Question: Are you really (and I mean `REALLY`) sure that you can defend yourself if the situation demands you to?
Terlepas dari benar tidaknya bahasa Inggris saya (benar ga ya??), tolong jawab dengan jujur pertanyaan saya di atas.
Terlepas dari benar tidaknya bahasa Inggris saya (benar ga ya??), tolong jawab dengan jujur pertanyaan saya di atas.
Sudah?
Anda mungkin bertanya-tanya kenapa saya tiba-tiba sok-sok an membuat postingan yang diawali dengan sebuah pertanyaan dalam bahasa Inggris. Itu karena saya baru saja mengalami peristiwa yang cukup menakutkan. Bukan karena berkelahi dengan orang yang berotot gede dan berbadan kekar lho ya (itu menakutkan juga sih), tetapi karena saya bertemu dan (terpaksa harus) ngobrol dengan seorang WNA calon kenshi yang hanya bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.
Bayangkan, saya yang tidak pernah kalah dalam perkelahian ini bisa gemetar dan berkeringat dingin hanya karena bertemu dengan seseorang yang bahkan belum pernah belajar beladiri.
[Kalau Anda ingin tahu bagaimana dojo saya bisa sampai kedatangan seseorang yang berasal dari (kalau tidak salah) Zambia, itu karena dojo saya sudah tersohor bahkan sampai keluar negeri (bercanda hehe).]
By the way, sebelum bertemu untuk ngobrol secara langsung, saya sudah beberapa kali chatting dengan doski untuk janjian bertemu. Dalam chat (yang tentu saja menggunakan bahasa Inggris) itu bisa dibilang saya sangat lancar membalas (setelah berpikir selama beberapa menit sebelum mengirimkan balasan tentu saja ;p) semua pertanyaan dari beliau dan merasa pede untuk ngobrol secara tatap muka menggunakan bahasa Inggris.
Anda mungkin bertanya-tanya kenapa saya tiba-tiba sok-sok an membuat postingan yang diawali dengan sebuah pertanyaan dalam bahasa Inggris. Itu karena saya baru saja mengalami peristiwa yang cukup menakutkan. Bukan karena berkelahi dengan orang yang berotot gede dan berbadan kekar lho ya (itu menakutkan juga sih), tetapi karena saya bertemu dan (terpaksa harus) ngobrol dengan seorang WNA calon kenshi yang hanya bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.
Bayangkan, saya yang tidak pernah kalah dalam perkelahian ini bisa gemetar dan berkeringat dingin hanya karena bertemu dengan seseorang yang bahkan belum pernah belajar beladiri.
[Kalau Anda ingin tahu bagaimana dojo saya bisa sampai kedatangan seseorang yang berasal dari (kalau tidak salah) Zambia, itu karena dojo saya sudah tersohor bahkan sampai keluar negeri (bercanda hehe).]
By the way, sebelum bertemu untuk ngobrol secara langsung, saya sudah beberapa kali chatting dengan doski untuk janjian bertemu. Dalam chat (yang tentu saja menggunakan bahasa Inggris) itu bisa dibilang saya sangat lancar membalas (setelah berpikir selama beberapa menit sebelum mengirimkan balasan tentu saja ;p) semua pertanyaan dari beliau dan merasa pede untuk ngobrol secara tatap muka menggunakan bahasa Inggris.
Tetapi, begitu bertemu langsung... semua pengetahuan saya tentang bahasa Inggris seperti lenyap seketika. Saya menjadi kikuk dan terbata-bata saat diajak bicara oleh doski (bahkan kepala saya sampai pusing semalaman gara-gara kejadian itu ;D). Untung saja ada seorang kohai (yang lancar berbahasa Inggris) yang kemudian membantu saya (... fiuuhhh).
Photo credit: ErikaWittlieb/ Pixabay |
Tetapi sebelumnya saya ingin bertanya (kali ini dalam bahasa Indonesia): saat Anda mendapat pesan chat dari seseorang, apakah Anda berpikir panjang dan lama sebelum mengetik dan mengirimkan balasan Anda?
Kemungkinan besar jawabannya adalah: iya (apalagi kalau lawan bicara kita tidak memakai bahasa Indonesia melainkan menggunakan bahasa Inggris seperti yang saya alami).
Saat chatting, karena tidak bertatap muka secara langsung dengan lawan bicara, kita bisa berpikir dua kali (atau mungkin tiga atau empat kali) dan bahkan mengedit balasan kita berulang-ulang kali sebelum mengirimkannya. 'Omongan' kita pun jadi terlihat bagus, rapi, dan teratur tanpa ada kesalahan.
Berbeda dengan saat kita ngobrol secara langsung; kita tidak bisa berpikir terlalu lama, kita juga tidak bisa 'mengedit' omongan kita. Bahasa kita pun jadi sedikit berantakan dan pating pecotot.
Begitu pula dengan seni beladiri.
Chatting (ngobrol secara tidak langsung melalui media sosial, whatsapp, bbm, sms, dan sebagainya) bisa kita samakan dengan latihan beladiri. Saat berlatih secara shotai (berpasangan) misalnya. Sebelum 'lawan' melakukan serangan, kita sudah tahu serangan seperti apa yang akan dilakukan. Kita juga sudah tahu respon apa yang akan kita berikan. Kita bahkan bisa melatih respon tersebut secara tandoku (sendirian) berkali-kali sebelum kita 'diserang'. Respon kita pun menjadi halus, cepat, tepat, dan efisien.
Berbeda dengan saat berkelahi beneran (yang bisa kita analogikan sebagai ngobrol secara langsung). Kita tidak tahu serangan seperti apa yang akan dilakukan oleh lawan, sehingga tentu saja kita juga tidak tahu respon apa yang akan kita berikan. Respon kita pun menjadi kasar, sedikit lambat, kurang efisien, dan tingkat ketepatannya pun berkurang.
Dalam latihan, seringkali kita merasa haqqul yakin bahwa kita akan bisa mengatasi serangan seperti apapun dan sebanyak apapun. Tetapi diluar sana, sangat mungkin keyakinan tersebut akan hilang dan digantikan oleh perasaan gugup, grogi, dan sedikit rasa takut. Akibatnya kita pun menjadi kikuk, gerakan kita menjadi sedikit lambat, kaku, dan patah-patah (bukan goyang lho ya... *ehem*).
Untungnya, keyakinan tersebut bisa kita perkuat dengan cara melakukan sparing dan juga berlatih secara berulang-ulang sampai tubuh (bukan otak) kita hafal dengan gerakan-gerakan beladiri dan akan bergerak secara otomatis (dan alami) apabila diperlukan.
Tetapi tetap saja, kita tidak boleh terlalu yakin dengan kemampuan kita, karena keyakinan yang berlebihan justru berbahaya bagi diri kita.
[Oh iya, kalau Anda penasaran dengan kohai yang menolong saya, dia bisa berbahasa Inggris dengan lancar karena sewaktu SMA dia sudah sering berlatih bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris (SMA jaman now, beda banget dengan SMA jaman baheula) dan kuliahnya pun di jurusan HI (hubungan internasional).]
Jadi, sudah yakinkah Anda dengan kemampuan beladiri Anda? Anda sendirilah yang bisa menjawabnya.
0 komentar:
Post a Comment