Adakah diantara Anda pembaca blog ini yang pernah mengenal mainan mobil-mobilan bernama Tamiya? Kalau ada selamat karena Anda sudah tua ;p.
Tamiya adalah mainan yang sempat booming di dunia dan khususnya di Indonesia pada pertengahan tahun '90-an. Saking populernya, mainan ini bahkan pernah diadaptasi ke dalam serial anime legendaris berjudul "Dash! Yonkuro".
Tetapi tahukah Anda bahwa menyebut mainan ini dengan nama Tamiya sebenarnya tidaklah tepat? Nama dari mainan mobil-mobilan yang saya maksud sebenarnya bukanlah "Tamiya" melainkan "Mini 4WD". Tamiya sendiri adalah nama salah satu perusahaan asal Jepang yang memproduksi mainan Mini 4WD ini.
Lantas apa sih yang membuat mainan ini begitu digandrungi saat itu tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia? Salah satu sebabnya adalah karena kita harus merakitnya sendiri.
Ya benar, saat membeli pertama kali, alih-alih mendapatkan mainan yang sudah 'jadi', kita harus merakit sendiri bagian-bagian dari Mini 4WD seperti sasis, bodi, roda, karet roda, motor listrik (biasa kita sebut dinamo), roda gigi, stiker (untuk ditempel di bodi), dan juga komponen-komponen lainnya menjadi satu.
Yang unik adalah, kita tidak harus merakit mainan kita sesuai dengan petunjuk yang disertakan, kita bisa saja melakukan berbagai modifikasi. Memasang rangka besi di bemper, mengganti motor listrik bawaan dengan motor listrik yang tenaganya lebih besar, ataupun sengaja tidak memasang penggerak roda depan (sehingga lebih tepat kalau disebut Mini 2WD) adalah beberapa contoh modifikasi yang bisa kita lakukan. Intinya adalah kita bisa membuat mobil Mini 4WD sesuai dengan keinginan kita.
Proses merakit dan memodifikasi inilah yang membuat bermain Mini 4WD menjadi sangat mengasyikkan, selain tentu saja mengadu Mini 4WD kita dengan Mini 4WD milik kawan (atau lawan?) kita dalam balapan.
Tamiya adalah mainan yang sempat booming di dunia dan khususnya di Indonesia pada pertengahan tahun '90-an. Saking populernya, mainan ini bahkan pernah diadaptasi ke dalam serial anime legendaris berjudul "Dash! Yonkuro".
Tetapi tahukah Anda bahwa menyebut mainan ini dengan nama Tamiya sebenarnya tidaklah tepat? Nama dari mainan mobil-mobilan yang saya maksud sebenarnya bukanlah "Tamiya" melainkan "Mini 4WD". Tamiya sendiri adalah nama salah satu perusahaan asal Jepang yang memproduksi mainan Mini 4WD ini.
Lantas apa sih yang membuat mainan ini begitu digandrungi saat itu tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia? Salah satu sebabnya adalah karena kita harus merakitnya sendiri.
Ya benar, saat membeli pertama kali, alih-alih mendapatkan mainan yang sudah 'jadi', kita harus merakit sendiri bagian-bagian dari Mini 4WD seperti sasis, bodi, roda, karet roda, motor listrik (biasa kita sebut dinamo), roda gigi, stiker (untuk ditempel di bodi), dan juga komponen-komponen lainnya menjadi satu.
Yang unik adalah, kita tidak harus merakit mainan kita sesuai dengan petunjuk yang disertakan, kita bisa saja melakukan berbagai modifikasi. Memasang rangka besi di bemper, mengganti motor listrik bawaan dengan motor listrik yang tenaganya lebih besar, ataupun sengaja tidak memasang penggerak roda depan (sehingga lebih tepat kalau disebut Mini 2WD) adalah beberapa contoh modifikasi yang bisa kita lakukan. Intinya adalah kita bisa membuat mobil Mini 4WD sesuai dengan keinginan kita.
Proses merakit dan memodifikasi inilah yang membuat bermain Mini 4WD menjadi sangat mengasyikkan, selain tentu saja mengadu Mini 4WD kita dengan Mini 4WD milik kawan (atau lawan?) kita dalam balapan.
Photo credit: baku13 (GFDL,cc-by-sa-2.1-jp) |
Kok bisa?
Seni beladiri, atau dalam hal ini seni beladiri yang sudah 'jadi', adalah hasil rakitan dari komponen-komponen yang lebih kecil, komponen seperti kuda-kuda, teknik pukulan, tendangan, serta tangkisan, olah tubuh atau tai sabaki, sampai dengan zanshin, dan juga kiai serta kisei.
Sama seperti komponen dari mainan mini 4WD--yang kalau masih terpisah tampak tidak berarti--komponen-komponen dalam seni beladiri inipun akan terlihat sepele dan tidak berarti kalau berdiri sendiri-sendiri. Seperti halnya kita tidak bisa bermain mini 4WD hanya dengan sasisnya saja, kita juga tidak akan bisa 'bermain' seni beladiri hanya dengan kuda-kudaan... *ehem* maksud saya kuda-kuda-nya saja.
Saat pertama kali membeli (baca: mendaftar) di suatu organisasi seni beladiri, kita akan mendapatkan (baca: diajari) komponen-komponen tersebut secara terpisah. Kemudian, secara bertahap, kita akan diajari untuk 'merakit' komponen-komponen tersebut menjadi satu kesatuan. Proses merakit inilah yang membuat latihan beladiri menjadi sebuah aktivitas yang mengasyikkan.
Tetapi gimana kalau seni beladiri kita sudah 'jadi' dan kita tidak perlu merakit-rakit lagi? Apakah akan jadi membosankan?
Jawabannya adalah: (untungnya) tidak.
Seperti halnya Mini 4WD yang bisa kita modifikasi sesuka hati, kita juga bisa 'memodifikasi' seni beladiri kita. Modifikasi disini tentu saja bukan berarti mengubah secara total, tetap ada pakem yang harus kita ikuti. Biasanya modifikasi ini terjadi untuk menyesuaikan gerakan-gerakan dalam seni beladiri yang bersangkutan dengan postur tubuh dan pembawaan kita. Dalam seni beladiri, proses modifikasi ini dikenal sebagai shu - ha - ri--dan karena bisa dimodifikasi inilah maka seni beladiri disebut sebagai suatu bentuk seni dan bukan ilmu.
Karena seni beladiri adalah sebuah... *ehem* seni, kita tidak akan pernah menemukan (dalam seni beladiri yang sama) gerakan yang sama persis dari dua orang yang berbeda. Dan menurut saya, itulah yang membuat seni beladiri menjadi lebih mengasyikan. Kita tidak akan pernah bosan karena akan selalu menemukan sesuatu yang baru.
Tetapi tetap ada syaratnya.
Untuk bisa menemukan keasyikan itu, kita harus memiliki hati dan pikiran yang terbuka. Kalau kita merasa sudah hebat, kalau kita merasa sudah tidak perlu belajar lagi, rasa bosan lah yang akan kita dapatkan.
Selalu anggap diri kita sebagai seorang pemula dan tetaplah menjadi 'bodoh'. Bukan tanpa alasan peringkat tertinggi dalam permainan catur tradisional Tiongkok--yang kemudian diadopsi ke dalam sistem tingkatan budo--disebut 'menjadi bodoh', karena semakin banyak yang kita pelajari dalam seni beladiri, semakin kita sadar bahwa kita masih harus banyak belajar.
Setuju dengan saya?
0 komentar:
Post a Comment