Pernah mendengar kisah tentang Malin Kundang bukan?
Cerita legenda yang berasal dari propinsi Sumatera Barat ini mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya dan oleh sebab itu dikutuk oleh ibunya sendiri menjadi sebongkah batu.
Akan tetapi, saking besarnya kasih seorang ibu, si ibu kemudian merasa menyesal karena telah mengutuk anaknya sendiri. Tetapi nasi telah menjadi bubur, tangisan si ibu tidak bisa mengembalikan anaknya yang telah berubah menjadi batu.
Untuk cerita selengkapnya silakan Anda bertanya sendiri kepada sensei Gugel.
Moral dari kisah tersebut?
1. Jangan durhaka kepada orang tua (atau orang yang lebih tua).
2. Berhati-hatilah untuk tidak terbawa kemarahan dan emosi sesaat.
Nah, cerita yang (tidak) mirip ternyata juga pernah terjadi di dunia nyata, tepatnya di Rusia pada tahun 1937 yang menimpa seseorang bernama Vasilli Oshchepkov.
Vasilli Oshchepkov adalah salah seorang murid langsung dari Jigoro Kano serta merupakan orang Rusia (saat itu masih Uni Soviet) pertama dan orang Eropa kedua (setelah Moshe Feldenkrais) yang menerima gelar yudansha (sabuk hitam) dalam olahraga judo.
Setelah menerima gelar sabuk hitam tersebut dari Jigoro Kano, Oshchepkov kemudian kembali ke Rusia dan mulai mengajarkan judo. Oshchepkov inilah yang kemudian (bersama dengan Viktor Spiridonov) mengembangkan sambo, olahraga nasional Rusia.
Pada tahun 1937, karena hubungan eratnya dengan Jepang, Vasilli Oshchepkov ditangkap dan dimasukkan ke penjara Siberia atas tuduhan mata-mata.
Untuk bisa dibebaskan, Oshchepkov diberi satu syarat yaitu doski harus mengingkari hubungannya dengan Jepang serta menyatakan kalau seni beladiri yang diajarkannya tidak dipelajarinya dari Jigoro Kano yang notabene adalah orang Jepang.
Oshchepkov menolak sehingga kemudian ditembak mati di dalam penjara--walaupun benar tidaknya hal ini masih menjadi perdebatan karena beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Oshchepkov meninggal di dalam penjara karena serangan jantung.
Lantas, kenapa saya bilang cerita ini (tidak) mirip dengan kisah si Malin Kundang?
Keduanya sama-sama menyoroti tentang loyalitas, meskipun saling berkebalikan satu sama lain, kalau si Malin durhaka (tidak loyal) kepada ibunya, Vasilli Oshchepkov sangat loyal kepada gurunya yaitu Jigoro Kano.
Cerita legenda yang berasal dari propinsi Sumatera Barat ini mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya dan oleh sebab itu dikutuk oleh ibunya sendiri menjadi sebongkah batu.
Akan tetapi, saking besarnya kasih seorang ibu, si ibu kemudian merasa menyesal karena telah mengutuk anaknya sendiri. Tetapi nasi telah menjadi bubur, tangisan si ibu tidak bisa mengembalikan anaknya yang telah berubah menjadi batu.
Untuk cerita selengkapnya silakan Anda bertanya sendiri kepada sensei Gugel.
Moral dari kisah tersebut?
1. Jangan durhaka kepada orang tua (atau orang yang lebih tua).
2. Berhati-hatilah untuk tidak terbawa kemarahan dan emosi sesaat.
Nah, cerita yang (tidak) mirip ternyata juga pernah terjadi di dunia nyata, tepatnya di Rusia pada tahun 1937 yang menimpa seseorang bernama Vasilli Oshchepkov.
Vasilli Oshchepkov adalah salah seorang murid langsung dari Jigoro Kano serta merupakan orang Rusia (saat itu masih Uni Soviet) pertama dan orang Eropa kedua (setelah Moshe Feldenkrais) yang menerima gelar yudansha (sabuk hitam) dalam olahraga judo.
Setelah menerima gelar sabuk hitam tersebut dari Jigoro Kano, Oshchepkov kemudian kembali ke Rusia dan mulai mengajarkan judo. Oshchepkov inilah yang kemudian (bersama dengan Viktor Spiridonov) mengembangkan sambo, olahraga nasional Rusia.
Pada tahun 1937, karena hubungan eratnya dengan Jepang, Vasilli Oshchepkov ditangkap dan dimasukkan ke penjara Siberia atas tuduhan mata-mata.
Untuk bisa dibebaskan, Oshchepkov diberi satu syarat yaitu doski harus mengingkari hubungannya dengan Jepang serta menyatakan kalau seni beladiri yang diajarkannya tidak dipelajarinya dari Jigoro Kano yang notabene adalah orang Jepang.
Oshchepkov menolak sehingga kemudian ditembak mati di dalam penjara--walaupun benar tidaknya hal ini masih menjadi perdebatan karena beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Oshchepkov meninggal di dalam penjara karena serangan jantung.
Lantas, kenapa saya bilang cerita ini (tidak) mirip dengan kisah si Malin Kundang?
Keduanya sama-sama menyoroti tentang loyalitas, meskipun saling berkebalikan satu sama lain, kalau si Malin durhaka (tidak loyal) kepada ibunya, Vasilli Oshchepkov sangat loyal kepada gurunya yaitu Jigoro Kano.
Image credit: Alexas_Fotos |
Bushido, yang secara harfiah berarti jalan hidup ksatria, adalah kode etik dari para pejuang samurai Jepang yang menurut saya masih sangat relevan untuk diterapkan di jaman modern sekarang ini.
Ajaran bushido (kendati tidak diajarkan secara terang-terangan) juga bisa kita temukan di dalam berbagai aliran seni beladiri asal Jepang seperti karate, judo, dan juga Shorinji kempo.
Loyalitas (atau chu) ini dalam seni beladiri bisa berarti macam-macam:
- Loyal kepada guru dan perguruannya.
- Loyal kepada seni beladiri yang bersangkutan baik secara latihan maupun organisasi, beberapa contohnya antara lain tidak berpindah ke seni beladiri lain se-bosan atau sejenuh apapun kita dengan seni beladiri tersebut, serta mau mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran baik dalam latihan maupun organisasi.
- Loyal kepada atasan (dan juga bawahan) dengan cara saling mengasihi, saling menolong, dan saling membantu,
Tetapi jangan salah, meski terlihat mudah, loyalitas (dan bushido secara keseluruhan) ternyata sangat sulit untuk diterapkan. Penulis sendiri belum mampu menerapkannya dengan baik. Dan itu pun baru dalam latihan seni beladiri, boro-boro dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi sudahkah Anda bushido?
0 komentar:
Post a Comment