Seni beladiri...
... sesuai dengan namanya, adalah suatu bentuk seni untuk melakukan pembelaan diri. Selaras dengan namanya pula, kesenian ini bertujuan untuk membela diri kita dan bukan untuk menyerang orang lain, karena itulah ia disebut seni "beladiri" dan bukan seni "serang-orang". Terus kenapa disebut seni? Karena...
Dalam bahasa aslinya--karena saat ini saya sedang mendalami seni beladiri asal Jepang--yaitu budo, sebenarnya seni beladiri bukanlah seni untuk membela diri saja melainkan sebuah jalan (cara) hidup untuk menghentikan (dua) tombak (yang sedang beradu). Dua tombak disini tidak hanya menggambarkan suatu perkelahian, pertikaian, ataupun pertempuran saja; perselisihan ataupun konfrontasi lisan yang melibatkan dua orang atau lebih (terlepas kita terlibat didalamnya ataupun tidak) juga bisa digambarkan sebagai dua buah tombak.
Budo ini dengan sangat apik ditampilkan dalam adegan berikut ini (courtesy of YouTube):
Tentu saja untuk bisa menghentikan suatu perkelahian kita membutuhkan keterampilan untuk 'berkelahi' pula, karena berbeda dengan di negeri ♪♪lalala♪♪, omongan semanis apapun tidak akan bisa menghentikan adu jotos yang sedang berlangsung; dan kalau kita memaksakan diri untuk menghentikan suatu perkelahian tanpa memiliki keterampilan beladiri, hasilnya tidak akan seindah seperti yang kita bayangkan.
Tetapi bagaimana kalau tidak (atau lebih tepatnya 'belum') sampai terjadi perkelahian? Kita tetap membutuhkan 'keterampilan' beladiri sebab seni beladiri tidak hanya mengajarkan cara-cara untuk berkela...*ehem* membela diri saja, dengan belajar beladiri kita akan memiliki semacam kepercayaan bahwa kita akan mampu membela diri kita apabila keadaan menuntut kita demikian. Namanya perkelahian itu bisa terjadi kapanpun dan dimanapun, kalau emosi sudah mengambil alih, per cek-cok an pun bisa dengan mudahnya berubah menjadi ajang adu jotos. Lagipula kalau kita tidak memiliki kepercayaan diri, kita akan segan (baca: takut) menengahi dua orang (apalagi dua kelompok) yang sedang berselisih, iya kan?
Kembali ke definisi seni beladiri di atas, seni beladiri adalah seni untuk melakukan pembelaan diri, dan bukan, sekali lagi, BUKAN seni untuk menyerang orang lain. Karena itulah praktisi beladiri tidak pernah diajari untuk berinisiatif menyerang duluan. Bapak karate modern, Gichin Funakoshi, menegaskan hal ini dalam salah satu poin niju-kun: "karate ni sente nashi", yang secara garis besar berarti seorang karateka tidak boleh berinisiatif (bahasa Jepang: "sen") menyerang duluan. Hal ini juga diamini oleh Eyang Suro, salah seorang tokoh beladiri Indonesia terkemuka: "Wong sing ora gelem nyerang dhisik akeh slamete tinimbang cilakane."
Dari sini timbul pertanyaan: "Apakah seorang praktisi beladiri tidak boleh melakukan serangan?". Jawabannya adalah: tidak. Seorang praktisi beladiri bukan "tidak boleh menyerang", melainkan "tidak boleh memulai terjadinya perkelahian". Seperti kata pepatah (ada gak ya?): "Perkelahian dimulai dari satu serangan kecil," seandainya seorang praktisi beladiri (atau siapapun juga) melakukan serangan yang sebenarnya serangan itu tidak diperlukan (akibat terbakar emosi misalnya), hampir bisa dipastikan si korban akan membalas dan terjadilah perkelahian... ya kecuali si korban kelenger duluan terkena satu serangan tersebut (yang kemungkinannya sangat kecil betewe).
Tetapi bagaimana kalau pihak seberang yang mulai melakukan serangan terlebih dulu? Apa kita boleh membalas? Jangankan menyerang, saat mereka baru berinisiatif (baca: berniat) menyerang saja kita (sebagai praktisi beladiri) sudah boleh melakukan serangan balasan. Contohlah "teladan" yang diberikan oleh Motobu Choki. Tetapi tentu saja serangan balasan yang kita lakukan adalah serangan terukur yang tujuannya bukan untuk "menghabisi" lawan melainkan untuk membuatnya kapok (tidak berminat atau tidak mampu lagi) untuk melanjutkan perkelahian.
Ingat bahwa tujuan kita belajar budo bukanlah untuk berkelahi, melainkan justru untuk menghentikan (dan mencegah terjadinya) perkelahian. Tujuan kita berlatih budo bukanlah untuk "menombak" melainkan untuk menghentikan "tombak" itu sendiri. Itulah kenapa pe-budo alias praktisi beladiri (yang terlatih dan terdidik dengan baik) disebut sebagai seorang yang cinta damai.
0 komentar:
Post a Comment