Karena sedang mentok ide, dan daripada tidak meng-update konten blog sama sekali (curhat dikit hehe), kali ini kita akan sedikit membahas tentang beberapa kata sapaan yang sering digunakan di Jepang sana.
Kenapa Jepang?Karena saya seorang wibu hahaha *ehem* karena harus diakui saya sangat tertarik dengan budaya dan tradisi negeri matahari terbit tersebut; mungkin karena saat ini saya sedang mendalami seni beladiri asal Jepang, atau karena saya adalah penggemar berat anime dan tokusatsu, atau kedua-duanya?... Wakaranai
Tanpa panjang lebar lagi langsung saja dibaca, tchus...
Beberapa kata sapaan yang sering digunakan di Jepang sana adalah -san, -chan, -kun, dan -sama.
-san
"-san" (terkadang diucapkan "-han" dalam dialek kansai) adalah kata sapaan yang paling umum. Kata ini biasa digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang tanpa memandang usianya. Meskipun kata yang sepadan dengan "-san" dalam bahasa Indonesia adalah "tuan", "nona", atau "nyonya", kata "-san" ini hampir selalu ditambahkan di belakang nama seseorang; dalam situasi formal maupun non formal; dan bisa digunakan untuk laki-laki maupun perempuan. Dan karena sangat umum penggunaannya, kata "-san" ini biasanya digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang belum dikenal atau yang belum dikenal secara dekat.
-chan
"-chan" sepertinya adalah pengucapan yang "imut" dari -san (di Jepang, mengganti suara "s" dengan "ch" dianggap sebagai sesuatu yang kiyut). Secara umum, "-chan" digunakan untuk menyapa bayi, anak kecil, teman dekat, kakek-nenek, dan terkadang remaja perempuan. Sapaan "-chan" ini juga bisa digunakan untuk kekasih, wanita muda, ataupun hewan kesayangan.
-kun
"-kun" biasanya digunakan oleh mereka yang secara status lebih senior untuk menyapa atau merujuk kepada mereka yang lebih junior. Kata "-kun" ini juga bisa dipakai untuk merujuk kepada semua laki-laki secara umum, anak laki-laki, remaja laki-laki, atau antar teman laki-laki. Kendati secara umum digunakan untuk laki-laki, hal itu bukanlah sesuatu yang saklek karena kata "-kun" juga bisa dipakai untuk merujuk kepada sahabat dekat atau anggota keluarga terlepas dari apa jenis kelaminnya.
Kenapa Jepang?
Tanpa panjang lebar lagi langsung saja dibaca, tchus...
Beberapa kata sapaan yang sering digunakan di Jepang sana adalah -san, -chan, -kun, dan -sama.
-san
"-san" (terkadang diucapkan "-han" dalam dialek kansai) adalah kata sapaan yang paling umum. Kata ini biasa digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang tanpa memandang usianya. Meskipun kata yang sepadan dengan "-san" dalam bahasa Indonesia adalah "tuan", "nona", atau "nyonya", kata "-san" ini hampir selalu ditambahkan di belakang nama seseorang; dalam situasi formal maupun non formal; dan bisa digunakan untuk laki-laki maupun perempuan. Dan karena sangat umum penggunaannya, kata "-san" ini biasanya digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang belum dikenal atau yang belum dikenal secara dekat.
-chan
"-chan" sepertinya adalah pengucapan yang "imut" dari -san (di Jepang, mengganti suara "s" dengan "ch" dianggap sebagai sesuatu yang kiyut). Secara umum, "-chan" digunakan untuk menyapa bayi, anak kecil, teman dekat, kakek-nenek, dan terkadang remaja perempuan. Sapaan "-chan" ini juga bisa digunakan untuk kekasih, wanita muda, ataupun hewan kesayangan.
-kun
"-kun" biasanya digunakan oleh mereka yang secara status lebih senior untuk menyapa atau merujuk kepada mereka yang lebih junior. Kata "-kun" ini juga bisa dipakai untuk merujuk kepada semua laki-laki secara umum, anak laki-laki, remaja laki-laki, atau antar teman laki-laki. Kendati secara umum digunakan untuk laki-laki, hal itu bukanlah sesuatu yang saklek karena kata "-kun" juga bisa dipakai untuk merujuk kepada sahabat dekat atau anggota keluarga terlepas dari apa jenis kelaminnya.
![]() |
| Photo credit: Kanko |
"-sama" adalah sapaan yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang yang status sosialnya lebih tinggi daripada diri kita (bos, pimpinan, majikan), untuk merujuk kepada tamu atau pelanggan, dan terkadang ditujukan kepada seseorang yang sangat dikagumi. Dewa-dewa (dan Tuhan) juga biasa disebut sebagai "kami-sama." Selain itu, kata "-sama" ini juga bisa ditemukan dalam berbagai frase seperti "omachido sama" (terimakasih sudah menunggu), "gochiso sama" (terimakasih atas makanannya), dan "otsukare sama" (terimakasih atas kerjasamanya).
Itulah dia empat kata sapaan yang bakal sering Anda dengar di negara Jepang.
Namun tahukah Anda bahwa kata sapaan se(empat)macam ini juga bisa ditemukan dalam berbagai aliran seni beladiri (yang berasal dari Jepang tentu saja)? Sayangnya beberapa kata tersebut salah atau kurang dipahami bahkan oleh praktisi seni beladiri yang bersangkutan (yang bukan orang Jepang pastinya).
Memang sih hal ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan teknik beladiri ataupun kemahiran kita dalam ber-seni beladiri, tetapi menurut saya seseorang baru pantas disebut praktisi beladiri kalau doski benar-benar peduli serta memahami seni beladiri yang dipelajarinya.
Beberapa kata tersebut antara lain adalah:
senpai
Kata "senpai" digunakan untuk menyapa atau merujuk kepada orang yang lebih senior tidak hanya di dojo (tempat latihan) saja tetapi juga di sekolah, klub olahraga, ataupun di lingkungan kerja. Di sekolah misalnya, murid yang duduk di kelas yang lebih tinggi adalah seorang senpai. Tetapi lain halnya dengan guru, meskipun mereka juga lebih senior daripada kita, mereka tidak dipanggil senpai melainkan... (lanjut ke poin berikutnya).
sensei
"Sensei" (secara harafiah berarti "lebih dulu-hidup") digunakan untuk menyapa atau merujuk kepada tidak saja seorang guru melainkan juga dokter, politikus, pengacara, dan juga figur-figur ber-otoritas lainnya. Secara umum, kata "-sensei" digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang yang telah mencapai suatu tahap penguasaan tertentu dalam suatu karya seni (ataupun kemampuan khusus yang lain) seperti pengarang buku, musisi, artis, dan juga praktisi beladiri. Dan karena kata "-sensei" ini adalah "panggilan" kehormatan, adalah tabu bagi seseorang untuk menyebut dirinya sendiri dengan sebutan "sensei".
kohai
"Kohai" digunakan untuk menyapa atau merujuk kepada seseorang yang lebih junior daripada kita. Di dalam seni beladiri misalnya, sabuk hijau adalah seorang kohai dari sabuk coklat (kendati tidak selalu seperti itu karena hierarki dalam seni beladiri tidak hanya dilihat dari warna sabuk semata).
dohai
"Dohai" adalah sebutan untuk mereka yang satu angkatan (satu leting) dengan kita.
Selain "gelar-gelar" di atas, banyak organisasi beladiri di Jepang yang "menganugerahkan" gelar khusus kepada orang-orang tertentu, beberapa gelar tersebut antara lain:
- Renshi: instruktur, dianugerahkan kepada tingkatan 4 Dan keatas.
- Kyoshi untuk menyebut guru tingkat lanjut (guru senior), dianugerahkan kepada seseorang dengan tingkatan 6 Dan keatas.
- Hanshi: digunakan untuk seseorang yang dianggap sebagai "gurunya para guru" atau biasa juga disebut "grand master", biasanya dianugerahkan kepada mereka yang telah mencapai tingkatan 8 Dan keatas.
- Shihan, secara harfiah berarti kepala instruktur, dan tidak seperti 3 titel di atas, sebutan shihan ini tidak ada kaitannya dengan tingkatan dalam seni beladiri yang bersangkutan.
- Shidoin, instruktur intermediate, juga tidak berkaitan dengan tingkatan.
- Shisho, sebutan lain yang digunakan untuk seorang instruktur beladiri.
Adakah kata sapaan, titel, ataupun gelar lain yang mungkin Anda ketahui? Jangan sungkan untuk membagikannya di kolom komentar ya.

0 komentar:
Post a Comment