Kalau Anda penggemar serial tokusatsu/ dorama Kamen Rider, Anda pasti akan sering mendengar kata ini diucapkan...
Zanshin!!
... eh, salah ya?
*ehem*
Dalam latihan seni beladiri (terutama seni beladiri yang berasal dari Jepang), sensei/ pelatih bakalan sering memberi instruksi kepada kita para muridnya untuk "zanshin" setelah kita selesai melakukan suatu teknik beladiri (yang saya maksud dengan teknik beladiri disini bukan hanya terbatas pada teknik menyerang atau bertahan saja tetapi juga teknik-teknik lain seperti ukemi), dan kita (tentu saja) akan terpaksa melakukannya.
Tetapi tahukah Anda apa sih sebenarnya zanshin itu?
Istilah zanshin (kanji: 残心) berasal dari (mana lagi?) bahasa Jepang yang secara umum berarti "pikiran yang tetap/ tidak berubah". Zanshin ini adalah istilah yang digunakan di dalam budo (seni beladiri) untuk menjelaskan keadaan pikiran yang tenang namun senantiasa siap dan waspada.
Zanshin adalah kondisi mental yang selalu sadar (dan juga waspada), bukan hanya dengan keadaan sekitar tetapi juga sadar dengan keadaan tubuh dan pikiran kita sendiri, dengan kata lain zanshin adalah kondisi mental yang siap menghadapi segala sesuatu baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri kita.
Tetapi sayangnya di dalam gendai budo (seni beladiri modern) (dan terutama di luar Jepang), istilah zanshin ini dipersempit artinya menjadi "hanya" sikap atau postur tubuh yang siap menghadapi serangan (ataupun siap untuk melakukan serangan).
Di Jepang sana ada pepatah yang berbunyi: "Setelah memenangkan pertempuran, kencangkan kembali helm perang-mu". Pepatah ini berarti: pertempuran belum selesai meskipun kita sudah menang. Pertempuran selesai hanya saat kita kehilangan motivasi, saat kita kehilangan konsentrasi, saat kita berhenti memperhatikan keadaan di sekitar kita, atau saat kita menjadi malas dan ogah-ogahan.
Dalam latihan seni beladiri, setiap kali selesai mengaplikasikan suatu teknik beladiri (entah itu memukul, menendang, membanting, mengunci, ataupun melakukan ukemi), seringkali kita lupa untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan kewaspadaan karena menganggap teknik kita sudah selesai dan "lawan" telah berhasil kita taklukkan. Dan memang kita sudah berhasil...
Tetapi tahukah Anda apa sih sebenarnya zanshin itu?
Istilah zanshin (kanji: 残心) berasal dari (mana lagi?) bahasa Jepang yang secara umum berarti "pikiran yang tetap/ tidak berubah". Zanshin ini adalah istilah yang digunakan di dalam budo (seni beladiri) untuk menjelaskan keadaan pikiran yang tenang namun senantiasa siap dan waspada.
Zanshin adalah kondisi mental yang selalu sadar (dan juga waspada), bukan hanya dengan keadaan sekitar tetapi juga sadar dengan keadaan tubuh dan pikiran kita sendiri, dengan kata lain zanshin adalah kondisi mental yang siap menghadapi segala sesuatu baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri kita.
Tetapi sayangnya di dalam gendai budo (seni beladiri modern) (dan terutama di luar Jepang), istilah zanshin ini dipersempit artinya menjadi "hanya" sikap atau postur tubuh yang siap menghadapi serangan (ataupun siap untuk melakukan serangan).
Photo credit: johnhain |
Dalam latihan seni beladiri, setiap kali selesai mengaplikasikan suatu teknik beladiri (entah itu memukul, menendang, membanting, mengunci, ataupun melakukan ukemi), seringkali kita lupa untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan kewaspadaan karena menganggap teknik kita sudah selesai dan "lawan" telah berhasil kita taklukkan. Dan memang kita sudah berhasil...
... di dalam dojo.
Kita lupa bahwa keadaan di dalam dan di luar dojo (baca: pertarungan sebenarnya) sangatlah berbeda. Di dalam latihan (di dojo), rekan latihan kita tidak akan menyerang lagi setelah "terkena" teknik yang kita aplikasikan; tetapi dalam pertarungan sebenarnya, lawan tidak akan menyerah begitu saja setelah menjadi korban dari teknik kita, mereka akan terus menyerang dan menyerang sampai salah satu diantara Anda roboh dan tidak bisa bangun lagi.
Menariknya, konsep zanshin ini tidak hanya bisa diaplikasikan di dalam seni beladiri saja, konsep ini juga bisa diaplikasikan ke dalam berbagai bidang kehidupan, contohnya:
Di dalam konsep zanshin sendiri terdapat 8 aspek atau 8 unsur yang--jika dilihat sekilas--sangat aplikatif dalam seni beladiri. Tetapi kalau kita mau melihat lebih dalam, aspek-aspek tersebut juga bisa kita aplikasikan ke dalam semua bidang kehidupan.
#1. Postur (shisei)
Kita lupa bahwa keadaan di dalam dan di luar dojo (baca: pertarungan sebenarnya) sangatlah berbeda. Di dalam latihan (di dojo), rekan latihan kita tidak akan menyerang lagi setelah "terkena" teknik yang kita aplikasikan; tetapi dalam pertarungan sebenarnya, lawan tidak akan menyerah begitu saja setelah menjadi korban dari teknik kita, mereka akan terus menyerang dan menyerang sampai salah satu diantara Anda roboh dan tidak bisa bangun lagi.
Menariknya, konsep zanshin ini tidak hanya bisa diaplikasikan di dalam seni beladiri saja, konsep ini juga bisa diaplikasikan ke dalam berbagai bidang kehidupan, contohnya:
- di dunia fitness: "pertempuran" belum selesai ketika Anda berhasil mendapatkan bentuk tubuh yang Anda inginkan. Pertempuran selesai kalau Anda berhenti berlatih (karena sudah merasa puas), atau kalau Anda terlalu senang kemudian berlatih secara berlebihan.
- di dunia perdagangan: "pertempuran" belum selesai ketika Anda berhasil melakukan penjualan dalam jumlah besar. Pertempuran selesai ketika Anda merasa puas sehingga tidak berusaha lagi untuk meningkatkan kualitas pelayanan Anda kepada pelanggan.
- di dunia per-blogging-an: "pertempuran" belum selesai ketika blog Anda dibaca oleh ribuan orang setiap harinya. Pertempuran selesai ketika Anda malas mencari ide untuk membuat postingan baru.
Musuh kita--di semua bidang kehidupan--bukanlah kegagalan ataupun keberhasilan. Musuh kita adalah kebosanan, kurangnya konsentrasi, kelelahan, serta rasa malas yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Musuh kita adalah kurangnya komitmen dan tidak mau menjalani proses, padahal--seperti yang kita semua tahu--proses jauh lebih penting daripada tujuan ataupun hasil akhirnya.
Di dalam konsep zanshin sendiri terdapat 8 aspek atau 8 unsur yang--jika dilihat sekilas--sangat aplikatif dalam seni beladiri. Tetapi kalau kita mau melihat lebih dalam, aspek-aspek tersebut juga bisa kita aplikasikan ke dalam semua bidang kehidupan.
#1. Postur (shisei)
Bagaimana cara kita menempatkan dan menggerakkan tubuh kita. Tetap tenang dan rileks namun selalu siap menghadapi segala kemungkinan.
#2. Pandangan mata (metsuke)
#2. Pandangan mata (metsuke)
Perhatikan keadaan di sekitar kita, perhatikan semua hal, perhatikan semua orang, dan yang penting tetaplah waspada.
#3. Jarak (maai)
Aspek jarak ini jelas sangat aplikatif dalam seni beladiri, meskipun juga sama aplikatifnya dalam kehidupan. Menjaga maai (atau jarak) ini adalah seperti menjaga "area pribadi" yang tidak boleh diganggu. Kita harus selektif memilih siapa dan seberapa dekat seseorang boleh mendekati kita. Di lampu merah misalnya, kita harus "tahu" kapan kita harus berhenti dan seberapa dekat jarak antara kendaraan kita dengan kendaraan di depan kita.
#4. Tenaga yang harmonis (kiai)
Aspek jarak ini jelas sangat aplikatif dalam seni beladiri, meskipun juga sama aplikatifnya dalam kehidupan. Menjaga maai (atau jarak) ini adalah seperti menjaga "area pribadi" yang tidak boleh diganggu. Kita harus selektif memilih siapa dan seberapa dekat seseorang boleh mendekati kita. Di lampu merah misalnya, kita harus "tahu" kapan kita harus berhenti dan seberapa dekat jarak antara kendaraan kita dengan kendaraan di depan kita.
#4. Tenaga yang harmonis (kiai)
Kita harus selalu ber-kiai untuk mengharmoniskan tenaga dari tubuh, jiwa, dan pikiran kita dalam melakukan semua aktivitas kita, tetapi bukan berarti kita harus berteriak-teriak setiap saat karena kiai-pun bisa terwujud dalam sikap dan postur tubuh kita.
#5. Ki-musubi
#5. Ki-musubi
Kita tidak hanya berhubungan dengan dunia luar saja, kita juga berhubungan dengan "dunia" di dalam diri kita. Ki-musubi menentukan seberapa dekat hubungan kita dengan dunia di dalam diri kita, seberapa banyak perhatian yang kita berikan terhadap apa yang terjadi di dalam diri kita. Dan ini bukan hanya menyangkut pikiran, perasaan, atau emosi saja, tetapi juga apa yang dirasakan oleh tubuh kita.
#6. Fokus (kime)
#6. Fokus (kime)
Jangan membuang-buang tenaga Anda, fokuskan pikiran dan perasaan Anda pada satu hal saja. Fokus pada apa yang Anda lakukan saat ini. Di dalam seni beladiri misalnya, kita harus melupakan (untuk sementara) masalah diluar tempat latihan (dojo) disaat kita sedang berlatih. Hal ini tentu saja sangat mudah untuk dikatakan, tetapi akan sangat sulit untuk dilakukan. Inilah dimana sazen (meditasi duduk) menjadi sangat berperan untuk menenangkan dan "menata" pikiran kita.
#7. Intisari dari teknik (riai)
#7. Intisari dari teknik (riai)
Kita seringkali menjadi serakah dan ingin menguasai banyak hal sekaligus. Di dalam seni beladiri misalnya, kita ingin menguasai banyak teknik/ jurus baru dalam waktu singkat, tetapi kita lupa bahwa kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas. Lebih baik kita benar-benar menguasai intisari dari satu teknik dari pada 'menguasai' banyak teknik tetapi hanya "permukaannya" saja.
#8. Intuisi (kanken)
#8. Intuisi (kanken)
Aspek ini menyatukan ke-tujuh aspek di atas. Misalnya, kita tidak akan bisa mempertahankan postur tubuh yang bagus (aspek #1) kalau kita tidak memperhatikan keadaan tubuh dan pikiran kita (aspek #5).
__________
Zanshin bukan hanya sekedar postur tubuh yang siap menghadapi ataupun melakukan serangan saja, zanshin adalah keadaan mental yang waspada, keadaan mental yang tidak hanya "menyadari" keadaan di luar dirinya tetapi juga keadaan di dalam diri (tubuh, jiwa, dan pikiran)-nya sendiri
Semoga bermanfaat.
__________
Zanshin bukan hanya sekedar postur tubuh yang siap menghadapi ataupun melakukan serangan saja, zanshin adalah keadaan mental yang waspada, keadaan mental yang tidak hanya "menyadari" keadaan di luar dirinya tetapi juga keadaan di dalam diri (tubuh, jiwa, dan pikiran)-nya sendiri
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment