Hari ini saya sedang ingin mendongeng, atau lebih tepatnya saya ingin membagikan sebuah dongeng yang menurut saya sangat menginspirasi.
Dongeng ini sering diceritakan oleh Otake Raisuke [guru besar dari Tenshin Shoden Katori Shinto-ryu (bukan karangan saya lho), salah satu perguruan seni beladiri tertua di Jepang] kepada murid-muridnya.
Kurang lebih seperti ini ceritanya...
Dahulu kala, di sebuah desa yang asri, hiduplah seorang samurai tampan dan tunangannya yang cantik jelita. Mereka berdua (tentu saja) saling mencintai satu sama lain.
Dongeng ini sering diceritakan oleh Otake Raisuke [guru besar dari Tenshin Shoden Katori Shinto-ryu (bukan karangan saya lho), salah satu perguruan seni beladiri tertua di Jepang] kepada murid-muridnya.
Kurang lebih seperti ini ceritanya...
Dahulu kala, di sebuah desa yang asri, hiduplah seorang samurai tampan dan tunangannya yang cantik jelita. Mereka berdua (tentu saja) saling mencintai satu sama lain.
Pada suatu hari, saat sedang berjalan-jalan sendirian di sebuah hutan, si tunangan diserang oleh seekor harimau pemakan manusia. Meskipun berhasil meloloskan diri--karena mengalami luka yang cukup parah--doski akhirnya meninggal. Si samurai tampan sangat terpukul karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan orang yang sangat dicintainya itu.
Dalam kesedihannya, si samurai bersumpah untuk membalas dendam dengan cara mencari dan membunuh sang harimau.
Dengan berbekal busur dan anak panah [seorang samurai--berlawanan dari pendapat umum--tidak hanya menguasai seni berpedang (kenjutsu) saja, melainkan juga seni memanah (kyujutsu)], si samurai berangkat untuk mencari sang harimau.
Dalam kesedihannya, si samurai bersumpah untuk membalas dendam dengan cara mencari dan membunuh sang harimau.
Dengan berbekal busur dan anak panah [seorang samurai--berlawanan dari pendapat umum--tidak hanya menguasai seni berpedang (kenjutsu) saja, melainkan juga seni memanah (kyujutsu)], si samurai berangkat untuk mencari sang harimau.
Setelah berbulan-bulan mencari-cari di dalam hutan, akhirnya si samurai melihat sosok seekor harimau yang sedang berbaring tidur di kejauhan. Yakin bahwa harimau yang dilihatnya adalah hewan buas yang sama yang telah menewaskan tunangannya, si samurai kemudian menarik tali busurnya, membidik, dan menembakkan sebuah anak panah...
Photo credit: Massima |
Dalam waktu singkat, kabar tentang sang samurai yang bisa menembakkan (serta menancapkan) anak panahnya ke dalam sebongkah batu menjadi viral. Hal ini membuat orang-orang di desanya ingin melihat sendiri kehebatannya itu. Akan tetapi, sebanyak apapun si samurai mencoba, ia tidak pernah bisa mengulangi lagi pencapaiannya itu, anak panah yang ditembakkannya selalu saja mental dan tidak bisa menancap.
Usut punya usut, hal ini disebabkan karena sekarang si samurai tahu kalau sasarannya "hanyalah" sebongkah batu. Sebelumnya, tekad dan resolusinya begitu kuat sehingga ia mampu menancapkan anak panahnya ke dalam "seekor" batu. Akan tetapi sekarang, dalam situasi yang berbeda, si samurai tidak mampu mengulangi kehebatannya itu.
..........
Apa pesan moral dari dongeng ini?
"Jangan biarkan tunangan Anda yang cantik berjalan-jalan seorang diri di dalam hutan"? atau
"Pakailah kacamata minus kalau Anda menderita rabun jauh"?
... tentu saja bukan.
Pesan moral dari cerita ini adalah: "Tekad yang kuat bisa menembus sebongkah batu". Dengan kata lain, tekad dan resolusi yang kuat bisa mengantarkan Anda untuk meraih sesuatu yang sebelumnya (atau sesudahnya??) terlihat mustahil.
----------
Cukup sekian dongeng hari ini.
Sekarang waktunya bagi Anda untuk merenunginya :D
0 komentar:
Post a Comment