Pernahkah Anda membaca berita tentang seorang pemuda penyandang disabilitas yang di-bully oleh dua orang perempuan muda?
Meskipun kisahnya berakhir "indah" dengan pelaku pem-bully-an yang akhirnya harus berurusan dengan pihak kepolisian, kisah ini mengingatkan kepada kita betapa pentingnya kemampuan beladiri untuk mencegah terjadinya hal-hal semacam ini, terutama untuk mereka yang secara sosial dianggap lebih "lemah" seperti perempuan dan penyandang disabilitas.
Tetapi inilah yang jadi masalah.
Sejauh yang saya tahu, hampir semua organisasi seni beladiri selalu memiliki persyaratan yang berbunyi: "Sehat jasmani dan rohani" bagi semua orang untuk bisa ikut bergabung dalam latihan. Semua orang yang sehat jasmani dan juga rohaninya diperbolehkan untuk ikut bergabung dalam latihan.
Tetapi bagaimana dengan mereka yang jasmani dan atau rohaninya "tidak sehat"? Apakah mereka-mereka ini tidak diperbolehkan untuk berlatih seni beladiri?
Oke, saya bisa mengerti kalau syaratnya hanya sehat secara rohani saja. Bayangkan saja seandainya orang-orang yang sakit rohaninya--misalnya memiliki gangguan jiwa sedang-berat ataupun seorang psikopat--belajar seni beladiri, bisa gawat kan?
Tetapi saya kurang setuju dengan persyaratan harus sehat secara jasmani. Sehat jasmani disini tidak hanya sehat dalam artian tidak memiliki penyakit-penyakit kronis berat seperti penyakit jantung, asma, ataupun kondisi-kondisi lain semacamnya, tetapi juga dalam artian tidak menyandang cacat.
Meskipun kisahnya berakhir "indah" dengan pelaku pem-bully-an yang akhirnya harus berurusan dengan pihak kepolisian, kisah ini mengingatkan kepada kita betapa pentingnya kemampuan beladiri untuk mencegah terjadinya hal-hal semacam ini, terutama untuk mereka yang secara sosial dianggap lebih "lemah" seperti perempuan dan penyandang disabilitas.
Tetapi inilah yang jadi masalah.
Sejauh yang saya tahu, hampir semua organisasi seni beladiri selalu memiliki persyaratan yang berbunyi: "Sehat jasmani dan rohani" bagi semua orang untuk bisa ikut bergabung dalam latihan. Semua orang yang sehat jasmani dan juga rohaninya diperbolehkan untuk ikut bergabung dalam latihan.
Tetapi bagaimana dengan mereka yang jasmani dan atau rohaninya "tidak sehat"? Apakah mereka-mereka ini tidak diperbolehkan untuk berlatih seni beladiri?
Oke, saya bisa mengerti kalau syaratnya hanya sehat secara rohani saja. Bayangkan saja seandainya orang-orang yang sakit rohaninya--misalnya memiliki gangguan jiwa sedang-berat ataupun seorang psikopat--belajar seni beladiri, bisa gawat kan?
Tetapi saya kurang setuju dengan persyaratan harus sehat secara jasmani. Sehat jasmani disini tidak hanya sehat dalam artian tidak memiliki penyakit-penyakit kronis berat seperti penyakit jantung, asma, ataupun kondisi-kondisi lain semacamnya, tetapi juga dalam artian tidak menyandang cacat.
Image credit: commons.wikimedia.org |
Tetapi justru disinilah letak kesalahannya.
Seni beladiri tidak pernah menuntut pelakunya untuk bugar dan kuat secara fisik (dan mental) saat baru pertama memulai latihan. Tujuan seni beladiri justru adalah untuk mendidik dan menggembleng fisik (dan mental) pelakunya untuk bertambah kuat. Lihat saja masa kecil dari beberapa maestro beladiri seperti Morihei Ueshiba ataupun Liu Yun Qiao, mereka justru memiliki tubuh yang lemah dan sakit-sakitan saat memulai latihan beladirinya.
Tentu saja porsi latihan antara mereka yang "normal" dengan mereka yang "tidak normal" harus dibedakan. Itulah sebabnya selain harus mengetahui kondisi fisik (dan mental) dari masing-masing anak didiknya, seorang sensei/ pelatih beladiri juga harus memiliki sedikit ilmu kesehatan seperti berapa denyut jantung normal permenitnya, bagaimana penanganan pertama pada cedera, bagaimana penanganan pertama sesak napas, dan sebagainya.
Lalu bagaimana dengan para penyandang cacat atau orang dengan anggota tubuh yang*maaf*tidak lengkap? Bisakah (atau lebih tepatnya 'bolehkah') mereka berlatih seni beladiri? Kalau saya disuruh menjawab, maka jawaban saya adalah "sangat boleh", bahkan menurut saya justru mereka-mereka inilah yang paling membutuhkan kemampuan beladiri.
Tentu saja selain harus pintar-pintar memilih aliran beladiri, jenis latihan juga harus disesuaikan dengan keadaan dari mereka masing-masing. Dan tidak seperti yang Anda bayangkan, banyak sekali penyandang disabilitas yang berlatih seni beladiri, dua diantaranya adalah salah seorang murid Doshin So (saya lupa namanya) yang*maaf*hanya memiliki satu lengan, dan juga salah seorang senpai (senior) saya yang tangan kanannya*maaf*cacat.
Dengan semakin banyaknya penyandang disabilitas yang berlatih beladiri diharapkan kejadian pem-bully-an seperti yang saya tuliskan di atas bisa semakin berkurang.
Secara moral, kita-kita yang "normal" ini memang seharusnya mengayomi para penyandang disabilitas. Tetapi bagaimana seandainya mereka yang normal ternyata "cacat" moralnya?
Tulisan di atas tentu saja hanyalah pendapat saya pribadi, karena itu saya mengundang teman-teman pembaca semua untuk menyuarakan pendapatnya dan berdiskusi di kolom komentar dibawah.
Saya tunggu komentar dari Anda semua, dan kalau sampai Anda tidak menulis di kolom komentar...
... itu berarti Anda tidak berkomentar :D
Sepakat
ReplyDeleteTetapi dimanakah pelatih yang bersedia menjadi guru dari seorang ABK????!!!
Dy ABK Dy dibully n Dy diam
Melatih dan berlatih bersama penyandang disabilitas memang tidak gampang. Saya contohkan pengalaman saya sendiri, kebetulan seni beladiri yang saya pelajari memiliki banyak teknik bantingan dan kuncian, saat saya berlatih bersama senpai yang saya sebutkan di atas, teknik bantingan dan atau kuncian yang biasanya dilakukan dengan tangan kanan "terpaksa" harus diubah menggunakan tangan kiri, dan itu tidak mudah. Itulah sebabnya banyak pelatih beladiri yang enggan "berurusan" dengan penyandang disabilitas. Tetapi pastinya banyak juga pelatih beladiri yang peduli dengan hal ini. Mungkin salah satunya sedang membaca postingan ini?
Delete
ReplyDeleteSaya mengalami cidera otak sejak 2016 yg menyebabkan tangan kiri saya lumpuh dan kaki kiri saya tidak berfungsi sempurna.
Apakah ada tempat kursus bela diri di Jakarta yang rumah untuk orang dengan keterbatasan fisik? Mohon infonya🙏
Untuk tempat latihan yang khusus melatih penyandang disabilitas kok sepertinya belum ada, tetapi mbak mungkin bisa menanyakan ke tempat latihan beladiri yang mbak minati apakah bisa menerima murid dengan keterbatasan fisik. Biasanya juga ada event tertentu yang diselenggarakan khusus untuk memberikan pelatihan beladiri pada penyandang disabilitas.
DeleteTerima kasih atas jawabannya! Concern saya adalah, mungkin mereka bisa menerima murid dengan keterbatasan fisik. Tapi apakah mereka punya program latihan yg sudah disesuaikan dengan kondisi fisik peserta?
DeleteSepertinya perlu ada kerja sama antara guru bela diri dengan terapis dari rumah sakit.
Hehehe sekali lagi terima kasih!
Sejauh yang saya tahu, program latihan yang spesifik untuk peserta latihan dengan keterbatasan fisik sepertinya belum ada, tetapi tentunya para pelatih bisa sedikit 'mengubah' program latihannya untuk menyesuaikan dengan kondisi fisik anak didiknya. Dan memang sudah seharusnya pelatih beladiri memiliki sedikit pengetahuan tentang ilmu kesehatan.
Delete