"Aku gemuk gak sih?", itulah pertanyaan yang diajukan oleh istri saya pagi ini.
Pertanyaan yang sulit dijawab.
Kalau saya menjawab "tidak" pasti dibilang tidak jujur, tetapi kalau saya jawab "iya"... (bergidik saya membayangkan konsekuensinya). Untung saja saya sudah terbiasa ber-zanshin, jadi saya bisa menjawab pertanyaan ini dengan 'aman'.
"Hitung saja pakai rumus BMI," jawab saya mantab.
Pertanyaan yang sulit dijawab.
Kalau saya menjawab "tidak" pasti dibilang tidak jujur, tetapi kalau saya jawab "iya"... (bergidik saya membayangkan konsekuensinya). Untung saja saya sudah terbiasa ber-zanshin, jadi saya bisa menjawab pertanyaan ini dengan 'aman'.
"Hitung saja pakai rumus BMI," jawab saya mantab.
Photo credit: Elchinator | pixabay |
Contohnya saya dengan berat badan 53kg dan tinggi 160cm. Maka BMI saya adalah 53 ÷ (1,6 x 1,6) = 53 ÷ 2,56 = 20,703125. Kemudian kita tinggal mencocokkan hasil tersebut dengan tabel BMI berikut ini.
Dari situ bisa dilihat apakah kita kurus, normal, overweight, atau gem... *uhuk* obese.
..........
Bicara mengenai rumus, kita akan dapat menjumpainya di berbagai bidang keilmuan, mulai dari matematika, fisika, ekonomi, kedokteran, hingga seni beladiri.
Ya, bahkan dalam seni beladiri pun rumus juga bisa kita temukan.
Salah satu rumus favorit saya (karena saya sendiri yang merumuskannya ;p) adalah:
Dan berikut adalah penjelasan dari rumus tersebut:
Untuk dapat menguasai suatu teknik beladiri (dalam hal ini teknik bantingan dan atau kuncian) dengan "sempurna", ada 3 faktor yang harus kita perhatikan.
Yang pertama adalah kita harus paham dulu prinsip-prinsip dari teknik yang akan kita pelajari. Tanpa pemahaman prinsip, kita mungkin masih bisa menguasai suatu teknik, tetapi kita akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan teknik tersebut (ingat shu - ha - ri) dan akan lebih sulit lagi bagi kita untuk mengajarkan kembali teknik tersebut kepada adik, siswa, ataupun murid kita kelak.
Yang kedua adalah merasakan sendiri teknik itu. Masaaki Hatsumi, guru besar bujinkan ninjutsu, pernah berkata: "You can only understand if you've had the technique done to you. It's like food. You can't describe the taste, but if you've tasted it, you know what it is. You have to personally experience it to understand.", dan saya sangat setuju sekali dengan pendapat ini. Tanpa merasakan sendiri suatu teknik bantingan dan atau kuncian, akan sangat sulit bagi kita untuk mempelajari teknik tersebut.
Salah satu rumus favorit saya (karena saya sendiri yang merumuskannya ;p) adalah:
Dan berikut adalah penjelasan dari rumus tersebut:
Untuk dapat menguasai suatu teknik beladiri (dalam hal ini teknik bantingan dan atau kuncian) dengan "sempurna", ada 3 faktor yang harus kita perhatikan.
Yang pertama adalah kita harus paham dulu prinsip-prinsip dari teknik yang akan kita pelajari. Tanpa pemahaman prinsip, kita mungkin masih bisa menguasai suatu teknik, tetapi kita akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan teknik tersebut (ingat shu - ha - ri) dan akan lebih sulit lagi bagi kita untuk mengajarkan kembali teknik tersebut kepada adik, siswa, ataupun murid kita kelak.
Yang kedua adalah merasakan sendiri teknik itu. Masaaki Hatsumi, guru besar bujinkan ninjutsu, pernah berkata: "You can only understand if you've had the technique done to you. It's like food. You can't describe the taste, but if you've tasted it, you know what it is. You have to personally experience it to understand.", dan saya sangat setuju sekali dengan pendapat ini. Tanpa merasakan sendiri suatu teknik bantingan dan atau kuncian, akan sangat sulit bagi kita untuk mempelajari teknik tersebut.
Dengan merasakan sendiri suatu teknik beladiri kita bisa mendapatkan semacam 'pencerahan': "Oh, sakitnya disitu; Oh saya terbanting karena saya hilang keseimbangan saat ditarik/ didorong kesitu; Oh, sakitnya bertambah kalau posisi tangan saya seperti itu", kita bisa melihat "celah" dari teknik tersebut yang akan mempermudah kita dalam mempelajarinya.
Kita bisa merasakan suatu teknik dengan cara menjadi "korban" pelatih saat menunjukkan teknik tersebut, ataupun dengan cara menjadi kelinci percobaan bagi teman kita saat berlatih berpasangan. Itulah kenapa kumite shutai menjadi salah satu poin dalam Shorinji kempo no tokucho.
Yang ketiga adalah ego kita. Kita semua pastinya memiliki ego. Yang menjadi pertanyaan adalah mampu atau tidak kita menekan ego kita itu. Seseorang dengan ego yang tinggi pasti akan ogah-ogahan untuk menjadi "korban", secara menjadi pihak yang menerima teknik (uke dalam bahasa Jepang--yang adalah kebalikan dari tori ~ si pelaku teknik) itu tidak enak, selain merasakan sakit kita juga seolah-olah menjadi pihak yang kalah. Tetapi dengan ego yang besar kita tidak akan mampu menguasai suatu teknik dengan baik. Namun sebaliknya, kita tidak akan mungkin menekan ego kita sampai habis, karena kalau ego kita habis (sama dengan nol), maka kita akan menjadi seperti "dewa" dengan tingkat penguasaan teknik tak terhingga.
(Sebenarnya ada faktor keempat yang saking "ya iyalah"-nya sehingga tidak saya masukkan menjadi faktor dari rumus tersebut yaitu berlatih teknik yang ingin kita kuasai itu secara berulang-ulang dan tanpa kenal rasa bosan.)
Kesulitan menjawab pertanyaan istri Anda... eh maksud saya kesulitan menguasai sebuah teknik beladiri? Mungkin Anda perlu menerapkan rumusan ini dalam latihan beladiri Anda.
Yang ketiga adalah ego kita. Kita semua pastinya memiliki ego. Yang menjadi pertanyaan adalah mampu atau tidak kita menekan ego kita itu. Seseorang dengan ego yang tinggi pasti akan ogah-ogahan untuk menjadi "korban", secara menjadi pihak yang menerima teknik (uke dalam bahasa Jepang--yang adalah kebalikan dari tori ~ si pelaku teknik) itu tidak enak, selain merasakan sakit kita juga seolah-olah menjadi pihak yang kalah. Tetapi dengan ego yang besar kita tidak akan mampu menguasai suatu teknik dengan baik. Namun sebaliknya, kita tidak akan mungkin menekan ego kita sampai habis, karena kalau ego kita habis (sama dengan nol), maka kita akan menjadi seperti "dewa" dengan tingkat penguasaan teknik tak terhingga.
(Sebenarnya ada faktor keempat yang saking "ya iyalah"-nya sehingga tidak saya masukkan menjadi faktor dari rumus tersebut yaitu berlatih teknik yang ingin kita kuasai itu secara berulang-ulang dan tanpa kenal rasa bosan.)
Kesulitan menjawab pertanyaan istri Anda... eh maksud saya kesulitan menguasai sebuah teknik beladiri? Mungkin Anda perlu menerapkan rumusan ini dalam latihan beladiri Anda.
Selamat berlatih.
0 komentar:
Post a Comment