Pariwara

Followers

Bukti Kalau Praktisi Beladiri Lebih Menghargai Orang Lain

Posted by Yonatan Adi on 2:01 PM

Apa yang Anda lakukan saat berkenalan dengan seseorang? Apa pula yang Anda lakukan saat bertemu/ berpisah dengan teman, rekan bisnis/ kerja, atau atasan Anda?

Tunggu dulu... tidak usah menjawab pertanyaan itu, karena saya yakin kita semua sudah tahu jawabannya.

Ya benar, berjabat tangan.

Tetapi tahukah Anda dari mana tradisi jabat tangan ini berasal?

Jabat tangan adalah gestur yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti paling tua ditemukan di Yunani kuno. Di museum Pergamon, Berlin, terdapat sebuah batu yang berasal dari abad ke-5 sebelum masehi yang mana di batu tersebut terpahat gambar dua orang prajurit yang sedang berjabat tangan. Di museum Akropolis, Athena, di batu dasar dari salah satu pilarnya, terdapat gambar Hera yang sedang berjabat tangan dengan Athena.

Konon, berjabat tangan adalah simbol dari perdamaian dan itikad baik dimana kedua belah pihak menunjukkan dengan tangan terbuka bahwa mereka tidak membawa senjata di tangannya. Tapi saya kurang yakin dengan bagian "simbol perdamaian dan itikad baik" tersebut.

Di Romawi kuno misalnya, jabat tangan--yang lebih tepat kalau disebut "jabat lengan" karena kedua belah pihak saling menggenggam lengan bawah dari orang yang diajaknya berjabat tangan--bertujuan untuk meraba dan mencari tahu ada tidaknya senjata yang disembunyikan di balik lengan baju.

Bahkan dikatakan bahwa gerakan menggoncang-goncangkan tangan yang sedang berjabat bertujuan untuk merontokkan senjata yang disembunyikan di dalam lengan baju --> para ksatria di Eropa abad pertengahan melakukannya.

Jadi, jabat tangan itu simbol perdamaian atau kecurigaan? Semua tergantung pada sudut pandang kita masing-masing.

Photo credit: UliSchu
Berbeda di barat, berbeda pula di timur. Di belahan dunia timur, memberi salam dilakukan bukan dengan berjabat tangan. Di Nepal dan India misalnya, memberi salam dilakukan dengan namaste yaitu gestur yang dilakukan dengan cara merapatkan kedua tangan yang terbuka di depan dada dengan jari-jari tangan menunjuk ke atas serta sedikit membungkukkan badan.

Di Tiongkok, memberi salam dilakukan dengan apa yang saya sebut sebagai "salam kungfu". Salam kungfu ini dilakukan dengan cara memegang tangan kanan yang menggenggam ringan di depan dada dengan menggunakan tangan kiri. Dikatakan bahwa gestur ini menirukan tangan seorang budak yang dipasung, yang menunjukkan kemauan kita untuk menjadi "pelayan" bagi orang yang kita beri salam.

Di Jepang, rei dilakukan untuk memberi salam (dan juga untuk memberi hormat, memohon, dan atau meminta maaf) kepada orang lain. Rei ini dilakukan dengan cara membungkukkan badan dengan sudut yang berbeda-beda tergantung pada tujuan dan kepada siapa rei tersebut ditujukan. Untuk lebih lengkapnya silakan Anda baca postingan saya tentang tradisi menghargai orang lain dalam seni beladiri.

Rei inilah yang kemudian diadopsi ke dalam berbagai aliran seni beladiri Jepang, dan itulah kenapa postingan ini saya beri judul "bukti kalau praktisi beladiri lebih menghargai orang lain".

Ketika berjabat tangan--seperti yang dilakukan oleh orang Romawi kuno dan ksatria Eropa abad pertengahan--kedua belah pihak saling mencurigai kalau-kalau orang yang berjabat tangan dengan dirinya menyembunyikan senjata di dalam lengan bajunya. Berbeda dengan rei yang mana kedua belah pihak saling membungkukkan badan yang menunjukkan rasa saling percaya bahwa orang lain (yang diberinya salam) tidak memiliki niat buruk apapun. Bahkan, lebih jauh lagi, "salam kungfu" menunjukkan sikap mau merendahkan diri, bahwa kita bersedia menjadi "pelayan" bagi orang lain.

Dan siapa bilang rei ini tidak menunjukkan kesetaraan? Oke, mungkin saat kita membungkukkan badan kepada seseorang, terlihat seolah-olah orang tersebut lebih "besar" daripada kita. Tetapi, menurut saya justru terbalik. Orang yang mau membungkukkan badannya kepada orang lain justru menunjukkan kebesaran hati dan sikap mau merendah yang menurut saya itulah ciri-ciri dari orang yang besar, seorang yang bermental raja namun berhati seorang hamba. Lagipula, saat kita melakukan rei dalam latihan beladiri misalnya, orang yang kita beri rei pasti akan membalas dengan melakukan rei juga.

Gak tau dengan Anda, tapi menurut saya itu berarti setara.

Di dalam Shorinji kempo--meskipun rei digantikan dengan gassho--memberi salam juga memiliki arti yang sama. Di dalam salah satu tradisinya, Shorinji kempo mewajibkan semua kenshi-nya untuk melakukan gassho setiap kali bertemu dengan kenshi lain (entah kenshi tersebut atasannya ataupun bawahannya) dimanapun dan kapanpun. Dan kenshi yang diberi salam wajib membalas salam tersebut dengan melakukan gassho juga. Setara bukan?

Sebelum saya tutup postingan ini, saya ingin menunjukkan kepada Anda salah satu kutipan favorit saya: "Jangan menilai seseorang dari caranya memperlakukan atasannya, nilailah seseorang dari caranya memperlakukan bawahannya", tetapi akan lebih baik lagi kalau kita tidak gampang menilai orang lain.

Semoga bermanfaat dan terimakasih.


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:01 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB