Pariwara

Followers

Egoisme dalam Latihan Beladiri, Haruskah Dihilangkan?

Posted by Yonatan Adi on 7:44 AM

Kejadian ini baru saja saya alami beberapa hari yang lalu.

Saat itu saya sedang 'terjebak' lampu merah di suatu perempatan jalan yang cukup sepi dan kebetulan saya berada paling depan.

Beberapa detik sebelum lampu hijau menyala, sebuah mobil di belakang saya membunyikan klaksonnya berulang kali, saya yang cuek--karena lampu memang belum menyala hijau--membuat si pengemudi mobil menurunkan kaca jendela mobilnya dan berteriak kepada saya dalam bahasa jawa: "Ndang mlaku mas, selak kesusu" (Cepetan jalan mas, terburu-buru nih).

Tentu saja saya tetap tidak menjalankan motor saya sampai lampu benar-benar menyala hijau.

Hei, saya juga pengen selamat bro.

Saat lampu lalu lintas akhirnya menyala hijau dan saya mulai menjalankan kendaraan saya, si pengendara mobil langsung tancap gas menyalip saya sambil meneriakkan "Cuk".

J@#$%!, batin saya dalam hati.

Yang terburu-buru cuma dia apa?

Sekedar Anda tahu, saat itu saya juga sedang terburu-buru karena hampir terlambat masuk kerja. Tapi bukan berarti saya bisa seenaknya melanggar aturan untuk "menyelamatkan" saya dari keterlambatan bukan?

Kejadian ini membuat saya teringat dengan perkataan teman saya saat mengalami kejadian yang hampir sama: "Yen kesusu budalo wingi" (Kalau terburu-buru berangkat kemarin saja).

Sudah separah inikah moral bangsa kita? Berpikir kalau dirinyalah yang paling penting, kalau dirinya harus selalu didahulukan dan tidak mau mengalah.
Image credit: geralt
Ego, itulah penyebabnya.

Tapi apakah sebenarnya ego itu?

Ego adalah perasaan tentang harga diri atau kepentingan diri sendiri. Sedangkan orangnya, yaitu seseorang yang terlalu mementingkan egonya disebut dengan egois.

Pengendara mobil yang membunyikan klakson dan mengumpat kepada saya adalah contoh orang yang egois. Tapi... bukan dia saja yang egois. Saya, yang tetap menunggu hingga lampu lalu lintas benar-benar menyala hijau dan tetap cuek walaupun diteriaki oleh si pengendara mobil (walaupun dengan alasan demi keselamatan saya), juga bisa dibilang egois.

Jadi egois itu baik atau buruk?

Tidak dua-duanya.

Contohnya seperti ini:

Anda melihat/ mendengar seseorang berteriak minta tolong karena sedang dirampok. Tidak ada orang lain, dan pihak berwajib pun jauh dari tempat kejadian perkara, sedangkan Anda sendiri tidak memiliki sarana untuk mempertahankan diri. Jadi, dengan alasan demi keselamatan Anda, Anda memutuskan untuk tidak peduli dan meninggalkan tempat itu secepat mungkin.

Egois? Ya
Buruk? Tidak (setidaknya dari sudut pandang Anda)

Anda sedang menuju ke sebuah mini market untuk membeli makanan kecil sebagai camilan. Anda saat itu sedang tidak lapar dan sudah cukup makan. Didepan pintu mini market, Anda bertemu dengan seorang bapak tua penjual kandang burung yang dagangannya belum laku satupun. Si bapak terlihat lemas karena belum makan sedikitpun. Daripada memberi bapak itu sedikit uang untuk membeli makanan, Anda memilih untuk tetap membeli camilan untuk diri Anda sendiri.

Egois? Ya
Buruk? Kalau aku sih iyes

Akan tetapi, meskipun seringkali dipandang buruk, ego (dan sikap egois) sebenarnya juga sangat kita butuhkan.

Tanpa ego, mungkin peradaban manusia tidak akan berkembang menjadi seperti sekarang ini.

Bayangkan saja seandainya Bill Gates tidak egois dengan memutuskan untuk drop out dari Harvard--yang menurut logika saya tentu saja sempat ditentang oleh orang tua dan keluarganya--dan mendirikan Microsoft, mungkin teknologi IT tidak akan semaju sekarang.

Dalam latihan seni beladiri pun sikap egois ini juga diperlukan .

Tanpa sifat egois, kita tidak akan mungkin mau "menyiksa" diri dengan berlatih keras untuk (akui saja) menjadi yang terbaik atau paling tidak menjadi lebih baik daripada orang lain (walaupun tujuan dari seni beladiri modern bukanlah untuk mengalahkan orang lain melainkan untuk mengalahkan diri sendiri).

Kita harus menekan ego kita saat menjadi "korban" waza dari rekan latihan kita, tetapi kita juga harus egois menggunakan rekan latihan kita sebagai korban saat berlatih waza.

Tetapi ego yang terlalu besar juga akan menghalangi perkembangan Anda. Karena sesuai dengan rumus berikut:

Gambar dari Budomath
Semakin besar ego Anda, tingkat penguasaan teknik (terutama teknik lipatan, bantingan, dan atau kuncian) Anda akan semakin rendah.

Ego dan egoisme tidaklah buruk, tetapi juga tidak baik, semuanya kembali lagi kepada orangnya serta situasi yang sedang dihadapinya.

Setuju dengan saya?


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 7:44 AM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB