Saya (dulunya) adalah penggila seni beladiri, hampir setiap hari saya berlatih beladiri, bahkan saat badan saya sedang kurang sehat sekalipun.
Tetapi...
Sekarang saya menyadari bahwa latihan beladiri ternyata tidak sebagus dan se-positif seperti yang saya bayangkan, jadi saya memutuskan untuk berhenti berlatih seni beladiri...
... tapi bo'ong hahaha (tapi saya berhasil menarik perhatian Anda bukan?).
Seni beladiri--meskipun nyata memberikan manfaat yang besar untuk kesehatan, pengembangan diri, dan (tentu saja) dapat digunakan untuk membela diri--ternyata masih dipandang negatif oleh banyak orang. Mayoritas orang beranggapan bahwa seni beladiri hanya cocok untuk orang yang kasar, kurang berpendidikan, dan kurang kerjaan. Banyak orang beranggapan bahwa seni beladiri hanya mengajarkan kekerasan dan lain sebagainya.
Nah, di postingan kali ini saya akan menuliskan 3 (tiga) alasan yang paling sering saya temui yang menyebabkan sebagian besar orang 'menolak' berlatih beladiri dan juga argumen saya kenapa alasan tersebut kurang tepat.
Ingat bahwa ini cuma argumen saya saja, jadi kalau Anda nggak setuju tentunya itu sah-sah saja.
Kalau dilihat sekilas, seni beladiri memang hanya mengajarkan cara-cara untuk memukul, menendang, membanting dan/atau mengunci saja; tetapi yang seringkali dilewatkan (bukan hanya oleh orang awam tapi juga oleh kalangan praktisi seni beladiri sendiri) adalah bahwa seni beladiri juga mengajarkan pendidikan mental, budi pekerti, serta sikap bushido.
Seni beladiri, apabila tidak dibarengi dengan pendidikan mental dan budi pekerti, mungkin memang akan mengubah seseorang menjadi orang yang suka dengan kekerasan.
Bayangkan saja sendiri, Anda diajari teknik-teknik beladiri yang (menurut pelatih Anda) paling hebat dan paling keren, sebagai orang normal, Anda tentu saja ingin menjajal 'mempraktekkan' teknik-teknik tersebut, bukan?
Hal seperti ini pernah dialami oleh salah seorang junior saya yang ditantang berkelahi oleh temannya yang merasa bahwa seni beladiri-nya lebih superior, untung saja junior saya ini mentalnya terdidik dengan baik (siapa dulu seniornya hehehe), sehingga dia menolak dengan halus tantangan tersebut.
Bagaimana mungkin Anda mendidik mental dan budi pekerti seseorang lewat latihan beladiri yang "hanya" mengajarkan cara-cara berkelahi?
Itulah kenapa tadi saya bilang 'sering kali dilewatkan'. Pendidikan mental dan budi pekerti tersebut dilakukan lewat berbagai kebiasaan dan tradisi dalam seni beladiri itu sendiri, seperti misalnya menata rapi alas kaki di depan pintu masuk dojo, melakukan rei ketika akan masuk/ keluar dojo, membersihkan dojo sebelum dan sesudah berlatih, melakukan rei kepada pelatih dan rekan latihan sebelum dan sesudah berlatih, dan masih banyak lagi yang lain.
Berbagai kebiasaan dan tradisi dalam seni beladiri tersebut akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap menghormati dan menghargai diri sendiri dan juga orang lain--yang mana sikap ini (menurut saya) adalah yang paling penting dalam kehidupan sosial kita.
Sekali lagi saya katakan:
Sekarang kan nggak seperti jaman dulu, sekarang ini hukum dan norma sangat dijunjung tinggi sehingga kemampuan untuk membela diri sudah tidak diperlukan lagi.
Plok... plok... plok...
Saya beri tepuk tangan...
Tetapi...
Sekarang saya menyadari bahwa latihan beladiri ternyata tidak sebagus dan se-positif seperti yang saya bayangkan, jadi saya memutuskan untuk berhenti berlatih seni beladiri...
... tapi bo'ong hahaha (tapi saya berhasil menarik perhatian Anda bukan?).
Gambar dari pixabay.com |
Nah, di postingan kali ini saya akan menuliskan 3 (tiga) alasan yang paling sering saya temui yang menyebabkan sebagian besar orang 'menolak' berlatih beladiri dan juga argumen saya kenapa alasan tersebut kurang tepat.
Ingat bahwa ini cuma argumen saya saja, jadi kalau Anda nggak setuju tentunya itu sah-sah saja.
1. Seni beladiri mengajarkan kekerasan dan hanya cocok untuk orang yang kasar dan atau kurang berpendidikan.
Kalau dilihat sekilas, seni beladiri memang hanya mengajarkan cara-cara untuk memukul, menendang, membanting dan/atau mengunci saja; tetapi yang seringkali dilewatkan (bukan hanya oleh orang awam tapi juga oleh kalangan praktisi seni beladiri sendiri) adalah bahwa seni beladiri juga mengajarkan pendidikan mental, budi pekerti, serta sikap bushido.
Seni beladiri, apabila tidak dibarengi dengan pendidikan mental dan budi pekerti, mungkin memang akan mengubah seseorang menjadi orang yang suka dengan kekerasan.
Bayangkan saja sendiri, Anda diajari teknik-teknik beladiri yang (menurut pelatih Anda) paling hebat dan paling keren, sebagai orang normal, Anda tentu saja ingin menjajal 'mempraktekkan' teknik-teknik tersebut, bukan?
Hal seperti ini pernah dialami oleh salah seorang junior saya yang ditantang berkelahi oleh temannya yang merasa bahwa seni beladiri-nya lebih superior, untung saja junior saya ini mentalnya terdidik dengan baik (siapa dulu seniornya hehehe), sehingga dia menolak dengan halus tantangan tersebut.
Bagaimana mungkin Anda mendidik mental dan budi pekerti seseorang lewat latihan beladiri yang "hanya" mengajarkan cara-cara berkelahi?
Itulah kenapa tadi saya bilang 'sering kali dilewatkan'. Pendidikan mental dan budi pekerti tersebut dilakukan lewat berbagai kebiasaan dan tradisi dalam seni beladiri itu sendiri, seperti misalnya menata rapi alas kaki di depan pintu masuk dojo, melakukan rei ketika akan masuk/ keluar dojo, membersihkan dojo sebelum dan sesudah berlatih, melakukan rei kepada pelatih dan rekan latihan sebelum dan sesudah berlatih, dan masih banyak lagi yang lain.
Berbagai kebiasaan dan tradisi dalam seni beladiri tersebut akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap menghormati dan menghargai diri sendiri dan juga orang lain--yang mana sikap ini (menurut saya) adalah yang paling penting dalam kehidupan sosial kita.
Sekali lagi saya katakan:
"Berbagai kebiasaan dan tradisi dalam seni beladiri tersebut akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap menghormati dan menghargai diri sendiri dan juga orang lain--yang mana sikap ini adalah yang paling penting dalam kehidupan sosial kita."
2. Seni beladiri tidak berguna dijaman modern ini karena adanya hukum dan norma.
Sekarang kan nggak seperti jaman dulu, sekarang ini hukum dan norma sangat dijunjung tinggi sehingga kemampuan untuk membela diri sudah tidak diperlukan lagi.
Plok... plok... plok...
Saya beri tepuk tangan...
... untuk kenaifan Anda.
Pendapat tersebut (bahwa seni beladiri sudah tidak relevan di jaman modern) memang benar... kalau SEMUA orang juga menjunjung tinggi etika, norma, dan hukum seperti Anda.
Tetapi sayangnya tidak semua orang seperti itu.
Seperti yang pernah saya singgung dalam postingan belajar dari cipratan air (Anda bisa membacanya disini betewe), meskipun kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghormati dan menghargai orang lain, masih ada saja orang yang tidak mau menghormati dan menghargai kita.
Dengan kata lain, sekuat apapun kita berusaha untuk menghindar dari konflik/ perkelahian, masih tetap ada kemungkinan kita terseret dalam suatu konflik/ perkelahian. Selain itu tujuan latihan seni beladiri modern bukan melulu untuk membela diri saja, tapi yang lebih utama adalah untuk mengembangkan karakter dari para partisipannya.
Bayangkan saja, untuk bergabung dalam suatu organisasi beladiri, Anda harus membayar uang pendaftaran yang jumlahnya tidak sedikit, belum lagi membayar iuran bulanan. Selain itu, Anda juga harus membeli seragam latihan, membayar uang ujian setiap kali mengikuti ujian kenaikan tingkat. Masih ditambah dengan beban fisik (rasa sakit dan capek) serta mental (bentakan/ makian dari pelatih, merasa bodoh karena belum juga bisa menguasai suatu teknik) dan masih banyak lagi yang lain.
Mana ada orang dengan pikiran waras yang mau menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan hal-hal seperti itu?
Latihan beladiri adalah sebuah hobi (setidaknya bagi saya). Dan seperti halnya hobi-hobi yang lain--walaupun juga bisa menghasilkan uang--akan sangat menguras tenaga dan dompet Anda.
Misalnya Anda hobi mendaki gunung, berapa banyak biaya dan tenaga yang Anda keluarkan untuk menikmati hobi Anda tersebut? Tetapi Anda tidak merasa 'sayang' karena semua itu terbayar dengan rasa gembira dan puas yang Anda rasakan saat berhasil mencapai puncak. Saya yang tidak hobi mendaki gunung--meski dibayar sekalipun--akan berpikir seribu kali untuk melakukannya.
Sama halnya untuk seni beladiri.
Kalau Anda merasa sayang mengeluarkan tenaga dan uang untuk berlatih seni beladiri, mungkin seni beladiri memang bukan hobi Anda.
__________
Itulah dia 3 alasan yang paling sering saya temui yang membuat banyak orang menjauhkan dirinya dari seni beladiri. Anda pernah menemukan alasan-alasan lain? Atau mungkin Anda punya alasan sendiri untuk menjauh dari latihan beladiri? Kolom komentar dibawah siap kok untuk menampung uneg-uneg Anda.
Pendapat tersebut (bahwa seni beladiri sudah tidak relevan di jaman modern) memang benar... kalau SEMUA orang juga menjunjung tinggi etika, norma, dan hukum seperti Anda.
Tetapi sayangnya tidak semua orang seperti itu.
Seperti yang pernah saya singgung dalam postingan belajar dari cipratan air (Anda bisa membacanya disini betewe), meskipun kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghormati dan menghargai orang lain, masih ada saja orang yang tidak mau menghormati dan menghargai kita.
Dengan kata lain, sekuat apapun kita berusaha untuk menghindar dari konflik/ perkelahian, masih tetap ada kemungkinan kita terseret dalam suatu konflik/ perkelahian. Selain itu tujuan latihan seni beladiri modern bukan melulu untuk membela diri saja, tapi yang lebih utama adalah untuk mengembangkan karakter dari para partisipannya.
3. Latihan seni beladiri hanya menghabiskan waktu, uang, dan tenaga.
Bayangkan saja, untuk bergabung dalam suatu organisasi beladiri, Anda harus membayar uang pendaftaran yang jumlahnya tidak sedikit, belum lagi membayar iuran bulanan. Selain itu, Anda juga harus membeli seragam latihan, membayar uang ujian setiap kali mengikuti ujian kenaikan tingkat. Masih ditambah dengan beban fisik (rasa sakit dan capek) serta mental (bentakan/ makian dari pelatih, merasa bodoh karena belum juga bisa menguasai suatu teknik) dan masih banyak lagi yang lain.
Mana ada orang dengan pikiran waras yang mau menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan hal-hal seperti itu?
Latihan beladiri adalah sebuah hobi (setidaknya bagi saya). Dan seperti halnya hobi-hobi yang lain--walaupun juga bisa menghasilkan uang--akan sangat menguras tenaga dan dompet Anda.
Misalnya Anda hobi mendaki gunung, berapa banyak biaya dan tenaga yang Anda keluarkan untuk menikmati hobi Anda tersebut? Tetapi Anda tidak merasa 'sayang' karena semua itu terbayar dengan rasa gembira dan puas yang Anda rasakan saat berhasil mencapai puncak. Saya yang tidak hobi mendaki gunung--meski dibayar sekalipun--akan berpikir seribu kali untuk melakukannya.
Sama halnya untuk seni beladiri.
Kalau Anda merasa sayang mengeluarkan tenaga dan uang untuk berlatih seni beladiri, mungkin seni beladiri memang bukan hobi Anda.
__________
Itulah dia 3 alasan yang paling sering saya temui yang membuat banyak orang menjauhkan dirinya dari seni beladiri. Anda pernah menemukan alasan-alasan lain? Atau mungkin Anda punya alasan sendiri untuk menjauh dari latihan beladiri? Kolom komentar dibawah siap kok untuk menampung uneg-uneg Anda.
0 komentar:
Post a Comment