Bayangkan Anda sedang jatuh cinta.
Ndilalah, si doi juga memberikan sinyal positif.
Apa respon Anda terhadap sinyal positif itu?
Langsung tembak? Atau ajak berteman dulu? Langsung menyatakan perasaan? Atau beri perhatian lebih sambil menunggu reaksi lebih lanjut?
Apapun itu, Anda harus segera memberikan respon, karena kalau tidak bisa-bisa si doi pindah ke lain hati.
Kalau Anda pernah jatuh cinta--dan kasusnya seperti di atas--Anda pasti tahu bahwa semakin banyak pilihan respon yang Anda miliki, semakin lama pula Anda akan mengambil tindakan. Anda hanya akan menimbang-nimbang pilihan mana yang akan Anda ambil tanpa melakukan tindakan kongkret, dan tahu-tahu si doi sudah bersama orang lain.
Sakiiit...
(*saya gak curhat lho ya, suer v^_^)
Situasi yang hampir sama juga bisa terjadi di dalam perkelahian.
Misalnya lawan Anda melancarkan pukulan lurus.
Apa respon yang Anda berikan? Menangkis? Berkelit? Melancarkan jurus A? Atau mengaplikasikan waza (teknik) B?
Apa yang menentukan respon kita terhadap suatu serangan?
Berdasarkan hukum Hick - Hayman, kecepatan respon (baca: refleks) seseorang sangat dipengaruhi oleh banyaknya pilihan yang bisa digunakan untuk merespon suatu stimulus. Semakin banyak pilihan yang kita miliki, respon kita pun akan semakin lambat.
Kalau begitu seni beladiri itu tidak efisien dong, buktinya satu serangan bisa direspon dengan banyak teknik yang berbeda.
Pertanyaan seperti itu juga yang sempat ada di pikiran saya, sampai saya membaca sebuah e-book yang sangat sangat bagus.
Ndilalah, si doi juga memberikan sinyal positif.
Apa respon Anda terhadap sinyal positif itu?
Langsung tembak? Atau ajak berteman dulu? Langsung menyatakan perasaan? Atau beri perhatian lebih sambil menunggu reaksi lebih lanjut?
Apapun itu, Anda harus segera memberikan respon, karena kalau tidak bisa-bisa si doi pindah ke lain hati.
Kalau Anda pernah jatuh cinta--dan kasusnya seperti di atas--Anda pasti tahu bahwa semakin banyak pilihan respon yang Anda miliki, semakin lama pula Anda akan mengambil tindakan. Anda hanya akan menimbang-nimbang pilihan mana yang akan Anda ambil tanpa melakukan tindakan kongkret, dan tahu-tahu si doi sudah bersama orang lain.
Sakiiit...
(*saya gak curhat lho ya, suer v^_^)
Situasi yang hampir sama juga bisa terjadi di dalam perkelahian.
Misalnya lawan Anda melancarkan pukulan lurus.
Apa respon yang Anda berikan? Menangkis? Berkelit? Melancarkan jurus A? Atau mengaplikasikan waza (teknik) B?
Apa yang menentukan respon kita terhadap suatu serangan?
Berdasarkan hukum Hick - Hayman, kecepatan respon (baca: refleks) seseorang sangat dipengaruhi oleh banyaknya pilihan yang bisa digunakan untuk merespon suatu stimulus. Semakin banyak pilihan yang kita miliki, respon kita pun akan semakin lambat.
Kalau begitu seni beladiri itu tidak efisien dong, buktinya satu serangan bisa direspon dengan banyak teknik yang berbeda.
Pertanyaan seperti itu juga yang sempat ada di pikiran saya, sampai saya membaca sebuah e-book yang sangat sangat bagus.
Sampul e-book yang telah membuka wawasan saya |
Tapi itu tidaklah benar.
Saya ambil contoh dari seni beladiri yang sedang saya dalami.
Untuk mengatasi serangan jodan choku zuki (pukulan lurus ke arah wajah) kita bisa menggunakan salah satu dari beberapa teknik berikut: ryusui geri, uchi uke zuki, uchi uke geri, uchi age zuki, uchi age geri, soto uke zuki, dan atau soto uke geri... tetapi, kita tidak bisa sekedar memilih secara acak teknik apa yang akan kita gunakan dari 7 macam 'pilihan' teknik tersebut.
Lantas apa yang membatasi pilihan kita?
Jawab: teknik yang bisa kita gunakan untuk mengatasi sebuah serangan tergantung pada maai (jarak kita dengan lawan), posisi relatif kita dengan lawan (hiraki/ tai), sukui ho (penempatan kaki), kamae, sikap berdiri, dan seterusnya.
Untuk kasus ryu sui geri misalnya, Anda yang seorang kenshi tentunya tahu bahwa ada 2 variasi untuk ryu sui geri (yaitu ushiro dan mae) untuk merespon serangan yang sama yaitu gyaku jodan choku zuki. Keduanya berawal dari posisi kamae yang sama (chudan gamae); bahkan secara prinsip keduanya pun sama, menghindari serangan dengan melakukan ryu sui uke dan melakukan counter dengan jun choku geri (ushiro) atau gyaku choku geri (mae).
Sekarang pertanyaannya adalah: Apa yang memaksa kita melakukan ushiro ryu sui geri, dan apa yang membuat kita memilih melakukan mae ryu sui geri?
Jawabannya adalah pada sikap berdiri kita: zen kutsu dachi (untuk ushiro) atau ko kutsu dachi (untuk mae).
Secara prinsip, zen kutsu dachi--meskipun berat badan lebih banyak ditempatkan di kaki depan--adalah sikap berdiri yang sifatnya defensif, posisi darimana seseorang akan bergerak ke arah belakang; sedangkan ko kutsu dachi adalah kebalikannya, yaitu sikap berdiri yang lebih bersifat ofensif, sebagai persiapan untuk bergerak ke arah depan dan melakukan serangan.
Jadi misalkan sikap berdiri kita saat diserang adalah ko kutsu dachi, maka 'pilihan' satu-satunya adalah mae ryusui geri, karena kalau kita memaksakan diri melakukan ushiro ryusui geri dari posisi ini, maka badan kita akan menjadi terlalu condong ke arah belakang yang mengakibatkan serangan balasan kita (jun choku geri) menjadi tidak efektif.
Dan ini tidak hanya berlaku untuk ryu sui geri saja, semua teknik yang lain juga memiliki batasan dan syarat tertentu agar pertahanan dan serangan balik kita menjadi efektif dan efisien. Juji uke geri misalnya, akan menjadi efektif kalau jarak lawan dengan kita adalah toi maai, posisi relatif kita dengan lawan adalah tai, dan sikap berdiri kita adalah zen kutsu dachi.
__________
Seni beladiri sangat relevan dengan hukum Hick - Hyman. Kita tidak pernah diberi lebih dari satu pilihan untuk merespon satu macam serangan. Dengan kata lain hanya ada satu pilihan untuk satu macam serangan yang mana pilihan tersebut ditentukan oleh kamae, sikap berdiri, maai, sukui ho, serta posisi relatif kita dengan lawan. Jadi pendapat yang mengatakan kalau seni beladiri itu tidak efektif adalah salah besar. Atau Anda punya pendapat lain?
0 komentar:
Post a Comment