Lagi-lagi saya mendapatkan pertanyaan yang cukup menarik: "Bisakah kita belajar seni beladiri hanya dari buku saja?".
Kalau Anda sering jalan-jalan ke toko buku, Anda pasti akan banyak menemuicewek-cewek cantik buku-buku seperti: "Belajar Karate dalam 100 Hari", "Belajar Kungfu Tanpa Guru", "Pencak Silat untuk Pemula", dan sebagainya. Akan sangat mudah bagi Anda yang tertarik pada seni beladiri untuk membeli dan mempelajari seni beladiri dari buku-buku tersebut.
Jadi, jawaban dari pertanyaan di atas adalah: "bisa".
Tetapi tunggu dulu, perhatikan kembali pertanyaannya: "Bisakah kita belajar seni beladiri hanya dari buku saja?". Anda akan dengan mudah belajar seni beladiri dari sebuah buku, tetapi yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah: "Bisakah kita menguasai seni beladiri tersebut dengan baik?".
Kalau Anda sering jalan-jalan ke toko buku, Anda pasti akan banyak menemui
Jadi, jawaban dari pertanyaan di atas adalah: "bisa".
Tetapi tunggu dulu, perhatikan kembali pertanyaannya: "Bisakah kita belajar seni beladiri hanya dari buku saja?". Anda akan dengan mudah belajar seni beladiri dari sebuah buku, tetapi yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah: "Bisakah kita menguasai seni beladiri tersebut dengan baik?".
Jawabannya adalah: (kejutan) "tidak mungkin bisa".
Bukan buku koleksi saya [Photo credit: ProjectManhattan] |
Meskipun tidak secara khusus mempelajarinya, saya juga memiliki beberapa buku tentang seni beladiri diluar seni beladiri yang sedang saya tekuni. Beberapa diantaranya adalah: "Dasar-Dasar Judo", "Aikido: Seni Beladiri dan Filosofi", dan juga beberapa video seperti: "The Essence of Judo by Kyuzo Mifune", "Aikido Technique for Minarai", "Taekwondo's Amazing Kicks" dan "Wingchun Lesson".
Saya sering (kendati tidak setiap hari) membaca, menonton, dan juga mempelajari buku-buku serta video-video tersebut. Namun apa hasilnya? Nol besar. Padahal instruksi dan penjelasannya cukup jelas, tetapi jangankan menguasainya, menirukan teknik atau gerakannya saja sangat sulit.
"You can only understand if you've had the technique done to you. It's like food. You can't describe the taste, but if you've tasted it, you know what it is. You have to personally experience it to understand." Kutipan dari soke Hatsumi Masaaki ini memang sangat tepat. Kita tidak akan mungkin memahami suatu teknik (terutama teknik bantingan dan kuncian) tanpa merasakan sendiri teknik tersebut dilakukan pada diri kita.
Kalau kita hanya mau menjadi pelaku tanpa mau menjadi "korban", selamanya kita akan mengalami kesulitan untuk menguasai teknik tersebut. Dengan kata lain, untuk meningkatkan penguasaan suatu teknik, kita harus mau merendahkan ego kita, atau kalau digambarkan dalam rumus matematika:
Dari "rumus" tersebut bisa disimpulkan bahwa semakin kecil ego kita, maka tingkat penguasaan kita terhadap suatu teknik beladiri akan semakin tinggi.
Bacaan terkait: Budomath: Seni Beladiri dan Matematika
Mungkin saja--meski sangat jarang--Anda bisa menirukan serta memahami prinsip dari gerakan-gerakan seni beladiri yang Anda pelajari dari buku, tetapi itu hanyalah salah satu aspek dari seni beladiri saja. Kita tidak akan bisa mempelajari dua aspek lainnya--yaitu mental dan spiritual--hanya dari sebuah buku.
Kecuali Anda sudah benar-benar menguasai dasar-dasar dari suatu seni beladiri, Anda tidak akan mungkin bisa menguasai seni beladiri tersebut dengan baik kalau "guru" Anda hanyalah sebuah buku.
Dan kabar buruk bagi Anda, menguasai dasar-dasar seni beladiri itu tidaklah mudah.
Tahukah Anda apa sebutan seorang murid beladiri yang baru saja disahkan menjadi yudansha di dalam seni beladiri Jepang? Yudansha (sabuk hitam) tingkat pertama disebut dengan "shodan" yang secara harfiah berarti "tingkat terkecil/ dasar". Kendati Anda sudah berhak melilitkan sabuk hitam di pinggang Anda, Anda dianggap baru menguasai dasar-dasar dari seni beladiri yang bersangkutan.
Berlawanan dengan mitos yang banyak beredar--bahwa seorang sabuk hitam adalah seorang ahli dari suatu seni beladiri (mungkin benar untuk tingkatan Dan 7 keatas)--sabuk hitam tingkat pertama (Dan 1) hanyalah seorang murid tingkat dasar.
Sebagai penutup, saya sih lebih menganggap memiliki buku atau video-video tentang berbagai aliran seni beladiri hanya sebagai tambahan pengetahuan diluar seni beladiri "utama" saya.
Sama seperti saat kita bersekolah dulu. Kita tidak akan mungkin bisa menjadi seperti sekarang ini kalau kita hanya belajar matematika, fisika, kimia, atau biologi saja. Kita bisa menjadi seperti sekarang karena kita juga mempelajari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, geografi, pendidikan moral Pancasila (sekarang masih ada gak ya?), ekonomi, akuntansi, kesenian, dan lain sebagainya.
Semoga bermanfaat dan terimakasih
Tahukah Anda apa sebutan seorang murid beladiri yang baru saja disahkan menjadi yudansha di dalam seni beladiri Jepang? Yudansha (sabuk hitam) tingkat pertama disebut dengan "shodan" yang secara harfiah berarti "tingkat terkecil/ dasar". Kendati Anda sudah berhak melilitkan sabuk hitam di pinggang Anda, Anda dianggap baru menguasai dasar-dasar dari seni beladiri yang bersangkutan.
Berlawanan dengan mitos yang banyak beredar--bahwa seorang sabuk hitam adalah seorang ahli dari suatu seni beladiri (mungkin benar untuk tingkatan Dan 7 keatas)--sabuk hitam tingkat pertama (Dan 1) hanyalah seorang murid tingkat dasar.
Sebagai penutup, saya sih lebih menganggap memiliki buku atau video-video tentang berbagai aliran seni beladiri hanya sebagai tambahan pengetahuan diluar seni beladiri "utama" saya.
Sama seperti saat kita bersekolah dulu. Kita tidak akan mungkin bisa menjadi seperti sekarang ini kalau kita hanya belajar matematika, fisika, kimia, atau biologi saja. Kita bisa menjadi seperti sekarang karena kita juga mempelajari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, geografi, pendidikan moral Pancasila (sekarang masih ada gak ya?), ekonomi, akuntansi, kesenian, dan lain sebagainya.
Semoga bermanfaat dan terimakasih
0 komentar:
Post a Comment