"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," itulah bunyi dari sila kelima Pancasila. Sila yang dilambangkan dengan padi dan kapas ini berhubungan dengan sikap adil dan menghormati hak asasi manusia. Contoh pengamalan dari sila terakhir ini adalah berbuat adil kepada siapapun tanpa pilih kasih.
Adil...
Kita semua pastinya ingin diperlakukan secara adil, bukan? (Namun sudahkah kita berlaku adil?). Kita, sebagai pelaku beladiri misalnya, pasti ingin mendapatkan perlakuan yang sama dari sensei/ pelatih kita.
Tetapi benarkah "adil" memiliki arti yang sama dengan "sama"?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "adil" berarti (1) sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak: keputusan hakim itu --; (2) berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; (3) sepatutnya; tidak sewenang-wenang: para buruh mengemukakan tuntutan yang --.
Dari beberapa definisi tersebut bisa kita lihat kalau salah satu arti dari kata "adil" adalah "sama berat".
Tentu saja kalau ada dua orang melakukan kejahatan yang sama, pembunuhan berencana misalnya, kedua orang tersebut sudah sepantasnya (secara teori) mendapatkan hukuman yang sama beratnya. Tetapi tentu saja akan sangat berbeda kalau yang satu membunuh dengan terencana sedangkan yang lain membunuh karena membela diri misalnya.
Saya pribadi lebih menyukai definisi ketiga dari kata "adil" tersebut yaitu "sepatutnya"; karena menurut saya, adil itu tidak harus selalu sama dan sebaliknya sama itu belum tentu adil.
Saya akan beri ilustrasi sebagai berikut:
Kita semua pastinya ingin diperlakukan secara adil, bukan? (Namun sudahkah kita berlaku adil?). Kita, sebagai pelaku beladiri misalnya, pasti ingin mendapatkan perlakuan yang sama dari sensei/ pelatih kita.
Tetapi benarkah "adil" memiliki arti yang sama dengan "sama"?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "adil" berarti (1) sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak: keputusan hakim itu --; (2) berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; (3) sepatutnya; tidak sewenang-wenang: para buruh mengemukakan tuntutan yang --.
Dari beberapa definisi tersebut bisa kita lihat kalau salah satu arti dari kata "adil" adalah "sama berat".
Tentu saja kalau ada dua orang melakukan kejahatan yang sama, pembunuhan berencana misalnya, kedua orang tersebut sudah sepantasnya (secara teori) mendapatkan hukuman yang sama beratnya. Tetapi tentu saja akan sangat berbeda kalau yang satu membunuh dengan terencana sedangkan yang lain membunuh karena membela diri misalnya.
Saya pribadi lebih menyukai definisi ketiga dari kata "adil" tersebut yaitu "sepatutnya"; karena menurut saya, adil itu tidak harus selalu sama dan sebaliknya sama itu belum tentu adil.
Saya akan beri ilustrasi sebagai berikut:
Image credit: Leigh Blackall (dengan sedikit perubahan) |
Kalau berdasarkan sama atau tidak-nya (masing-masing orang menerima kotak kayu yang jumlahnya sama), tentu saja gambar sebelah kiri lebih tepat untuk menggambarkan keadilan.
... tetapi benarkah "keadilan" yang digambarkan dalam gambar tersebut benar-benar "adil"? Tidak. Kenapa? Karena seperti yang bisa kita lihat, dari 3 orang tersebut, hanya dua orang saja yang bisa menonton dari balik pagar.
Sama tidak selalu berarti adil.
Sekarang mari kita lihat gambar sebelah kanan. Kalau dilihat dari sama atau tidak-nya (masing-masing orang menerima kotak kayu yang jumlahnya sama) tentu saja tidak sama, tetapi kalau dilihat dari patut atau tidak-nya, gambar inilah yang lebih tepat untuk menggambarkan keadilan; masing-masing orang mendapatkan bagian yang "patut" sehingga ketiganya bisa menonton dari balik pagar.
Masing-masing orang diberi sesuai dengan kebutuhannya, kalau menurut saya sih itulah yang dinamakan adil.
Hal seperti inilah yang sering sekali kita lihat dalam latihan seni beladiri. Sebagai contoh, apakah Anda pernah melihat seorang sensei/ pelatih yang begitu memperhatikan salah seorang anak didiknya dalam latihan sedangkan anak didik yang lain seolah-olah tidak digubris sama sekali?
Apakah sensei tersebut telah berlaku tidak adil? Kalau dilihat sekilas, sensei tersebut memang terlihat tidak adil.
Namun beda ceritanya kalau ternyata anak didik yang lebih diperhatikannya itu
Sensei tersebut berlaku adil karena telah memberi yang "sepatutnya" kepada anak-anak didiknya; yang membutuhkan perhatian lebih beliau beri perhatian lebih, sedangkan yang sudah lebih mahir tidak begitu diperhatikan (bukan berarti sama sekali tidak diperhatikan lho ya...).
Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain.
Satu hal yang pasti, seorang sensei tidak akan pernah berlaku tidak adil kepada anak didiknya, beliau pasti akan selalu berlaku adil karena beliau ingin semua anak didiknya bisa berkembang melebihi dirinya. Itulah ciri-ciri seorang guru yang baik, seorang guru yang tidak takut dilampaui oleh murid-muridnya, sesuai dengan kata peribahasa: "Guru kencing berdiri, murid kencing
0 komentar:
Post a Comment