Pariwara

Followers

Minarai Tidak Beda dengan Anak Kecil

Posted by Yonatan Adi on 2:47 PM

Sebenarnya kejadian seperti ini sudah sering sekali saya saksikan, namun entah kenapa kali ini saya tidak tahan untuk tidak membagikannya dengan Anda.

Pagi itu, saat sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja, saya melihat pemandangan yang cukup bikin geleng-geleng kepala. Seorang bapak sedang membonceng anaknya yang berusia sekitar 3-4 tahun mengendarai sepeda motor. Uniknya (atau mirisnya) si bapak dan anaknya ini keduanya tidak memakai helm, dan yang lebih parah, si bapak menerobos lampu merah.

"Apapun yang kita tanam ke dalam pikiran bawah sadar, yang kita pupuk dengan pengulangan dan perasaan yang kuat, suatu hari nanti pasti akan menjadi kenyataan" ~ Earl Nightingale

Sebuah buku yang pernah saya baca (saya lupa judulnya) menyatakan bahwa semua tindakan dan perilaku kita 95% dikontrol oleh pikiran bawah sadar, sedangkan keputusan yang dibuat oleh pikiran sadar hanya mengontrol 5%-nya saja. Pikiran bawah sadar itu sendiri dijejali dengan berbagai macam kepercayaan dan kebiasaan yang banyak diantaranya bahkan tidak kita sadari dan sebagian besar ditanamkan di sana sebelum kita berusia 6 tahun.

Apakah Anda takut ketinggian? Atau seperti saya yang takut... eh maksud saya jijik dengan kecoa? Apa Anda takut menghadapi perkelahian? Atau hobi tidak memakai helm saat naik motor? Kemungkinan besar kepercayaan-kepercayaan itu ditanamkan secara tidak sengaja oleh orang tua (atau lingkungan) Anda saat pikiran Anda masih belum terbentuk dan tidak bisa menolaknya.

Kenapa tidak bisa menolak? Karena sebelum usia 6 tahun, gelombang otak manusia masih didominasi oleh gelombang Theta yang menyebabkan seorang anak seolah-olah selalu berada dalam kondisi terhipnotis dan mudah sekali ter-sugesti. Kondisi ini menyebabkan segala sesuatu yang "didengar" dan "dilihat" oleh si anak sejak dalam kandungan sampai dengan usia 6 tahun akan langsung masuk ke pikiran bawah sadar tanpa disaring terlebih dahulu oleh pikiran sadar. Kalau diibaratkan komputer, otak manusia pada usia ini belum mampu memproses data dan hanya mampu mengunduhnya saja.

Photo credit: DKunert via pixabay
Dominasi gelombang Theta (4-8 Hz) inilah yang menyebabkan anak-anak itu tidak mempunyai pilihan lain selain mempercayai kita orang-orang 'dewasa'. Otak bawah sadar mereka akan mencatat apapun yang kita katakan atau kita lakukan sebagai suatu kebenaran. Untuk itulah kita harus menyampaikan "kebenaran" yang benar-benar *ehem*... benar, karena "kebenaran" yang tercatat di pikiran bawah sadar akan sangat sulit sekali untuk diubah.

... Dan seperti halnya dalam kehidupan, demikian pula dalam seni beladiri...

Pemula (atau disebut minarai dalam seni beladiri Jepang) bisa diumpamakan seperti anak kecil. Terlepas dari pernah atau tidaknya mereka berlatih beladiri sebelumnya, seorang minarai pastilah tidak tahu apa-apa tentang seni beladiri yang baru saja mereka masuki. Dan seperti halnya anak kecil, mereka akan menerima semua yang dicontohkan dan dikatakan oleh pelatih atau seniornya sebagai suatu kebenaran, bahkan jika si pelatih mencontohkan atau mengajarkan sesuatu yang tidak benar sekalipun (meski mungkin tidak disengaja, karena tidak mungkin bukan seorang pelatih atau senior mengajarkan hal yang salah kepada juniornya? Iya kan?).

Karena itu, sangat disarankan, para minarai ini sebaiknya dilatih oleh mereka yang tingkatannya paling tinggi di dojo tersebut, dengan begitu mereka akan mendapatkan pengetahuan baik secara teknik maupun filosofi yang benar (atau setidaknya yang paling mendekati benar). Sehingga di "pikiran bawah sadar" mereka akan tertanam dasar-dasar yang benar sehingga saat mereka nanti "dewasa" pelatih atau seniornya tidak akan mengalami banyak kesulitan untuk "membentuk" mereka seperti yang diinginkan.

Tetapi sayangnya, bagi sebagian besar pelatih, minarai adalah seperti mimpi buruk yang harus dihindari. Banyak pelatih yang lebih memilih melatih murid-murid senior--yang relatif lebih mudah dilatih--daripada melatih minarai (serta menyerahkan "tugas mulia" melatih minarai kepada muridnya yang paling senior).

Sebenarnya tidak salah sih mempercayakan latihan minarai kepada murid senior--terutama kalau tujuannya untuk memberi pengalaman melatih kepada si murid--asalkan si pelatih tetap memberikan pengawasan dan bimbingan yang ketat.

Melatih minarai, seperti halnya mendidik seorang anak, bukanlah pekerjaan yang mudah. Tugas itu harus diserahkan kepada mereka yang paling berkompeten. Dan seperti halnya mendidik anak adalah tugas dari orang tuanya yang sudah lebih dahulu menjalani hidup daripada si anak, mendidik minarai adalah tugas bagi seorang "sensei" [sen = lebih dahulu, sei = (menjalani) hidup] yang sudah "lebih dahulu menjalani hidup" di jalan beladiri.

Setuju dengan saya? 


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:47 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape
Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB