Pariwara

Followers

Shorinji Kempo no Tokucho

Posted by Yonatan Adi on 8:16 AM

Seni beladiri bukan hanya sekedar seni untuk membela diri ataupun seni untuk 'berkelahi' saja. Lebih dari pada itu, seni beladiri adalah "alat" untuk membangun karakter, moral, dan etika, serta membentuk pribadi yang kuat secara fisik maupun mental.

Karena itulah seni beladiri tidak pernah mendidik praktisinya untuk menjadi seorang yang hobi berkelahi, seni beladiri justru mendidik praktisinya untuk sebisa mungkin menghindari tindak kekerasan; kalau memang di (atau ter)-haruskan--dan dengan sangat terpaksa--barulah diperbolehkan untuk menggunakan kekerasan. Kekerasan itu pun hanya boleh digunakan untuk membela apa yang benar dan untuk kepentingan orang banyak, bukan hanya untuk kepentingannya sendiri.

Karena itulah, di dalam seni beladiri biasanya terdapat semacam aturan/ prinsip yang harus dipahami dan dipatuhi oleh para praktisinya. Di postingan kali ini saya akan membahas prinsip atau 'aturan' dari salah satu seni beladiri asal Jepang yaitu Shorinji kempo.

Photo credit: zofiaEliyahu
Kalau di karate ada Niju-kun atau 20 prinsip dasar, di Shorinji kempo ada "Shorinji Kempo no Tokucho" atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai "6 karakteristik Shorinji kempo".

Keenam prinsip ini berakar pada filosofi Zen Budhisme atau Kongo Zen, dan mencerminkan Shorinji kempo dan karakternya sebagai seni beladiri.

Keenam prinsip tersebut adalah: Ken zen ichinyo (ken dan zen dalam satu kesatuan), riki ai funi (harmonisasi cinta dan kekuatan), shushu koju (bertahan diutamakan, menyerang disesuaikan), fusatsu katsujin (tidak membunuh namun menguatkan), go ju ittai (keras dan lembut bersama-sama), dan kumite shutai (berlatih berpasangan diutamakan).

Riki ai funi menjelaskan cara hidup dan cara bertindak seorang kenshi (praktisi shorinji kempo). Ken zen ichinyo menjelaskan metode latihan untuk bisa hidup secara 'riki ai funi'.

Di dalam proses latihan, shushu koju dan fusatsu katsujin adalah cara untuk menggunakan teknik beladiri dengan benar; sedangkan go ju ittai dan kumite shutai merupakan karakteristik dari teknik-teknik tersebut.

#1. Ken zen ichinyo
Karakteristik pertama dari Shorinji kempo adalah "tubuh dan jiwa/ pikiran adalah satu kesatuan" (ken zen ichinyo).

Ken zen ichinyo menekankan bahwa seseorang tidak boleh hanya melatih aspek fisik (atau aspek spiritual) saja, tetapi harus melatih keduanya.

"Zen adalah tentang hati dan pikiran", kata Doshin So--pendiri Shorinji kempo, "Tetapi keduanya (hati dan pikiran) berada di dalam satu tubuh. Jika tubuh tidak sehat, maka jiwa seseorang juga akan ikut 'sakit', dan bagaimanapun baiknya seseorang menjaga kesehatan hati dan pikirannya, tubuh tetap bisa terkena sakit dan penyakit. Tubuh dan jiwa saling berkaitan erat, karena itu kita harus melatih keduanya sebagai satu kesatuan."

Doshin So menekankan bahwa seseorang tidak bisa bergantung hanya pada kekuatan spiritual/ jiwa saja. Doshin So memang pernah menyatakan bahwa dirinya berjuang melawan penyakit jantung--yang dideritanya sejak masa muda--dengan kekuatan spiritual/ jiwa, tetapi kekuatan spiritual/ jiwa tersebut bukan hanya sekedar sebuah 'perasaan' saja tetapi juga tindakan (Doshin So berlatih seni beladiri sejak kecil bersama dengan kakeknya). Doshin So menegaskan bahwa kekuatan spiritual/ jiwa saja tidak akan menyelesaikan apapun.

Lantas bagaimana pandangan Doshin So terhadap latihan fisik?

"Kalau kita menggunakan teknik-teknik Shorinji kempo hanya untuk pamer kekuatan saja, latihan fisik (baca: teknik) kita tidak akan ada nilainya sama sekali."

Pernyataan ini menegaskan bahwa Doshin So menentang kemenangan (dalam sebuah perkelahian) sebagai tolok ukur kemampuan. Dirinya juga menentang latihan yang hanya terfokus pada membangun kondisi fisik saja untuk mencapai tujuan (kemenangan) tersebut.

Doshin So menentang keras latihan yang hanya terfokus pada aspek fisik (atau aspek spiritual) semata. Lebih jauh lagi, Doshin So memperluas ruang lingkup ken zen ichinyo tidak hanya mengenai hubungan antara fisik dan mental spiritual saja tetapi juga hubungan antara pikiran dan tindakan.

"Tidak cukup jika kita hanya memikirkan atau merasakan sesuatu. Kalau kita tidak mengambil tindakan, pikiran dan perasaan tersebut tidak akan ada artinya. Jika kita merasa sesuatu itu benar, lakukanlah. Jika kita merasa sesuatu itu salah, jangan lakukan."

Ini berarti bahwa cara hidup seorang kenshi adalah memperlakukan tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan, tidak hanya berpikir dan merasa namun juga mengambil tindakan atas pikiran dan perasaan tersebut.

