Pariwara

Followers

Meniru, Seni Beladiri dalam Satu Kata

Posted by Yonatan Adi on 2:29 PM

Salah satu tayangan favorit saya di televisi adalah acara memasak (atau bahasa kerennya cooking show), apalagi kalau pembawa acaranya chef Marinka atau Farah Quinn ;p (tapi herannya saya kok gak gemuk-gemuk juga ya?), termasuk tayangan kompetisi memasak seperti MasterChef Indonesia ataupun Hell's Kitchen Indonesia.

Akhir-akhir ini, saya sering menonton (ulang) tayangan kompetisi memasak tersebut melalui saluran Youtube, dan saya sering sekali membaca komentar dari pemirsa yang secara garis besar isinya seperti ini:"Gaya chef Juna kok meniru Gordon Ramsay sih, bikin gaya sendiri dong".

Nah, isi komentar itulah yang menginspirasi saya untuk membuat postingan ini.

Meniru berarti melakukan sesuatu seperti yang diperbuat oleh orang lain. Apa yang ditirukan oleh chef Juna adalah gaya chef Gordon Ramsay dalam memberikan komentar dan kritik pedas kepada peserta yang hasil masakannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Meniru memang terlihat (dan terdengar) tidak orisinil, tetapi tahukah Anda bahwa sebenarnya secara tidak sadar kita selalu melakukannya setiap saat? Saat kita masih kecil misalnya, siapa yang tidak pernah menirukan penampilan ataupun aktivitas dari orang tua kita? Atau dalam bisnis, kita pasti sedikit banyak meniru cara berbisnis dari orang-orang yang sudah lebih dulu sukses di bidang usaha yang sama; dan saya kira banyak orang yang latah dan hanya meniru (baca: ikut arus) saja dalam gerakan tagar 2019*****.

"Tapi saya ini anti mainstream lho bro", mungkin saja Anda adalah seorang yang tidak suka menirukan gaya, penampilan, cara kerja, ataupun perilaku orang lain, tetapi bukankah gaya 'anti mainstream' Anda sebenarnya juga menirukan gaya 'anti mainstream' milik orang lain?

Bahkan saya berani mengatakan bahwa sifat, sikap, dan perilaku kita saat ini hanyalah hasil tiruan dari sifat, sikap, dan perilaku orang lain terutama orang tua dan orang-orang yang kita hormati.

Gambar dari pxhere.com
Demikian pula dalam seni beladiri, perilaku tiru-meniru adalah sesuatu yang sangat lumrah, bahkan bisa dibilang sudah menjadi tradisi. Sejak memulai 'karir' dalam seni beladiri kita sudah melakukannya.

Tidak percaya? Nih saya kasih beberapa buktinya:

Apa yang kita lakukan saat baru pertama kali bergabung dalam latihan? Menirukan sikap dan gerakan dari sang pelatih di depan.

Apa yang kita lakukan saat diminta mengaplikasikan suatu waza yang sudah diajarkan? Menirukan cara mengaplikasikan waza tersebut sesuai dengan contoh yang diberikan [meskipun pada akhirnya kita akan mampu mengembangkan dan menyesuaikan gerakan maupun waza tersebut dengan gaya dan postur tubuh kita, meski sebenarnya hal itu (mengembangkan dan menyesuaikan gerakan maupun waza tersebut dengan gaya dan postur tubuh kita)-pun juga adalah tiruan dari apa yang dilakukan oleh senior kita *fiuhh kalimat yang sangat panjang*].

Apa yang kita lakukan saat dipercaya untuk mulai melatih? Menirukan gaya melatih dari pelatih kita sebelumnya.

Apa yang kita lakukan saat mulai mengelola dojo kita sendiri? Sedikit banyak kita akan menirukan cara-cara pengelolaan dojo yang dilakukan oleh sensei ataupun pelatih kita.

Darimana munculnya berbagai macam tradisi dalam seni beladiri? Menirukan kebiasaan yang dilakukan oleh para sensei ataupun senior kita terdahulu.

... dan masih banyak lagi bukti-bukti yang lain.

Di dalam seni beladiri, menirukan orang lain (sensei dan senpai) bukanlah suatu hal yang buruk, bahkan bisa dibilang tanpa budaya meniru ini, dunia seni beladiri seperti yang kita kenal (dan kita cintai) sekarang ini mungkin tidak akan pernah ada.

Seni beladiri adalah disiplin ilmu yang sangat luas yang mencakup aspek fisik, mental, dan spiritual; meskipun begitu, seni beladiri bisa dirangkum hanya dalam satu kata saja: "meniru".

Kata orang, meniru adalah bentuk lain dari sebuah pujian, dan tidak ada salahnya kita menirukan sesuatu asalkan kita tidak menirukan sesuatu yang buruk.

Dan saya kurang setuju mengenai komentar tentang gaya chef Juna (dan chef-chef yang lain) saat menjadi juri kompetisi memasak. Tayangan kompetisi memasak seperti MasterChef dan Hell's Kitchen adalah suatu hal baru di Indonesia. Tidak ada salahnya menirukan gaya dari para juri yang telah berhasil membuat tayangan tersebut sukses di luar negeri, karena seiring berjalannya waktu--seperti halnya kita dalam berlatih seni beladiri--chef Juna (dan juga chef-chef yang lain) pastinya akan menemukan gayanya sendiri.

Jadi--menirukan iklan sebuah produk shampo di televisi--"menirukan orang lain... siapa takut!!"


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:29 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB