Gichin Funakoshi--yang dianggap sebagai bapak karate modern--adalah salah seorang tokoh beladiri yang membawa seni beladiri karate dari Okinawa ke Jepang. Beliau juga-lah yang mengubah nama kara(to)te [kanji: 唐手] menjadi karate [kanji: 空手]* sehingga seni beladiri tersebut bisa lebih diterima oleh rakyat Jepang pada saat itu.
Tetapi tahukah Anda kalau Funakoshi-sensei--selain seorang ahli beladiri--juga adalah seorang penyair dengan nama pena 'shoto'? Itulah pula sebabnya kenapa aliran karate yang dikembangkannya disebut dengan 'shotokan'**.
Tetapi tahukah Anda kalau Funakoshi-sensei--selain seorang ahli beladiri--juga adalah seorang penyair dengan nama pena 'shoto'? Itulah pula sebabnya kenapa aliran karate yang dikembangkannya disebut dengan 'shotokan'**.
Salah satu warisan paling penting yang ditinggalkan oleh Funakoshi-sensei adalah 20 prinsip dasar karate (atau yang biasa disebut sebagai Niju-kun)--yang diterbitkan pada tahun 1938--yang oleh para karateka di seluruh dunia dianggap sebagai filosofi paling penting yang harus dipahami dan juga diamalkan.
Nijukun [sumber] |
Langsung saja, inilah ke-20 prinsip dasar dalam seni beladiri karate-do.
[Perhatikan bahwa setiap poin dalam Niju-kun selalu diawali dengan kata 'hitotsu' yang berarti 'pertama' atau 'satu', hal ini berarti bahwa setiap poin dalam Niju-kun adalah sama pentingnya, tidak ada satu poin yang lebih penting dari poin lainnya.]
#1. Do not forget that karate begins and ends with rei
Hitotsu, karate-do wa rei ni hajimari rei ni owaru koto a wasaru na
Rei (yang dilakukan dengan cara membungkukkan badan) adalah simbol dari rasa hormat; rasa hormat kepada sensei, rasa hormat kepada pelatih, kepada rekan latihan, maupun kepada dojo dan karate/ seni beladiri itu sendiri. Tetapi yang lebih penting, rei menunjukkan sikap rendah hati dan kesiapan untuk mau belajar.
Rei (yang dilakukan dengan cara membungkukkan badan) adalah simbol dari rasa hormat; rasa hormat kepada sensei, rasa hormat kepada pelatih, kepada rekan latihan, maupun kepada dojo dan karate/ seni beladiri itu sendiri. Tetapi yang lebih penting, rei menunjukkan sikap rendah hati dan kesiapan untuk mau belajar.
Dan perlu diingat juga bahwa rei ini tidak hanya harus dilakukan di dalam dojo/ tempat latihan saja, tetapi juga di luar dojo dengan cara menghargai dan menghormati orang lain tidak peduli siapapun mereka.
#2. There is no first attack in karate
#2. There is no first attack in karate
Hitotsu, karate ni sente nashi
Kita sebagai seorang praktisi karate (dan juga seni beladiri yang lain) tidak boleh berperilaku agresif atau suka mencari gara-gara; atau gampangnya jangan sampai kita-lah yang menyebabkan terjadinya suatu perkelahian. Tetapi jangan pula diartikan bahwa kita harus berdiam diri saja dan tidak boleh (berinisiatif) menyerang duluan kalau jelas-jelas kita akan (atau sudah) diserang.
Kita sebagai seorang praktisi karate (dan juga seni beladiri yang lain) tidak boleh berperilaku agresif atau suka mencari gara-gara; atau gampangnya jangan sampai kita-lah yang menyebabkan terjadinya suatu perkelahian. Tetapi jangan pula diartikan bahwa kita harus berdiam diri saja dan tidak boleh (berinisiatif) menyerang duluan kalau jelas-jelas kita akan (atau sudah) diserang.
#3. Karate stands on the side of justice
Hitotsu, karate wa gi no tasuke
"Kode etik" budo menyebutkan bahwa kita tidak boleh menggunakan kemampuan beladiri kita untuk hal-hal yang buruk seperti mem-bully ataupun mencari keributan. Sebaliknya, kita harus punya keberanian dalam menggunakan kemampuan beladiri kita itu untuk membela yang benar. Mengutip nasehat dari paman Ben Parker: "From great power comes great responsibility", terdapat tanggung jawab yang besar di balik kekuatan yang kita miliki sebagai seorang pe-budo.
#4. First know yourself and then know others
#4. First know yourself and then know others
Hitotsu, mazu onore o shire, shikashite ta o shire
Sebelum memahami orang lain, terlebih dahulu kita harus mampu memahami diri kita sendiri. Tidak akan ada gunanya kalau kita paham 'cara kerja' dunia tetapi kita tidak mengerti bagaimana cara menghadapi dan berinteraksi dengan 'cara kerja' tersebut.
#5. Mentality over technique
#5. Mentality over technique
Hitotsu, gijitsu yori shinjitsu
Di dalam seni beladiri, mental [baca: keteguhan hati; bahasa jawa: tatag] (dan juga refleks) jauh lebih penting daripada teknik beladiri itu sendiri. Setinggi apapun teknik yang kita kuasai, kalau mental kita lemah, kita tidak akan bisa mengaplikasikan teknik tersebut dengan baik (atau malah tidak bisa mengaplikasikannya sama sekali) dalam pertarungan yang sebenarnya.
#6. The heart must be set free
#6. The heart must be set free
Hitotsu, kokoro wa hanatan koto o yosu
Jangan cuma berpikir satu arah, buka pikiran (dan hati) kita untuk segala kemungkinan. Jangan sampai emosi/ perasaan mempengaruhi cara berpikir dan tindakan kita. Kalau kata anak jaman sekarang sih jangan baper.
#7. Calamity springs from carelessness
#7. Calamity springs from carelessness
Hitotsu, wazawai wa ketai ni seizu
Kecerobohan kita dalam bertindak dan atau berkata-kata bisa menimbulkan 'bencana', dan ini tidak hanya berlaku di dalam seni beladiri saja tetapi juga di semua bidang kehidupan. Meminjam kata-kata Paul C. Brunson: "Think once before you act, twice before you speak, and three times before you post on Facebook".
#8. Karate goes beyond the dojo
#8. Karate goes beyond the dojo
Hitotsu, dojo nomino karate to omou na
Karate (dan juga seni beladiri yang lain) bukanlah sesuatu yang bisa 'dihidup-matikan' sebagaimana kita keluar-masuk dojo. Hal-hal seperti postur tubuh, cara bersikap, ataupun kekuatan (baik secara mental maupun fisik) bisa dan juga harus selalu kita aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana karakter 'do' dalam budo yang berarti 'jalan hidup', kita harus selalu menunjukkan standar fisik dan moral yang tinggi di sepanjang waktu saat kita menjalani hidup sehari-hari.
#9. Karate is a life-long pursuit
#9. Karate is a life-long pursuit
Hitotsu, karate-do no shugyo wa issho de aru
Sekali kita menceburkan diri ke dalam 'do', kita tidak akan bisa mentas atau keluar lagi. Budo adalah perjalanan tanpa akhir untuk mencapai kesempurnaan (yang tidak akan mungkin kita raih). Seperti halnya gaya hidup sehat ataupun kejujuran, karate (dan juga seni beladiri yang lain) tidak akan pernah kehilangan nilai dan faedahnya.
#10. Apply the way of karate to all things. Therein lies its beauty
#10. Apply the way of karate to all things. Therein lies its beauty
Hitotsu, ara yuru mono o karateka seyo; sokoni myomi ari
Karena karate (dan juga seni beladiri yang lain) tidak hanya melatih aspek fisik tetapi juga melatih aspek mental (dan spiritual), banyak hal dalam seni beladiri yang bisa kita aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal seperti disiplin di sekolah atau di tempat kerja, menghargai orang lain, serta kejujuran dalam bertindak dan berbicara.
#11. Karate is like boiling water, without heat it will returns to it's tepid state
#11. Karate is like boiling water, without heat it will returns to it's tepid state
Hitotsu, karate wa yu no gotoku taezu netsu o atae zareba motono mizuni kaeru
Latihan yang rutin dan berkesinambungan adalah suatu kebutuhan bagi praktisi karate (dan juga praktisi seni beladiri yang lain). Kalau kita 'libur' latihan satu atau dua minggu saja, bisa dipastikan kita akan kehilangan 'sentuhan' kita.
#12. Do not think about winning; think rather of not losing
Hitotsu, katsu kangae wa motsuna; makenu kangae wa hitsuyo
Dalam perkelahian, kalau kita berpikir harus menang, kita akan terpancing untuk menjadi agresif dan 'membabi buta' yang justru akan membuat kita 'terbuka' untuk diserang. Tetapi, kalau kita 'hanya' tidak ingin kalah, kita akan bisa menyeimbangkan antara menyerang atau bertahan, antara menyerang balik atau mengelak, antara merangsek ke depan atau menunggu, dan sebagainya.
#13. Make adjustments according to your opponent
#13. Make adjustments according to your opponent
Hitotsu, tekki ni yotte tenka seyo
Tidak ada taktik universal yang bisa dipakai untuk setiap lawan ataupun di setiap keadaan. Taktik bertarung kita ketika melawan seseorang yang 'cepat' tentunya akan berbeda dengan taktik saat melawan seseorang yang 'lamban tapi kuat' misalnya. Prinsip ini tidak hanya berlaku di dalam perkelahian saja tetapi juga di dalam situasi 'konfrontasi' lain seperti interaksi dengan bos atau rekan kerja kita misalnya.
#14. The outcome of a battle depends on how one handles emptiness and fullness (weakness and strengh)
Hitotsu, tatakai wa kyo-jitsu no soju ikan ni ari
Jangan memaksakan sesuatu yang 'mustahil' seperti menyerang ketika lawan juga sedang melancarkan serangan. Bertahan atau mundur saat diserang, dan merangsek ke depan serta menyerang saat lawan sedang mundur bertahan.
#15. Think of hands and feet as a swords
#15. Think of hands and feet as a swords
Hitotsu, hi to no te-ashi wa ken to omoe
Sasaran yang bisa diserang dengan menggunakan pedang biasanya juga bisa diserang dengan cara yang sama menggunakan tangan dan kaki kita. Dengan kata lain, kita bisa menggunakan tangan dan kaki kita sebagaimana kita menyabet dan menusuk menggunakan pedang.
#16. When you step beyond your own gate, you face a million enemies
Hitotsu, danshi mon o izureba hyakuman no teki ari
Bahaya selalu mengancam saat kita keluar dari 'zona nyaman' (seperti rumah, lingkungan tempat tinggal, ataupun cara berpikir kita). Yang dimaksud bahaya disini bukan hanya bahaya secara fisik saja lho ya tetapi juga bahaya secara mental. Waspadalah... waspadalah.
#17. Formal stances are for beginners; later one stands naturally
Hitotsu, kamae wa shoshinsha ni atowa shizentai
Kamae (atau yang sering disebut sebagai kuda-kuda) 'resmi' hanyalah untuk pemula. Pemula berlatih kamae untuk belajar bagaimana cara menggunakan bobot tubuh dan atau memposisikan dirinya untuk menyerang ataupun bertahan (serta melatih mentalnya untuk ikut ber-kamae). Kalau kedua hal ini sudah dikuasai, kamae 'resmi' tidak lagi dibutuhkan (kecuali untuk ujian kenaikan tingkat tentu saja ;D).
#18. Perform kata exactly; actual combat is another matter
#18. Perform kata exactly; actual combat is another matter
Hitotsu, kata wa tadashiku, jisen wa betsumono
Kata (atau tan'en hokei kalau di Shorinji kempo) tidak hanya melatih gerakan-gerakan untuk bertarung saja tetapi juga merupakan 'alat' untuk mendisiplinkan raga dan jiwa. Kita perlu ingat bahwa pertarungan yang sebenarnya lebih tidak tertebak, lebih 'kacau', dan jauh lebih brutal daripada rangkaian gerakan kata. Kata adalah gambaran ideal (dan indah) dari pertarungan.
#19. Do not forget the employment of withdrawal of power, the extension and contraction of the body, the swift or leisurely application of technique
Hitotsu, chikara no kyojaku tai no shinshuku wazano kankyu
Dalam mengaplikasikan teknik beladiri, tidak cukup kalau kita selalu lambat (atau selalu cepat); tidak cukup pula kalau kita terus bertahan (atau terus menyerang), kita harus menyeimbangkan keduanya.
#20. Be constantly mindful, diligent, and resourceful, in your pursuit of the way
#20. Be constantly mindful, diligent, and resourceful, in your pursuit of the way
Hitotsu, tsune ni shinen ku fu seyo
Jangan pernah berhenti berpikir, selalu kreatif, dan kembangkan terus latihan beladiri Anda.
__________
Itulah dia 20 prinsip dasar karate menurut Gichin Funakoshi. Meskipun ke-20 prinsip ini dimaksudkan sebagai 'pedoman' bagi para karateka (utamanya aliran shotokan), tidak ada salahnya kita yang belajar seni beladiri lain (yang bukan karate) untuk ikut mempelajarinya.
Kenapa begitu? Karena ke-20 prinsip ini bisa diaplikasikan tidak hanya untuk seni beladiri karate saja tetapi juga untuk semua aliran seni beladiri, bahkan prinsip-prinsip ini juga sangat klop untuk diterapkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari.
__________
Itulah dia 20 prinsip dasar karate menurut Gichin Funakoshi. Meskipun ke-20 prinsip ini dimaksudkan sebagai 'pedoman' bagi para karateka (utamanya aliran shotokan), tidak ada salahnya kita yang belajar seni beladiri lain (yang bukan karate) untuk ikut mempelajarinya.
Kenapa begitu? Karena ke-20 prinsip ini bisa diaplikasikan tidak hanya untuk seni beladiri karate saja tetapi juga untuk semua aliran seni beladiri, bahkan prinsip-prinsip ini juga sangat klop untuk diterapkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jadi prinsip mana saja yang sudah Anda terapkan?
* meskipun huruf 唐 dan huruf 空 sama-sama dibaca 'kara', huruf 唐 juga bisa dibaca 'to' yang berarti 'cina'.
** nama shotokan bukanlah buah pikiran Gichin Funakoshi tetapi adalah 'hasil karya' murid-muridnya yang memasang papan nama di atas pintu masuk dojo bertuliskan 'shoto-kan' yang berarti 'rumahnya shoto'.
0 komentar:
Post a Comment