Pariwara

Followers

Filosofi Cincin Kawin

Posted by Yonatan Adi on 3:20 PM

Saya adalah orang yang anti mainstream.

Gimana tidak, kalau orang lain kebanyakan memakai cincin kawin di jari manisnya, saya memakainya di jari tengah, demikian pula dengan istri saya.
 
Kenapa di jari tengah? Ada filosofinya lho.

Akan tetapi, sebelum saya menjelaskannya, tahukah Anda bahwa jari tengah adalah jari yang paling "tidak berguna"?

Menurut Vivienne Marcus, seorang ahli neuropsikologi, ibu jari adalah jari tangan yang paling penting. Dia mengatakan bahwa ibu jari adalah "separuh dari tangan kita", dan 90% fungsi tangan adalah hasil kerjasama dari ibu jari dan jari telunjuk. Jari tengah sama sekali tidak disebutkan

Bagaimana dengan jari kelingking? Laurie Rogers, seorang hand therapist, melalui The New York Times mengatakan bahwa tanpa jari kelingking, kita akan kehilangan 50% dari tenaga tangan kita. Jari tengah? Tidak disinggung sama sekali.

Lebih jauh, seorang pemain bulutangkis asal Quebec yang juga bergelar PhD di bidang matematika, mencetuskan teori yang cukup menarik. Dia mengatakan bahwa nilai tenaga untuk mengayunkan raket yang dihasilkan oleh jari kelingking, jari manis, dan jari tengah secara berturut-turut adalah 64, 32, dan... 8. Perhatikan nilai jari tengah yang berbeda jauh dengan dua jari lainnya.

Kasihan kan si jari tengah? Itulah sebabnya saya memakai cincin kawin di jari tengah saya, supaya jari tengah saya ada gunanya.

Pemakaian cincin kawin yang "normal" (photo credit: Dominic Alberts)
Jadi itu filosofinya?

Tentu saja bukan, kalau cuma segitu mah kurang "dalam".

Seperti yang kita semua tahu (atau ada yang belum tahu??), kehidupan setelah menikah sangat jauh berbeda kalau dibandingkan dengan kehidupan saat masih bujangan. Setelah menikah, kita harus bisa memilah-milah mana kehidupan pribadi dan mana kehidupan rumah tangga, tidak seperti saat masih bujang dimana kita bisa "bebas".

Nah, sesuai dengan namanya, jari tengah adalah jari yang berada di tengah. Saya (dan istri saya) memakai cincin kawin di jari tengah untuk melambangkan bahwa harus tetap ada keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan rumah tangga.

Setelah menikah kita memang harus lebih memikirkan masa depan. Hal-hal seperti cicilan rumah, manajemen konflik rumah tangga, ataupun mendidik anak sudah harus lebih serius kita pikirkan, tetapi bukan berarti kita harus meninggalkan teman-teman ataupun hobi kita. Demikian pula sebaliknya, meskipun kita tidak dilarang untuk tetap bergaul dengan teman-teman ataupun menekuni hobi kita, tentu saja ada batasnya.

Semua harus tetap seimbang.

Tapi tunggu dulu, ke-anti mainstream-an kami tidak berhenti sampai disitu saja.

Saya dan istri memakai cincin kawin di tangan yang berbeda, saya di tangan kiri sedangkan istri di tangan kanan. Ini melambangkan bahwa suami dan istri harus saling melengkapi.

Lalu apa hubungan ocehan saya di atas dengan niche blog ini yaitu seni beladiri?

Di dalam seni beladiri, keseimbangan juga merupakan suatu keharusan. Bukan keseimbangan badan lho ya (meskipun hal itu--bersama dengan kuzushi--juga sangatlah penting), yang saya maksud disini adalah keseimbangan antara teknik dan teori. Keseimbangan antara jiwa dan raga. Keseimbangan antara latihan waza dan sparing. Keseimbangan antara memuji dan mengkritik. Keseimbangan antara goho dan juho. Keseimbangan antara pemanasan dan pendinginan. Keseimbangan antara berlatih keras dan periode beristirahat.

Sayangnya, banyak sekali dojo/ perguruan beladiri yang sedikit melupakan keseimbangan ini. Keseimbangan antara teknik dan teori misalnya, banyak praktisi beladiri yang saya kenal yang mempunyai pola pikir seperti ini: "Teori itu gak penting, yang penting kita bisa menerapkan teknik-teknik beladiri kita dalam pertandingan/ perkelahian".

Tidak salah sih, lamun kurang tepat.

Teknik dan teori adalah dua hal yang saling melengkapi. Percuma kita menguasai berbagai teknik pukulan ataupun tendangan tanpa pemahaman tentang atemi no go yosho misalnya. Percuma pula kalau kita hafal semua kyusho di tubuh manusia, tetapi tidak pernah mengasah teknik pukulan ataupun tendangan kita.

Banyak pula praktisi beladiri yang saya kenal yang mengabaikan keseimbangan antara pemanasan dan pendinginan. Setiap akan mulai berlatih mereka tidak pernah sekalipun melupakan pemanasan, tetapi usai latihan mereka (lebih banyak) melupakan pendinginan. Padahal pendinginan sangatlah penting untuk memulihkan kondisi tubuh setelah berlatih.

Keseimbangan adalah sesuatu yang sangat penting, tidak hanya dalam seni beladiri atau dalam kehidupan rumah tangga. Lihat saja alam semesta. Keseimbangan juga sangat dibutuhkan di sana. Keseimbangan antara siang dan malam, keseimbangan antara panas dan hujan, keseimbangan antara yin dan yang.

Dan meski terlihat saling berlawanan, mereka justru saling melengkapi satu sama lain, seperti saya dan istri saya, ciyeee ;D.


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 3:20 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB