Setinggi apapun keterampilan beladiri seseorang, dia tidak akan pernah bisa lepas dari rasa takut. Bukan takut... eh jijik pada kecoa seperti saya lho ya, ketakutan yang saya maksud disini adalah rasa takut saat menghadapi situasi perkelahian yang sebenarnya.
Nah, hari ini saya akan sedikit membahas cara-cara untuk menghadapi rasa takut tersebut.
Nah, hari ini saya akan sedikit membahas cara-cara untuk menghadapi rasa takut tersebut.
Photo credit: Alexas_Fotos |
Saya akan membahas ketiga metode ini satu persatu.
#1.
Menerima rasa takut
Saat Anda berada dalam sebuah situasi yang membuat Anda merasa takut, apa yang Anda rasakan? Berkeringat dingin? Tangan gemetar? Jantung berdebar makin kencang? Napas menjadi pendek? Atau semuanya?
Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tubuh kita merespon dengan cara seperti itu?
Yang terjadi disini adalah sebuah respon psikologis yang disebut sebagai "flight or fight response" atau bahasa gampangnya "respon bertarung atau kabur". Tubuh kita mengenali adanya ancaman, untuk kemudian memompa adrenalin keseluruh sistem tubuh untuk mempersiapkan diri.
Dan ini bukanlah suatu hal yang baru. Respon seperti ini sudah ada bahkan sejak jaman purba. Saat nenek moyang kita jutaan tahun yang lalu sedang kabur dikejar seekor mamoth yang marah misalnya, peningkatan adrenalin ini akan membuat mereka mampu berlari lebih cepat untuk menyelamatkan diri; atau saat mereka sedang berburu, peningkatan adrenalin tersebut akan membuat mereka mampu berlari lebih cepat mengejar hewan buruannya.
Jadi respon flight or fight ini adalah sesuatu yang alami, sesuatu yang saya, Anda, dan semua orang alami saat sedang menghadapi stres (dalam hal ini rasa takut). Dan alih-alih menghindarinya (yang tidak mungkin betewe), akan lebih baik kalau kita memanfaatkannya. Bagaimana caranya? Dengan menerima rasa takut itu.
Respon bertarung atau kabur ini bukanlah musuh kita, ia justru ada untuk membantu kita, respon ini akan membuat tubuh kita menjadi lebih kuat dan lebih cepat, respon ini akan membuat kita lebih tahan sakit dan lebih tidak rentan cedera (dan itu tentu saja adalah sesuatu yang bagus). Yang perlu kita lakukan hanyalah 'mengontrol'-nya.
Alih-alih berpikir: "Waduh, tanganku kok gemetar ya?" atau "Gawat, jantungku berdebar-debar nih" lebih baik kita mengubah pikiran itu menjadi: "Bagus, tanganku gemetar. Bagus jantungku berdebar kencang, berarti aku sudah siap". Berpikirlah kalau tubuh Anda sedang mempersiapkan diri. Ubah cara berpikir Anda dan pahami kalau peningkatan adrenalin ini adalah sesuatu yang wajar, tidak bisa dihindari, dan justru bekerja untuk kepentingan kita.
Tetapi ingat, kita tetap harus mengendalikannya, disinilah pentingnya kecerdasan dalam seni beladiri. Tanpa kecerdasan, tanpa otak yang mengarahkannya, respon ini tidak akan ada gunanya dan mungkin malah merugikan Anda. [Bayangkan kalau Anda, karena suatu sebab, sedang dimarahi oleh bos Anda dan tiba-tiba Anda memukul bos Anda tersebut].
#2.
Mengatur napas
Banyak sekali tradisi 'mistik' di asia, termasuk yoga dan meditasi, yang menyatakan bahwa mengatur napas bisa mengontrol tubuh (dan pikiran) Anda. Bukan napas yang cepat atau terengah-engah, melainkan napas yang halus, tenang, dan dalam.
Bukan berarti Anda tidak boleh bernapas dengan cepat, Anda boleh-boleh saja melakukannya saat Anda sedang berlari demi menyelamatkan hidup Anda, saat Anda sedang berkelahi mati-matian, atau saat Anda sedang berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkeraman seseorang misalnya. Dalam situasi seperti itu, Anda tentu saja membutuhkan banyak oksigen untuk menghasilkan energi.
Semakin banyak oksigen yang Anda hirup, semakin banyak tenaga yang dihasilkan, dan tentu saja hal itu akan semakin baik untuk Anda... kalau Anda akan menggunakan tenaga tersebut. Tetapi kalau Anda sedang berusaha menghindari terjadinya perkelahian, saat Anda tidak sengaja menyerempet mobil seseorang misalnya, saat Anda sedang bernegosiasi dengan si pemilik mobil (yang terlihat emosi): "Maaf, ini salah saya. Maaf, saya tahu ini mobil kesayangan Anda, saya akan mengganti semua biaya perbaikannya", napas yang terengah-engah justru akan membuat Anda semakin tegang, nervous, dan emosi. Dan tentu saja itu buruk, tidak hanya bagi Anda tapi juga bagi si pemilik mobil.
Jadi berlatihlah untuk mengatur napas Anda, tarik napas dalam-dalam melalui hidung, keluarkan lewat mulut; atau tarik napas dalam-dalam lewat hidung, tahan beberapa detik, hembuskan lewat mulut; atau Anda juga bisa menggunakan cara-cara mengatur napas yang lain.
#3.
Desensitisasi progresif
Sebenarnya sudah sangat terlambat untuk mengaplikasikan metode ini saat Anda sudah (atau akan) terlibat dalam perkelahian. Metode ketiga ini seharusnya rutin Anda lakukan dalam latihan beladiri Anda.
Bagaimana metode ini bekerja? Bayangkan seorang calon tentara yang baru masuk pendidikan, saya akan beri Anda waktu beberapa menit... Sudah?
Menurut Anda, apakah instruktur akan langsung menempatkannya dalam situasi yang ekstrim? Apakah dia akan langsung disuruh merangkak dibawah jalinan kawat berduri dengan ledakan bom dimana-mana dan peluru yang berdesingan di atas kepalanya?
Tentu saja tidak.
Pendidikan mental bagi si calon tentara akan dilakukan secara bertahap. Pertama kali mungkin hanya akan dibentak-bentak saja, hal ini terus menerus dilakukan sampai doski terbiasa dengan hal tersebut, sampai tertanam di dalam pikirannya: "Halah, cuman dibentak-bentak doang". Setelah itu level stressor-nya akan ditingkatkan, sekarang si calon tentara disuruh melakukan sesuatu sambil dibentak-bentak sampai menjadi terbiasa. Demikian seterusnya sampai mental calon tentara baru tersebut menjadi 'kebal'.
Sekarang bagaimana mengaplikasikan hal tersebut dalam latihan seni beladiri?
Bagi sebagian besar orang (termasuk bagi saya), pertama kali masuk ke dalam dojo, pertama kali ikut bergabung dalam latihan adalah suatu bentuk tekanan mental tersendiri. Lama-kelamaan, seiring dengan proses latihan, kita belajar untuk mengatasi tekanan mental tersebut.
Setelah beberapa lama kita akan disuruh memimpin pemanasan di depan, setelah tingkatan kita semakin tinggi kita akan disuruh memimpin kihon, setelah itu kita disuruh memimpin latihan full; demikian seterusnya stressor akan terus ditambah secara bertahap.
Kita juga akan disuruh melakukan latih tanding, untuk kemudian diikutkan dalam kejuaraan,
Itulah yang dinamakan dengan desensitisasi progresif. Kita dihadapkan dengan stressor yang levelnya terus ditingkatkan sampai kita menjadi terbiasa, sampai mental kita menjadi seperti "Ah, cuman gitu aja".
__________
Itulah dia tiga metode untuk menghadapi rasa takut Anda. Tetapi sekali lagi ingat, rasa takut tetap kita butuhkan, karena merasa takut akan membuat kita lebih berhati-hati dan waspada. Terlalu percaya diri juga tidak baik, lihat saja si kelinci yang kalah bertanding lari dengan kura-kura karena merasa terlalu yakin dengan kemampuannya.
Saya tutup postingan hari ini dengan sebuah kata bijak: "Seorang pemberani bukanlah seseorang yang tidak punya rasa takut melainkan seseorang yang berani menghadapi rasa takutnya."
Tuhankyou info nya sangat bermanfaat
ReplyDeleteGood idea
ReplyDeleteThank you for your positive comment :>
DeleteTerima kasih
ReplyDeleteSama-sama
Delete