♫♪ Kukukukuruyuk... begitulah bunyinya...♪♬
Maaf, ngga tahan untuk tidak menulisnya ;p
"Karate ni sente nashi"... begitulah bunyi salah satu poin dari niju-kun, pedoman karate-do yang ditinggalkan oleh salah seorang pionir seni beladiri karate modern Gichin Funakoshi. Pernyataan yang sering kali diartikan menjadi "seorang karate-ka dilarang untuk melakukan serangan duluan" ini sangat klop dengan jiwa seni beladiri yang tidak bertujuan untuk memulai melainkan justru untuk menghentikan (dan mencegah) terjadinya perkelahian. Pernyataan ini juga sesuai dengan tujuan dari mem-beladiri itu sendiri--yaitu untuk selamat--dan senada dengan ucapan Eyang Suro yang mengatakan bahwa: "Wong sing ora gelem nyerang dhisik akeh slamete tinimbang cilakane."
Tetapi, apakah haram bagi seorang karateka untuk menyerang meskipun jelas-jelas bahwa dirinya akan diserang? Jawabannya adalah: tidak, karena kata "sente" lebih tepat diterjemahkan menjadi "berinisiatif menyerang" dan bukan "menyerang", sehingga maksud sebenarnya dari ungkapan itu adalah: seorang karateka tidak diperbolehkan untuk berinisiatif (bahasa Jepang: sen) menyerang duluan.
Bicara mengenai sen, di dalam seni beladiri (saya tahunya sih di seni beladiri yang saya dalami), ada 4 tingkatan inisiatif atau sen ini yaitu "go no sen", "tai no sen", "sen no sen", dan "ki no sen". Keempat tingkatan sen ini tentu saja berbeda-beda tingkat kesulitan serta pengaplikasiannya.
Bukan sen yang ini dasar mata duitan ;D (photo credit: betexion | via pixabay) |
"Tai no sen" secara umum berarti inisiatif yang bersamaan. Berbeda dengan go no sen, pada tai no sen respon serangan (balik) kita lakukan saat lawan sedang melancarkan serangannya. Ini tentu saja tidak berarti kita membenturkan serangan dengan serangan, melainkan berkelit dari serangan untuk kemudian melakukan serangan balik (asalkan serangan lawan tersebut belum selesai dilakukan ataupun tidak kita netralisir terlebih dulu).
"Sen no sen" artinya adalah--meminjam istilah dari Pak Ndul--inisiatifnya inisiatif. Ketika lawan sudah bersiap untuk melakukan serangan akan tetapi belum melancarkannya, kita telah melakukan serangan (balik) terlebih dulu; misalnya saat lawan sedang mencabut pedang dari sarungnya, atau saat lawan menantang berkelahi sambil menancapkan pisau di meja di depan kita, atau mencengkeram kerah baju kita, atau saat lawan sedang memekikkan "ka... me... ha... me..." ... ahh lupakan.
"Ki no sen" adalah tahapan sen tertinggi dimana kita merasakan niat lawan untuk menyerang bahkan sebelum doski menunjukkan gelagat untuk menyerang. Biasa juga disebut inisiatif yang tak kasat mata atau inisiatif tingkat ki, sangat sedikit orang yang menguasai tahapan sen ini karena membutuhkan kemampuan untuk membaca ki orang lain (yang saya baca sih katanya begitu ;D).
Di tingkat Kyu 2: soto oshi uke geri --> go no sen; kusshin zuki --> tai no sen; gyaku gote ura gaeshi nage --> sen no sen,
Lantas apa signifikansi (wiihh... bahasanya ;p) sen ini dalam beladiri? Seperti halnya semua tindakan dalam mem-beladiri, pengaplikasian sen ini juga tergantung kepada 'kebijaksanaan' (ryaku) kita. Go no sen memungkinkan kita untuk lebih bisa mengontrol tenaga serangan kita; sedangkan dalam tai no sen, karena adanya momentum (dan impuls) dari serangan lawan, lebih sulit bagi kita untuk melakukannya (mengontrol tenaga). Semua kembali kepada tujuan kita dalam mengaplikasikan teknik-teknik beladiri. Kalau sekedar ingin membuat lawan kapok, kita cukup memakai waza yang ber-inisiatif go no sen. Akan tetapi kalau lawan terus merangsek menyerang dan harus secepatnya dilumpuhkan, kita bisa mengaplikasikan waza yang ber-tai no sen. Begitu pula dengan sen no sen, yang bisa kita sesuaikan dengan maksud dan tujuan kita.
Selain mematahkan mitos bahwa seorang sabuk hitam pastilah ahli dalam seni beladiri, konsep sen (dan juga shu - ha - ri) ini juga membuktikan bahwa kita tidak harus memiliki tingkatan tinggi untuk belajar teknik dan filosofi beladiri tingkat tinggi, karena bahkan di tingkat pemula pun kita sudah diajari untuk mengaplikasikan tahapan sen tertinggi kedua yaitu sen no sen. Jadi tunggu apa lagi, ayo belajar seni beladiri (apa hubungannya coba ;D).
0 komentar:
Post a Comment