Dahulu kala, waktu saya masih terjebak *ehem* tergabung dalam sebuah perusahaan Multi Level Marketing atau MLM, upline (istilah bagi orang yang mengajak Anda bergabung) saya selalu mencekoki saya dengan konsep tentang impian.
Saya lebih suka menyebut "impian" ini dengan "tujuan yang mau kita capai", karena impian disini bukan sekedar sebuah mimpi atau angan-angan belaka, melainkan sebuah goal atau tujuan yang kita "mau-i" (bukan yang kita "ingini").
Impian atau tujuan ini penting karena dalam MLM kita tidak memiliki bos yang akan 'memaksa', memarahi, ataupun memotivasi kita untuk bekerja. Tanpa impian, Anda tidak akan bertahan lama dalam sebuah MLM. Tanpa impian, Anda tidak akan tahan menerima penolakan dan juga cemoohan dari calon korb... *uhuk* maksud saya prospek Anda.
Sayangnya, konsep "impian" ini sering disalah artikan oleh orang awam sebagai alat cuci otak. Hal ini membuat perusahaan MLM seringkali dianggap sebagai perusahaan yang hanya menjual mimpi. [Yang tentu saja salah karena perusahaan MLM juga memiliki produk dan marketing plan yang jelas dan nyata].
Yang tidak banyak diketahui adalah bahwa ternyata konsep "impian" ini tidak hanya ditemukan dalam MLM saja. Di semua bidang kehidupan, kita juga akan selalu menemukan konsep "impian" atau goal ini.
Saya lebih suka menyebut "impian" ini dengan "tujuan yang mau kita capai", karena impian disini bukan sekedar sebuah mimpi atau angan-angan belaka, melainkan sebuah goal atau tujuan yang kita "mau-i" (bukan yang kita "ingini").
Impian atau tujuan ini penting karena dalam MLM kita tidak memiliki bos yang akan 'memaksa', memarahi, ataupun memotivasi kita untuk bekerja. Tanpa impian, Anda tidak akan bertahan lama dalam sebuah MLM. Tanpa impian, Anda tidak akan tahan menerima penolakan dan juga cemoohan dari calon korb... *uhuk* maksud saya prospek Anda.
Sayangnya, konsep "impian" ini sering disalah artikan oleh orang awam sebagai alat cuci otak. Hal ini membuat perusahaan MLM seringkali dianggap sebagai perusahaan yang hanya menjual mimpi. [Yang tentu saja salah karena perusahaan MLM juga memiliki produk dan marketing plan yang jelas dan nyata].
Yang tidak banyak diketahui adalah bahwa ternyata konsep "impian" ini tidak hanya ditemukan dalam MLM saja. Di semua bidang kehidupan, kita juga akan selalu menemukan konsep "impian" atau goal ini.
Dream catcher [Photo credit: Orangefox] |
Anda yang seorang pengusaha pastinya memiliki impian usahanya sukses, menghasilkan banyak uang, sehingga Anda bisa bebas secara finansial.
Anda yang seorang blogger pasti menginginkan blognya dibaca jutaan orang.
Bahkan Anda yang sedang membaca blog saya ini pastinya juga memiliki tujuan, kalau tidak mana mungkin Anda mau membaca tulisan saya yang geje ini.
Konsep "impian" ini bahkan juga bisa kita temukan dalam seni beladiri, dan kebetulan saya baru saja menemukan kembali pentingnya "impian" ini dalam latihan seni beladiri.
Dalam sebuah pertemuan yang baru-baru ini saya hadiri, salah seorang junior saya (sebut saja namanya Ani), melalui uneg-unegnya, seolah-olah mengingatkan saya akan pentingnya impian atau tujuan ini.
Inilah yang disampaikan oleh Ani dalam pertemuan tersebut (sedikit saya edit dan saya ringkas):
"Kenapa latihan selalu ramai kalau ada pemusatan latihan (atau biasa disebut dengan TC = Training Center) menjelang kejuaraan? Karena kami (mewakili teman-temannya yang menjadi atlet) punya tujuan. Tujuan kami adalah melakukan yang terbaik dan kalau bisa menjadi juara dalam kejuaraan. Terus kenapa setelah kejuaraan selesai latihan menjadi sepi? Karena terus terang kami capek, bayangkan saja, sebelum kejuaraan kami berlatih setiap hari, mungkin hanya libur sehari dua hari saja dalam seminggu, setelah kejuaraan selesai kami merasa seperti 'akhirnya selesai juga' dan ingin beristirahat barang satu atau dua minggu. Karena jujur kami merasa latihan (yang non TC) itu ya cuma latihan, tidak ada tujuannya".
Meskipun saya kurang setuju (dan bahkan amat sangat tidak setuju), saya sadar bahwa jaman memang sudah berubah, inilah kenshi jaman now, yang tentu saja berbeda dengan kenshi jaman baheula
Dulu saya mau bergabung dalam organisasi seni beladiri Shorinji kempo karena saya ingin berubah, karena saya ingin menjadi lebih "kuat". Tidak ada bedanya latihan sebelum kejuaraan dengan sesudah kejuaraan. Latihan tetap ramai, dan kami tetap berlatih dengan sungguh-sungguh.
Sebelum kejuaraan, kami berlatih untuk mempersiapkan diri menghadapi kejuaraan. Sesudah kejuaraan, latihan tetap ramai karena:
Mereka yang kalah dalam kejuaraan merasa bahwa ternyata latihan mereka kurang keras, sehingga menyebabkan mereka kalah.
Sedangkan yang menang dalam kejuaraan merasa kalau lawan-lawan yang dikalahkannya dalam kejuaraan pasti akan berlatih lebih keras untuk "balas dendam" dalam kejuaraan berikutnya, sehingga terpacu untuk berlatih lebih keras juga.
... selain karena senpai kami galaknya minta ampun juga sih :D
Tapi lupakan masa lalu.
Yang jadi masalah utama disini bukanlah mental dari junior saya, melainkan kesalahpahaman kalau latihan rutin (non TC) itu tidak ada tujuannya.
Si Ani merasa kalau latihan beladiri itu tidak ada tujuannya bukan karena latihan beladiri itu tidak ada tujuannya, tetapi karena dia sendiri belum menetapkan tujuannya. Kalau Anda pernah membaca postingan saya tentang 8 sikap yang harus dimiliki oleh seorang praktisi beladiri, Anda tentunya tahu kalau sikap pertama yang harus dipunyai oleh seorang praktisi beladiri adalah "menentukan tujuan".
Tujuan berlatih seni beladiri sendiri bisa macam-macam. Ada yang ingin jago beladiri, ada yang ingin menghilangkan sifat penakutnya, ada yang ingin lebih sehat, ada yang ingin nyari gebetan dsb dst, intinya tujuan latihan beladiri bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu bela diri, pengembangan diri, dan kesehatan yang lebih baik.
Sebelum memulai latihan, kita harus sudah memiliki tujuan ini. Kalau tidak, kita tidak akan mampu menahan gempuran fisik dan mental dalam latihan. Tanpa tujuan yang pasti kita akan kehilangan motivasi untuk berlatih.
Tujuan adalah semacam mercusuar yang memandu kita dalam gelapnya jalan yang harus kita lalui. Tanpanya kita akan kehilangan arah dan tersesat (baca: berhenti berlatih beladiri) selamanya.
Jadi pertanyaannya adalah: "Kalau kita bisa menetapkan tujuan dalam TC, kenapa kita tidak bisa menetapkan tujuan dalam latihan rutin?"
Kalau ada tujuan pasti ada niat, kalau ada niat pasti Tuhan akan memberi jalan.
Jadi apa tujuan Anda?
0 komentar:
Post a Comment