Setelah sebelumnya saya membahas tentang kumite shutai, kali ini saya akan membahas tentang karakteristik Shorinji kempo yang lainnya yaitu 'riki ai funi'.
Riki ai funi adalah karakteristik kedua (ada 6 karakteristik btw) dari Shorinji kempo yang berarti 'keharmonisan antara kasih sayang dan kekuatan'.
Banyak orang menganggap bahwa kasih sayang dan kekuatan adalah dua hal yang saling berlawanan, tetapi melalui slogan ini, kasih sayang dan kekuatan ternyata bisa berdiri bersama dengan harmonis seperti kata Doshin So (guru besar Shorinji kempo): "Kekuatan tanpa kasih sayang tidak lebih dari kekerasan belaka, tetapi kasih sayang tanpa kekuatan tidak akan berarti apa-apa".
Doshin So juga pernah berkata: "Jika seseorang tidak setuju dengan cara berpikir kita, pastinya kita akan berusaha untuk meyakinkan mereka, tetapi jika mereka menggunakan kekerasan untuk memaksakan jalan pikirannya, maka saya pikir kita pantas merespon hal tersebut dengan kekerasan juga". Kalau dibaca sekilas, terlihat bahwa seolah-olah Doshin So menghalalkan kekerasan untuk 'memaksa' orang lain bertindak sesuai dengan keinginan kita, tetapi tentu saja bukan itu maksudnya. Lalu apa maksud dari Doshin So?
Tidak lama setelah mendirikan dojo Shorinji kempo yang pertama di kota Tadotsu, di distrik Kanagawa, Jepang, Doshin So sempat beradu argumen dengan seorang pendeta. Si pendeta berargumen: "Caramu menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekuatan itu salah. Walaupun orang yang kita hadapi tidak peduli dengan hukum ataupun norma yang berlaku, semua masalah di dunia ini bisa diselesaikan asalkan ada cinta dan kasih sayang".
[Waktu itu Doshin So dan murid-muridnya memang sering terlibat perselisihan dengan anggota geng, preman, dan sebagainya, dimana perselisihan tersebut seringkali berakhir dengan perkelahian. Perlu Anda tahu bahwa ketika Doshin So pertama kali mendirikan dojo (sekitar tahun 1946), Jepang sedang mengalami krisis moral karena kekalahan di perang dunia kedua; hukum dan pemerintahan sedang kacau, jalanan menjadi tempat yang tidak aman, ketidakadilan merajalela. Doshin So dan murid-muridnyalah yang sering turun ke jalanan untuk melawan ketidakadilan tersebut.]
Doshin So yang tidak setuju dengan argumen tersebut menjawab: "Ya, memang benar, berkelahi adalah hal yang bodoh, kekerasan adalah sesuatu yang sangat tidak beralasan. Menghindari kekerasan dan perkelahian adalah hal yang baik. Tetapi--sebaik apapun itu--tidak semua orang peduli akan hal itu. Mereka inilah yang menjadi sumber masalah. Satu-satunya cara untuk menghadapi orang-orang seperti itu adalah dengan menggunakan kekuatan"."Solusinya memang bukan membuat seseorang menjadi seorang petarung, tetapi kalau ada orang yang berbuat onar dan menimbulkan masalah bagi orang lain, harus ada seseorang yang menghentikannya. Untuk dapat melakukan hal itu, orang tersebut--yaitu orang yang akan menghentikan si pembuat onar--harus mempunyai kekuatan", tambahnya.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa Doshin So--walaupun tidak membantah bahwa terkadang kekuatan itu dibutuhkan--tidak pernah menganjurkan perkelahian (kekuatan/ kekerasan) sebagai sebuah solusi.
Kalau kita melihat atau menghadapi situasi yang salah dan tidak sesuai dengan hati nurani, tentu saja kita ingin 'membenarkan' hal tersebut. Untuk bisa melakukannya, kita harus punya backing yaitu kekuatan yang seimbang (fisik dan mental) untuk menghadapi kekuatan 'lawan'.
Saat menulis postingan ini saya teringat dengan salah satu artikel di surat kabar tentang protes dari beberapa orang tua yang menyebutkan bahwa anime "Samurai X" dan "Dragon Ball" kurang baik untuk perkembangan anak-anak mereka karena mengajarkan kekerasan dan perkelahian sebagai solusi dari sebuah masalah.
Saya amat sangat tidak setuju dengan pendapat tersebut.
Pertama, dua serial anime tersebut bukan ditujukan untuk anak-anak melainkan untuk remaja. Karena pandangan yang salah bahwa film kartun adalah 'filmnya anak kecil' membuat para orang tua tidak mau mendampingi anak-anaknya saat menonton--dan langsung menyalahkan filmnya apabila terlihat ada yang salah dengan si anak.
Kedua, coba saja Anda ajak bicara secara baik-baik Udou Jin'e yang gemar membunuh atau Cell yang ingin menghancurkan bumi ... saya tunggu... Gimana? Sudah selesai?
Cinta dan kasih sayang adalah hal yang sangat penting, tetapi terkadang (atau seringnya?) kekuatan juga sangat dibutuhkan. Keberanian, kasih sayang, kekuatan, tidak ada satupun (apabila berdiri sendiri) yang dapat membantu kita menghadapi hal yang salah dan tidak sesuai dengan hati nurani. Milikilah kedua-duanya, milikilah cinta dan kasih sayang, miliki juga kekuatan.
Itulah riki ai funi.
Riki ai funi adalah karakteristik kedua (ada 6 karakteristik btw) dari Shorinji kempo yang berarti 'keharmonisan antara kasih sayang dan kekuatan'.
Banyak orang menganggap bahwa kasih sayang dan kekuatan adalah dua hal yang saling berlawanan, tetapi melalui slogan ini, kasih sayang dan kekuatan ternyata bisa berdiri bersama dengan harmonis seperti kata Doshin So (guru besar Shorinji kempo): "Kekuatan tanpa kasih sayang tidak lebih dari kekerasan belaka, tetapi kasih sayang tanpa kekuatan tidak akan berarti apa-apa".
Doshin So juga pernah berkata: "Jika seseorang tidak setuju dengan cara berpikir kita, pastinya kita akan berusaha untuk meyakinkan mereka, tetapi jika mereka menggunakan kekerasan untuk memaksakan jalan pikirannya, maka saya pikir kita pantas merespon hal tersebut dengan kekerasan juga". Kalau dibaca sekilas, terlihat bahwa seolah-olah Doshin So menghalalkan kekerasan untuk 'memaksa' orang lain bertindak sesuai dengan keinginan kita, tetapi tentu saja bukan itu maksudnya. Lalu apa maksud dari Doshin So?
Tidak lama setelah mendirikan dojo Shorinji kempo yang pertama di kota Tadotsu, di distrik Kanagawa, Jepang, Doshin So sempat beradu argumen dengan seorang pendeta. Si pendeta berargumen: "Caramu menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekuatan itu salah. Walaupun orang yang kita hadapi tidak peduli dengan hukum ataupun norma yang berlaku, semua masalah di dunia ini bisa diselesaikan asalkan ada cinta dan kasih sayang".
Photo credit: bykst |
Doshin So yang tidak setuju dengan argumen tersebut menjawab: "Ya, memang benar, berkelahi adalah hal yang bodoh, kekerasan adalah sesuatu yang sangat tidak beralasan. Menghindari kekerasan dan perkelahian adalah hal yang baik. Tetapi--sebaik apapun itu--tidak semua orang peduli akan hal itu. Mereka inilah yang menjadi sumber masalah. Satu-satunya cara untuk menghadapi orang-orang seperti itu adalah dengan menggunakan kekuatan"."Solusinya memang bukan membuat seseorang menjadi seorang petarung, tetapi kalau ada orang yang berbuat onar dan menimbulkan masalah bagi orang lain, harus ada seseorang yang menghentikannya. Untuk dapat melakukan hal itu, orang tersebut--yaitu orang yang akan menghentikan si pembuat onar--harus mempunyai kekuatan", tambahnya.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa Doshin So--walaupun tidak membantah bahwa terkadang kekuatan itu dibutuhkan--tidak pernah menganjurkan perkelahian (kekuatan/ kekerasan) sebagai sebuah solusi.
Kalau kita melihat atau menghadapi situasi yang salah dan tidak sesuai dengan hati nurani, tentu saja kita ingin 'membenarkan' hal tersebut. Untuk bisa melakukannya, kita harus punya backing yaitu kekuatan yang seimbang (fisik dan mental) untuk menghadapi kekuatan 'lawan'.
Saat menulis postingan ini saya teringat dengan salah satu artikel di surat kabar tentang protes dari beberapa orang tua yang menyebutkan bahwa anime "Samurai X" dan "Dragon Ball" kurang baik untuk perkembangan anak-anak mereka karena mengajarkan kekerasan dan perkelahian sebagai solusi dari sebuah masalah.
Saya amat sangat tidak setuju dengan pendapat tersebut.
Pertama, dua serial anime tersebut bukan ditujukan untuk anak-anak melainkan untuk remaja. Karena pandangan yang salah bahwa film kartun adalah 'filmnya anak kecil' membuat para orang tua tidak mau mendampingi anak-anaknya saat menonton--dan langsung menyalahkan filmnya apabila terlihat ada yang salah dengan si anak.
Kedua, coba saja Anda ajak bicara secara baik-baik Udou Jin'e yang gemar membunuh atau Cell yang ingin menghancurkan bumi ... saya tunggu... Gimana? Sudah selesai?
Cinta dan kasih sayang adalah hal yang sangat penting, tetapi terkadang (atau seringnya?) kekuatan juga sangat dibutuhkan. Keberanian, kasih sayang, kekuatan, tidak ada satupun (apabila berdiri sendiri) yang dapat membantu kita menghadapi hal yang salah dan tidak sesuai dengan hati nurani. Milikilah kedua-duanya, milikilah cinta dan kasih sayang, miliki juga kekuatan.
Itulah riki ai funi.
0 komentar:
Post a Comment