"Emoh!! Gak enak...!"
"Pahit...!"
Mungkin itulah reaksi dari sebagian besar anak-anak saat diminta makan sayur oleh orang tuanya.
Padahal sayuran adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting, apalagi untuk anak yang sedang dalam masa pertumbuhan (seperti saya ;p). Bahkan, saking pentingnya sayur (dan buah) ini, badan kesehatan dunia (WHO) sampai merasa perlu mengeluarkan anjuran untuk mengkonsumsi lima porsi buah dan sayur setiap harinya.
"Anak-anak berusia antara empat dan enam tahun harus makan sekitar 200 gram sayur dan 200 gram buah setiap hari", jelas Antje Dahl dari lembaga pangan Jerman. Tetapi para orang tua tahu bahwa tuntutan ini tidaklah mudah. Argumen bahwa makan sayur itu sehat tidak cukup untuk anak berusia 4 tahun, mereka tetap lebih memilih makanan berpengawet atau cemilan manis.
Lalu bagaimana mensiasati hal ini?
"Pahit...!"
Mungkin itulah reaksi dari sebagian besar anak-anak saat diminta makan sayur oleh orang tuanya.
Padahal sayuran adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting, apalagi untuk anak yang sedang dalam masa pertumbuhan (seperti saya ;p). Bahkan, saking pentingnya sayur (dan buah) ini, badan kesehatan dunia (WHO) sampai merasa perlu mengeluarkan anjuran untuk mengkonsumsi lima porsi buah dan sayur setiap harinya.
"Anak-anak berusia antara empat dan enam tahun harus makan sekitar 200 gram sayur dan 200 gram buah setiap hari", jelas Antje Dahl dari lembaga pangan Jerman. Tetapi para orang tua tahu bahwa tuntutan ini tidaklah mudah. Argumen bahwa makan sayur itu sehat tidak cukup untuk anak berusia 4 tahun, mereka tetap lebih memilih makanan berpengawet atau cemilan manis.
Lalu bagaimana mensiasati hal ini?
Salah satu caranya adalah dengan 'menyembunyikan' sayuran tersebut ke dalam makanan favorit mereka (misalnya ke dalam nugget ayam atau pizza) dengan begitu anak-anak secara tidak sadar (dan lahap pula) akan mau makan sayur.
Menariknya, cara ini (menyembunyikan sesuatu yang tidak kita sukai kedalam sesuatu yang kita sukai) tidak hanya berhasil untuk mensiasati anak agar mau makan sayur, tetapi juga bisa diterapkan ke dalam banyak hal di kehidupan sehari-hari.
(Saya menyebut cara ini sebagai "metode sayur")
Menariknya, cara ini (menyembunyikan sesuatu yang tidak kita sukai kedalam sesuatu yang kita sukai) tidak hanya berhasil untuk mensiasati anak agar mau makan sayur, tetapi juga bisa diterapkan ke dalam banyak hal di kehidupan sehari-hari.
(Saya menyebut cara ini sebagai "metode sayur")
Photo credit: ikon | via pixabay |
Seperti yang kita semua tahu, banyak sekali hal di dalam seni beladiri yang harus kita lakukan (karena memang sangat penting) tetapi kita tidak benar-benar ingin melakukannya. Salah satu contohnya adalah melakukan gerakan dasar (kihon) secara berulang-ulang (repetisi).
Kita semua tahu bahwa repetisi dalam seni beladiri itu sangatlah penting. Jalur neurologis di otak kita yang berhubungan dengan gerakan-gerakan tertentu akan semakin kuat setiap kali kita mengulangi gerakan-gerakan tersebut (dan membuat kita semakin cepat dan efisien dalam melakukan berbagai gerakan atau teknik tersebut).
Tetapi...
Kita tidak pernah melakukannya sebanyak yang sebenarnya kita butuhkan.
Kenapa?
Karena membosankan.
Solusinya?
Sembunyikan 'sayurannya'.
Kita perlu menyembunyikan teknik atau gerakan 'sayur' tersebut ke dalam 'nugget' latihan.
Ikuti saja 2 langkah resep berikut ini:
1. Tentukan jenis gerakan atau teknik yang ingin kita latih.
Inilah 'sayuran' yang harus kita makan.
2. Sembunyikan kedalam beberapa jenis latihan yang bervariasi.
Inilah 'nugget' yang enak dan gurih.
Sangat mudah -- dan kita telah melakukan repetisi tanpa kita sadari.
Saya beri contoh praktisnya:
1. Misalkan kita ingin melatih teknik gyaku tenshin. Salah satu teknik tai sabaki (olah tubuh) yang sangat penting tetapi selalu bikin ngantuk.
2. Rancang 3 metode latihan untuk melakukannya; misalnya tandoku (sendirian), dengan partner, dan dengan menggunakan alat (pemberat, toya, timer, dan sebagainya). Lakukan tiap metode latihan sebanyak 10 kali saja (jadi tidak terasa monoton) kemudian berpindah ke metode latihan berikutnya, untuk total 4 set untuk setiap metode latihan.
Dengan begitu tanpa sadar kita telah mengulang-ulang satu teknik dasar (gyaku tenshin) sebanyak 120 kali (3 x 10 x 4) tanpa merasa bosan dan eneg.
Dan berita baiknya adalah... kita bisa menerapkan metode latihan ini untuk semua, saya ulang, untuk S - E - M - U - A jenis latihan. Kita hanya perlu memilih satu jenis latihan yang ingin kita latih berulang-ulang (bisa teknik pukulan, tendangan, tangkisan, ataupun kata/ken/poomsae/jurus) dan gunakan resep di atas.
Pendekatan ini sangat bagus tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan dan skill beladiri kita sendiri saja tetapi juga untuk melatih dan mempertahankan murid atau kohai kita supaya tidak mudah menghilang tanpa jejak.
Jangan cuma sekedar berlatih (dan melatih), berlatih (dan melatih)-lah dengan pintar dan menyenangkan.
Sembunyikan 'sayurannya.'
______
Nota Bene. Kendatipun "menyembunyikan sayuran" adalah sebuah ide yang sangat brilian, terutama untuk pemula dan murid tingkat dasar, mau tidak mau kita harus belajar untuk mau memakan sayuran tanpa harus disembunyikan ke dalam nugget. Kenapa? Kalau kata orang bijak sih: "Latihan keras (baca: berulang-ulang dan membosankan) akan membentuk jiwa dan pribadi yang disiplin dan kuat".
0 komentar:
Post a Comment