#2. Riki ai funi
Karakteristik Shorinji kempo berikutnya adalah "riki ai funi" yang berarti keharmonisan antara kasih sayang dan kekuatan, yang secara jelas tergambar dalam falsafah "kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kedzaliman". Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar karena saya sudah pernah membahasnya disini.

#3. Shushu koju
Karakteristik ketiga adalah shushu koju yang berarti bertahan diutamakan, menyerang (balik) disesuaikan.

Doshin So: "Kita tidak membutuhkan orang yang kuat, yang kita butuhkan adalah orang yang tidak mau menyerah kalah."

Shorinji kempo--yang berakar dari ajaran Zen Budhisme--adalah seni untuk membela diri, untuk melindungi tubuh dan diri kita dari dari lawan yang berniat buruk. Shorinji kempo terdiri atas sekumpulan teknik yang hampir semuanya dimulai dari posisi bertahan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melindungi tubuh kita terlebih dahulu.

Tujuan kita membela diri bukanlah untuk mengalahkan lawan, tujuan kita 'hanyalah' untuk tidak kalah. Untuk membela diri, kita tidak harus menang, yang penting adalah kita tidak boleh kalah.

Kalau kita mendapat serangan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghindari serangan tersebut untuk kemudian melakukan gerakan menangkis (uke = menerima); atau apabila lawan melakukan cengkeraman (menarik ataupun mendorong), penting bagi kita untuk bisa bertahan dari cengkeraman tersebut tanpa kehilangan keseimbangan. Setelah tubuh kita aman, barulah kita melakukan serangan balik seperlunya dan seefektif mungkin. Idealnya kita melakukan gerakan bertahan dan menyerang balik tersebut dalam waktu yang bersamaan.

#4. Fusatsu katsujin
Seperti yang sudah saya jelaskan di poin shushu koju diatas, Shorinji kempo adalah seni untuk membela diri dari lawan yang berniat buruk. Untuk membela diri, kita tidak perlu membunuh atau mencederai fisik lawan, kita hanya perlu 'membunuh' semangatnya untuk melanjutkan perkelahian. 

Fusatsu katsujin ini dulunya diartikan sebagai "tidak membunuh dan tidak menyakiti" tetapi sekarang arti tersebut bergeser menjadi "tidak membunuh namun menguatkan". Bukan hanya sekedar melumpuhkan lawan, intisari dari fusatsu katsujin adalah menghentikan ketidakbenaran dan meyakinkan lawan untuk tidak melakukannya lagi.

"Seseorang yang 'menang' dengan cara berkelahi, belum bisa disebut sebagai pemenang. Untuk benar-benar meraih kemenangan, kita harus bisa meyakinkan orang lain." Doshin So juga menambahkan: "Jika seseorang ingin membunuh orang lain, ada banyak cara untuk melakukannya. Tetapi untuk membuat seseorang benar-benar hidup, memberikan semangat kepada orang lain untuk menjalani dan menikmati hidup, dan juga menerima hal yang sama--itulah 'jalan' Shorinji kempo."

Itulah fusatsu katsujin.

#5. Goju ittai
Sekali lagi, Shorinji kempo adalah suatu bentuk seni untuk membela diri dari lawan yang berniat buruk. Yang perlu diingat, situasi dan serangan lawan akan selalu berubah-ubah, untungnya, teknik-teknik dalam Shorinji kempo bisa diaplikasikan dalam berbagai situasi.

Secara garis besar, teknik-teknik Shorinji kempo bisa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu "goho" dan "juho". Goho (teknik 'keras') terpusat pada gerakan menendang, memukul, dan atau menangkis; sedangkan juho (teknik 'lembut') terpusat pada gerakan kuncian, lepasan, elakan, dan atau bantingan.

Di dalam Shorinji kempo, penggunaan goho dan juho ini tentu saja tergantung pada situasi yang dihadapi. Misalnya seseorang mencengkeram kerah baju Anda, tidak mungkin Anda langsung melakukan goho dan memukul lawan; demikian juga halnya saat Anda diserang dengan serangkaian pukulan yang bertubi-tubi, bertahan dengan juho saja tidak akan cukup.

Doshin So mengatakan: "Strategi adalah hal yang selalu berubah-ubah," untuk menjelaskan penggunaan 'lembut' dan 'keras' dalam merespon serangan lawan. Lebih jauh, Doshin So tidak membatasi goho dan juho ini sebatas pada teknik fisik beladiri saja, "Intisari dari Shorinji kempo adalah sesuatu yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari."

#6. Kumite shutai
Di dalam Shorinji kempo, latihan berpasangan sangatlah diutamakan. Tapi bukan berarti kita tidak bisa berlatih seorang diri lho ya, kita tetap bisa melakukan kihon (latihan dasar) dan tan'en hokei (atau ken--semacam kata dalam karate) tanpa harus berpasangan dengan rekan latihan. Tetapi untuk latihan waza (teknik), mutlak harus ada pasangan.

Saat kita berlatih seorang diri (tandoku), kita tidak akan mungkin melatih maai dan timing kita dengan baik, lagipula tidak mungkin kita berlatih teknik bantingan dan atau kuncian kalau tidak ada rekan latihan yang menjadi 'korbannya' [dan sebaliknya tidak mungkin rekan latihan Anda berlatih teknik bantingan dan atau kuncian kalau tidak ada Anda yang menjadi 'korbannya'].

Anda bisa membaca penjelasan yang lebih lengkap disini.


__________

Itulah dia "Shorinji Kempo no Tokucho" atau yang lebih dikenal sebagai "Enam karakteristik Shorinji kempo.

Semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk menge-klik tombol share dan like di bawah eaa ;d...


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 8:16 AM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB