Dengan menggunakan seperangkat peralatan yang terlihat seperti kombinasi antara jetpack mini dan masker gas, sekarang kita bisa mengukur dan menganalisa jumlah serta jenis energi yang dikeluarkan (dan dibutuhkan) oleh seorang praktisi beladiri.
Temuan ini tentu akan sangat membantu para praktisi beladiri dalam berlatih demi untuk menjadi seorang petarung yang lebih baik.
Silat, karate, judo, dan shorinji kempo adalah beberapa aliran seni beladiri yang cukup populer, dan belakangan ini MMA, yang menggabungkan berbagai teknik beladiri dari berbagai aliran seni beladiri, juga terus meningkat popularitasnya.
Dikutip dari livescience.com, dengan mengetahui apa dan bagaimana tubuh kita bekerja dalam sebuah pertandingan (atau perkelahian) tentunya akan sangat membantu seorang atlet beladiri dalam menentukan menu latihannya sehingga akan bisa terus meningkatkan performa dan prestasinya.
Di jaman baheula, para peneliti hanya bisa mempelajari cabang olahraga 'sederhana' seperti lari dan bersepeda yang bisa dengan mudah disimulasikan dalam ruangan laboratorium. Tetapi, seiring dengan kemajuan teknologi, cabang olahraga yang kompleks seperti misalnya judo sekalipun sekarang bisa diteliti dan dianalisa.
Seperti yang kita semua tahu, setiap atlet dari cabang olahraga apapun membutuhkan energi untuk bisa bertanding. Energi tersebut bisa diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari tiga sistem berikut: (1) aerobik, menggunakan oksigen untuk membakar nutrisi menjadi energi; (2) saat tubuh butuh energi yang cukup banyak dalam waktu singkat, sistem anaerobik laktik bisa menghasilkan energi tanpa menggunakan oksigen, energi ini diperoleh terutama dari glukosa dengan hasil samping berupa laktat; (3) dan apabila energi tersebut dibutuhkan dalam waktu yang sangat singkat, sistem anaerobik alaktik bisa menghasilkan energi tanpa menggunakan oksigen serta tidak menghasilkan laktat.
Bagi Anda yang belum tahu, lari maraton termasuk ke dalam kategori olahraga yang menggunakan sistem aerobik untuk menghasilkan energi, sedangkan angkat berat termasuk dalam kategori anaerobik.
Untuk mengetahui kontribusi dari setiap sistem penghasil energi tersebut pada olahraga judo, peneliti memakaikan seperangkat peralatan yang mirip dengan jetpack dan masker gas pada seorang judoka (praktisi judo). Peralatan ini akan membantu peneliti untuk menghitung berapa banyak oksigen yang digunakan oleh si judoka pada saat sedang berlatih. Selain itu, para peneliti juga menghitung berapa banyak oksigen yang digunakan doski sebelum dan sesudah latihan, serta kadar laktat di dalam darah sebelum dan sesudah berlatih.
Dalam sebuah eksperimen, si judoka diminta melakukan tiga teknik nage (bantingan) yang berbeda dalam waktu lima menit, satu teknik untuk setiap 15 detik. Para peneliti menemukan bahwa beberapa teknik nage seperti seoi-nage lebih banyak menggunakan energi dari sistem aerobik, sedangkan teknik bantingan yang lain seperti harai-goshi ternyata lebih banyak menggunakan energi yang berasal dari sistem anaerobik.
Hasil dari penelitian ini tentu saja akan sangat membantu dalam menentukan jenis latihan apa yang diperlukan oleh seorang atlet beladiri dalam latihannya; apakah untuk meningkatkan kapasitas aerobik atau untuk menambah kapasitas anaerobik.
"Mengetahui perbedaan kebutuhan fisiologis dalam berbagai teknik dan jenis latihan yang sering digunakan dalam olahraga judo bisa membantu menentukan menu latihan untuk si atlet," tutur Emerson Franchini, seorang peneliti olahraga di Universitas Sao Paolo, Brasil.
Sayangnya eksperimen rumit seperti ini tentunya membutuhkan peralatan serta keahlian khusus dan juga biaya yang tidak sedikit sehingga mungkin belum bisa diterapkan secara luas di dunia olahraga, setidaknya dalam waktu dekat ini. Tapi tenang saja, kita bisa mengakalinya kok. Kalau kita tidak bisa (atau belum bisa) menentukan dengan pasti sistem energi mana yang akan kita naikkan kapasitasnya, kenapa tidak melatih keduanya saja sekaligus?
 |
| Photo credit: OpenClipart-Vectors | via pixabay |
Silat, karate, judo, dan shorinji kempo adalah beberapa aliran seni beladiri yang cukup populer, dan belakangan ini MMA, yang menggabungkan berbagai teknik beladiri dari berbagai aliran seni beladiri, juga terus meningkat popularitasnya.
Dikutip dari livescience.com, dengan mengetahui apa dan bagaimana tubuh kita bekerja dalam sebuah pertandingan (atau perkelahian) tentunya akan sangat membantu seorang atlet beladiri dalam menentukan menu latihannya sehingga akan bisa terus meningkatkan performa dan prestasinya.
Di jaman baheula, para peneliti hanya bisa mempelajari cabang olahraga 'sederhana' seperti lari dan bersepeda yang bisa dengan mudah disimulasikan dalam ruangan laboratorium. Tetapi, seiring dengan kemajuan teknologi, cabang olahraga yang kompleks seperti misalnya judo sekalipun sekarang bisa diteliti dan dianalisa.
Seperti yang kita semua tahu, setiap atlet dari cabang olahraga apapun membutuhkan energi untuk bisa bertanding. Energi tersebut bisa diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari tiga sistem berikut: (1) aerobik, menggunakan oksigen untuk membakar nutrisi menjadi energi; (2) saat tubuh butuh energi yang cukup banyak dalam waktu singkat, sistem anaerobik laktik bisa menghasilkan energi tanpa menggunakan oksigen, energi ini diperoleh terutama dari glukosa dengan hasil samping berupa laktat; (3) dan apabila energi tersebut dibutuhkan dalam waktu yang sangat singkat, sistem anaerobik alaktik bisa menghasilkan energi tanpa menggunakan oksigen serta tidak menghasilkan laktat.
Bagi Anda yang belum tahu, lari maraton termasuk ke dalam kategori olahraga yang menggunakan sistem aerobik untuk menghasilkan energi, sedangkan angkat berat termasuk dalam kategori anaerobik.
Untuk mengetahui kontribusi dari setiap sistem penghasil energi tersebut pada olahraga judo, peneliti memakaikan seperangkat peralatan yang mirip dengan jetpack dan masker gas pada seorang judoka (praktisi judo). Peralatan ini akan membantu peneliti untuk menghitung berapa banyak oksigen yang digunakan oleh si judoka pada saat sedang berlatih. Selain itu, para peneliti juga menghitung berapa banyak oksigen yang digunakan doski sebelum dan sesudah latihan, serta kadar laktat di dalam darah sebelum dan sesudah berlatih.
Dalam sebuah eksperimen, si judoka diminta melakukan tiga teknik nage (bantingan) yang berbeda dalam waktu lima menit, satu teknik untuk setiap 15 detik. Para peneliti menemukan bahwa beberapa teknik nage seperti seoi-nage lebih banyak menggunakan energi dari sistem aerobik, sedangkan teknik bantingan yang lain seperti harai-goshi ternyata lebih banyak menggunakan energi yang berasal dari sistem anaerobik.
Hasil dari penelitian ini tentu saja akan sangat membantu dalam menentukan jenis latihan apa yang diperlukan oleh seorang atlet beladiri dalam latihannya; apakah untuk meningkatkan kapasitas aerobik atau untuk menambah kapasitas anaerobik.
"Mengetahui perbedaan kebutuhan fisiologis dalam berbagai teknik dan jenis latihan yang sering digunakan dalam olahraga judo bisa membantu menentukan menu latihan untuk si atlet," tutur Emerson Franchini, seorang peneliti olahraga di Universitas Sao Paolo, Brasil.
Sayangnya eksperimen rumit seperti ini tentunya membutuhkan peralatan serta keahlian khusus dan juga biaya yang tidak sedikit sehingga mungkin belum bisa diterapkan secara luas di dunia olahraga, setidaknya dalam waktu dekat ini. Tapi tenang saja, kita bisa mengakalinya kok. Kalau kita tidak bisa (atau belum bisa) menentukan dengan pasti sistem energi mana yang akan kita naikkan kapasitasnya, kenapa tidak melatih keduanya saja sekaligus?
0 komentar:
Post a Comment