergoda untuk melakukan serangan ke arah bagian tubuh kita yang pertahanannya 'terbuka' itu. Tentu saja, karena sashoi ini sebenarnya hanyalah sebuah pancingan belaka, kita sudah menduga bahwa lawan akan melakukan jenis serangan tersebut sehingga kita pun sudah siap untuk mengantisisapi... eh mengantisipasinya.

Tetapi, sashoi ini hanya akan berhasil kalau lawan mengira bahwa terbukanya pertahanan kita tersebut adalah sebuah ketidaksengajaan, atau karena kita lengah; kalau seandainya lawan sudah tahu bahwa kita dengan sengaja membuka pertahanan kita, maka doski tentu saja tidak akan terpancing untuk melakukan serangan ke arah sana.

Kalau dianalogikan dengan ikan, lawan tidak akan terpancing untuk menggigit... *ehem* maksud saya menyerang, kalau doski sudah tahu bahwa terbukanya pertahanan kita itu hanyalah sebuah umpan belaka.

Di dalam seni beladiri Shorinji kempo, ada beberapa kamae atau sikap yang bertujuan untuk men-sashoi lawan. Kamae seperti hasso gamae yang memancing serangan ke arah perut atau taiki gamae yang jelas-jelas membuka pertahanan di daerah muka.

Ada juga teknik-teknik tertentu seperti ren uke yaitu gerakan uke (tangkisan) yang mana masing-masing lengan melakukan dua teknik uke yang berbeda namun dilakukan secara bersamaan misalnya jun uchi uke dengan tangan kanan dan gyaku shita uke dengan tangan kiri, yang terang-terangan menggoda lawan untuk melakukan serangan kearah yoko sanmae (tulang rusuk samping) bagian kanan.

(Dan saya yakin di berbagai aliran seni beladiri lainnya juga ada sikap atau teknik semacam ini).

Sekali lagi, sashoi ini hanya akan berhasil kalau lawan tidak tahu (atau tidak menduga) bahwa postur ataupun gerakan membuka pertahanan tersebut kita lakukan dengan sengaja. Lantas bagaimana caranya supaya lawan mengira bahwa terbukanya pertahanan kita itu karena kita lengah dan bukan karena sengaja kita lakukan? Cuma dua kata: jangan berlebihan.

Manc... *ehem* sashoi mania... Mantaaab ;-) 


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:45 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape
Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB