Pariwara

Followers

Belajar Beladiri dari Petasan

Posted by Yonatan Adi on 2:25 PM

"Seni adalah ledakan", ups... maaf salah intro ;D.

Di dalam salah satu postingan saya, saya sempat menuliskan bahwa prinsip ledakan adalah salah satu pelajaran paling dasar dalam seni beladiri. Nah, beberapa saat setelahnya, saya mendapatkan pertanyaan lewat email yang menanyakan tentang apa itu prinsip ledakan. Daripada menjawabnya hanya lewat email (dan kehilangan materi postingan yang bagus ;p), saya akan berusaha menjelaskannya di postingan saya kali ini.

Anda tentunya pernah bermain petasan atau mercon bukan? Salah satu kesenangan yang kita dapatkan dari bermain petasan adalah mendengarkan bunyi dari ledakannya. Tetapi, selain suara yang keras, hal apalagi yang bisa kita perhatikan dari sebuah ledakan petasan? Durasi waktu ledakan yang sangat singkat? Benar. Ada lagi?

Saya bantu sedikit, bagaimana dengan kondisi petasan sebelum disulut dengan api dan kemudian meledak?

Photo credit: Andre Hofmeister via flickr
Dalam seni beladiri, untuk mendapatkan hasil yang optimal, setiap serangan yang kita lakukan haruslah menirukan ledakan dari sebuah petasan (atau bom, atau granat, atau tabung elpiji, atau apapun yang bisa meledak, emosi tidak termasuk ;D).

Apa yang harus ditiru? Tentu saja suaranya yang keras (baca: bertenaga) dan durasi waktu ledakan (baca: kontak dengan sasaran serangan) yang singkat.

Bagaimana cara mendapatkan kedua hal itu? Sekali lagi kita harus menirukan petasan, atau lebih spesifik-nya menirukan keadaan petasan sebelum meledak. Sebelum disulut api dan meledak, petasan hanya akan anteng berdiam diri di tempat dia disimpan. Diam disini berarti tidak ada energi dalam bentuk apapun yang dipancarkan oleh petasan tersebut. Doski hanya akan menyimpan perasaan energi potensial berupa bubuk mesiu di dalam kemasannya.

Itulah yang harus kita tirukan.

Sebelum melakukan serangan, kondisi badan (dan pikiran) kita haruslah dalam kondisi tidak mengeluarkan energi alias rileks. Setelah disulut... eh maksud saya selama kita melancarkan serangan, kondisi badan harus tetap rileks. Tegangkan badan sesaat sebelum serangan kita mengenai sasaran (meledak), dan segera rileks kembali setelahnya.

Inilah yang dinamakan sebagai 'prinsip ledakan'.

Beberapa pelatih beladiri yang saya kenal biasa menamakan prinsip ledakan ini sebagai prinsip 0 - 100 - 0 (nol - seratus - nol). Nol sebelum dan selama melakukan serangan, seratus saat mengenai sasaran, dan nol kembali setelahnya.

Saya beri contoh saat melakukan teknik pukulan. Seperti yang pernah saya bahas dalam postingan cara melatih pukulan supaya cepat dan bertenaga, sebelum melakukan pukulan, tubuh kita (terutama bahu dan lengan) haruslah dalam keadaan rileks. Rileksnya bahu dan lengan ini harus tetap kita pertahankan saat kita sudah/ sedang melancarkan pukulan. Hanya tegangkan bahu dan lengan sesaat sebelum mengenai sasaran.

Kenapa harus rileks? Karena rileks identik dengan kelenturan dan kecepatan--kebalikan dari tegang yang identik dengan kaku dan kekuatan (bukan tenaga).

Kalau tubuh kita rileks, lalu dari mana tenaga pukulan kita berasal? Tenaga pukulan tidak hanya berasal dari bahu dan lengan kita saja, tenaga pukulan berasal terutama dari putaran pinggul. Lontaran bahu dan lengan hanyalah 'perpanjangan' dari putaran pinggul kita. Selain itu, tubuh yang rileks juga akan membuat lontaran bahu dan lengan menjadi lebih cepat. Kecepatan inilah yang akan menambah tenaga dari pukulan kita (ingat P = mv).

Gimana, sudah terjawab 'kan?

Jadi, lain kali kalau Anda ingin mendapatkan tenaga serangan yang optimal, ingatlah selalu pada Deidara... eh salah ding, ingatlah selalu pada petasan dan ledakannya. Duuaaar!!


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:25 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB