Sekali lagi terbukti bahwa ide memang bisa datang dari mana saja, termasuk ide untuk menulis postingan kali ini yang saya dapatkan ketika listrik di rumah mati saat saya sedang asyik bermain video game.
Sekedar Anda tahu, selain gemar berlatih seni beladiri, saya juga adalah seorang gamer. Setiap hari saya selalu menghabiskan (baca: menikmati) waktu selama 2-3 jam untuk bermain game. Namun, tidak seperti gamer ababil yang bermain game di ponselnya (meskipun di platform iOS dan Android juga ada banyak game yang berkualitas), game yang saya mainkan adalah game konsol.
Bagi yang belum ngeh, konsol (lebih spesifik konsol video game/ konsol game) adalah sebutan untuk alat elektronik yang dikhususkan untuk bermain game (kendati sekarang ini konsol game juga mempunyai fungsi multimedia). Salah satu contoh konsol yang paling dikenal (paling tidak di Indonesia) adalah Playstation®.
Anda yang seorang gamer tentunya tahu bahwa ada dua jenis konsol game yaitu konsol game 'rumahan' dan konsol game genggam (handheld).
Konsol game 'rumahan', sesuai dengan namanya adalah konsol game yang hanya bisa dimainkan di dalam rumah (secara teknis Anda bisa memainkan konsol 'rumahan' ini diluar rumah asalkan mau sedikit repot) karena harus dihubungkan dengan televisi. Contoh konsol jenis ini adalah PS4, XBox One, Wii, dan sebagainya.
Sedangkan konsol genggam adalah konsol portabel yang bisa Anda bawa dan mainkan dimanapun dan kapanpun (selama baterenya terisi sih ;D). Contohnya antara lain PSP dan 3DS.
Saya pribadi lebih menyukai bermain game di konsol genggam dengan berbagai alasan. Berikut adalah beberapa alasan kenapa saya lebih memilih konsol genggam daripada konsol rumahan--dan karena niche blog ini adalah beladiri, alasan-alasan tersebut akan saya analogikan dengan seni beladiri. Seorang blogger itu harus kreatif, 'tul gak?
#1. Praktis
Konsol game genggam biasanya berukuran kecil dan muat di dalam saku Anda. Berbeda dengan konsol game rumahan yang harus dihubungkan dengan listrik PLN dan pesawat televisi, Anda bisa memainkan game di konsol genggam kapanpun dan dimanapun Anda mau. Meskipun listrik di rumah Anda mati misalnya, Anda masih bisa bermain game (asalkan Anda rajin menge-charge batere konsol Anda dan selama masih ada daya dalam batere konsol genggam Anda).
Sekedar Anda tahu, selain gemar berlatih seni beladiri, saya juga adalah seorang gamer. Setiap hari saya selalu menghabiskan (baca: menikmati) waktu selama 2-3 jam untuk bermain game. Namun, tidak seperti gamer ababil yang bermain game di ponselnya (meskipun di platform iOS dan Android juga ada banyak game yang berkualitas), game yang saya mainkan adalah game konsol.
Bagi yang belum ngeh, konsol (lebih spesifik konsol video game/ konsol game) adalah sebutan untuk alat elektronik yang dikhususkan untuk bermain game (kendati sekarang ini konsol game juga mempunyai fungsi multimedia). Salah satu contoh konsol yang paling dikenal (paling tidak di Indonesia) adalah Playstation®.
Anda yang seorang gamer tentunya tahu bahwa ada dua jenis konsol game yaitu konsol game 'rumahan' dan konsol game genggam (handheld).
Konsol game 'rumahan', sesuai dengan namanya adalah konsol game yang hanya bisa dimainkan di dalam rumah (secara teknis Anda bisa memainkan konsol 'rumahan' ini diluar rumah asalkan mau sedikit repot) karena harus dihubungkan dengan televisi. Contoh konsol jenis ini adalah PS4, XBox One, Wii, dan sebagainya.
Sedangkan konsol genggam adalah konsol portabel yang bisa Anda bawa dan mainkan dimanapun dan kapanpun (selama baterenya terisi sih ;D). Contohnya antara lain PSP dan 3DS.
Saya pribadi lebih menyukai bermain game di konsol genggam dengan berbagai alasan. Berikut adalah beberapa alasan kenapa saya lebih memilih konsol genggam daripada konsol rumahan--dan karena niche blog ini adalah beladiri, alasan-alasan tersebut akan saya analogikan dengan seni beladiri. Seorang blogger itu harus kreatif, 'tul gak?
#1. Praktis
Konsol game genggam biasanya berukuran kecil dan muat di dalam saku Anda. Berbeda dengan konsol game rumahan yang harus dihubungkan dengan listrik PLN dan pesawat televisi, Anda bisa memainkan game di konsol genggam kapanpun dan dimanapun Anda mau. Meskipun listrik di rumah Anda mati misalnya, Anda masih bisa bermain game (asalkan Anda rajin menge-charge batere konsol Anda dan selama masih ada daya dalam batere konsol genggam Anda).
Gambar dari BagoGames |
Latihan adalah seperti menge-charge batere konsol Anda. Tanpa latihan rutin dan berkesinambungan Anda akan "kehabisan daya batere" dan tidak akan bisa menggunakan 'ilmu' beladiri Anda sebagaimana mestinya apabila diperlukan. "Karate is like boiling water, without constant heat it will returns to its tepid state", itulah ucapan dari salah satu tokoh beladiri (karate) Gichin Funakoshi.
Dan seperti halnya konsol genggam yang bisa dimainkan kapanpun dan dimanapun, seni beladiri juga bisa kita aplikasikan kapanpun dan dimanapun. Tentu saja bukan teknik beladiri-nya yang kita aplikasikan melainkan sikap bushido, pantang menyerah, menghargai orang lain, cinta damai, rendah hati, serta sopan dan santun.
#2. Kualitas game tidak kalah dengan konsol rumahan
Secara grafis/ gambar, konsol genggam memang kalah jauh daripada konsol rumahan, tapi siapa sih yang bermain game hanya untuk grafisnya? Seorang gamer (sejati) memainkan sebuah game karena game tersebut asyik dan fun untuk dimainkan. Dan menurut pengalaman saya, banyak game handheld yang justru lebih asyik dimainkan daripada game di konsol rumahan.
Tetapi jangan salah, banyak juga lho game handheld yang grafisnya tidak kalah dengan game rumahan, beberapa contohnya adalah "Xenoblade Chronicles 3D", "Monster Hunter Freedom Unite", dan "Final Fantasy Type-0".
Seperti halnya konsol genggam yang sering dipandang sebelah mata dan dianggap lebih inferior daripada konsol rumahan, seni beladiri juga sering dipandang keliru. Banyak orang awam yang memandang seni beladiri sebagai "olahraga" yang hanya mengajarkan cara-cara untuk berkelahi. Padahal, kalau kita mau melihat lebih dalam, banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dari latihan beladiri.
Selain untuk--tentu saja--membela diri (apabila dibutuhkan), seni beladiri juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan serta membangun karakter dari praktisinya. Dalam gendai budo (seni beladiri modern), aspek pengembangan karakter inilah yang justru lebih diutamakan. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa banyak master beladiri modern yang memodernisasi aliran seni beladiri-nya (serta mengubah nama seni beladirinya dari yang semula berakhiran "-jutsu" menjadi berakhiran "-do").
"Jutsu" (teknik untuk "menghabisi" lawan) tetap diajarkan tetapi "do" (jalan hidup)-lah yang lebih diutamakan. Jigoro Kano adalah salah seorang master beladiri yang melakukannya, beliau memodernisasi seni beladiri jujutsu menjadi olahraga judo, demikian pula Funakoshi Gichin yang memodernisasi karate-jutsu menjadi karate-do.
Lagi pula, siapa sih yang mau bergabung ke dalam suatu organisasi beladiri hanya karena tertarik dengan teknik beladiri-nya? Menurut pengamatan saya, sebagian besar orang bergabung (dan betah) di suatu organisasi beladiri karena merasa nyaman dengan suasana persaudaraan di dalamnya, karena bisa mendapatkan teman-teman atau relasi baru, gebetan, atau bahkan jodoh (seperti saya ;D).
#3. Harga relatif lebih murah daripada konsol rumahan
Sebagai pembanding, harga PS4 adalah sekitar 4-6 juta, sedangkan harga 3DS 'hanya' berkisar 3-4 juta saja. Apalagi kalau Anda masih berminat pada konsol genggam jadul macam PSP dan NDS, Anda hanya perlu merogoh kocek 1-2 juta saja.
Menguasai seni beladiri adalah salah satu cara untuk membela diri. Kenapa saya bilang salah satu? Karena ada banyak sekali metode yang bisa Anda pakai untuk membela diri. Salah dua diantaranya adalah menyewa bodyguard atau membeli senjata api.
Kabar buruknya, dua metode tersebut akan sangat menguras kocek Anda. Untuk kepemilikan senjata api misalnya, ijin kepemilikannya mungkin tergolong murah (berkisar antara 150 ribu hingga 1 juta), tapi harga senpinya? mehong cyint ^-^. Untuk senjata api jenis pistol merk Smith and Wesson MP misalnya, Anda harus rela berpisah dengan uang Anda sebesar lebih kurang 14 jeti.
Photo credit: James Case |
a. Buku Pas
1) Buku Pas baru 150.000 rupiah per buku
2) Buku Pas pembaruan 25.000 rupiah per buku
b. Ijin penggunaan 1.000.000 rupiah per ijin
Bandingkan dengan berlatih seni beladiri. Saya kurang tahu dengan seni beladiri lain, tetapi di Shorinji kempo, Anda hanya perlu membayar uang pendaftaran sebesar 50 ribu; iuran perbulannya juga murmer, 25 ribu saja; biaya untuk ujian pun juga hanya berkisar antara 50 ribu hingga 1 juta rupiah. Jauh lebih murah bukan?
Dan seperti yang sudah saya beberkan di poin nomer 2, tidak hanya kemampuan membela diri saja yang akan Anda dapatkan, Anda juga akan mendapatkan manfaat kesehatan dan pengembangan diri. Tiga manfaat dalam satu aktivitas.
__________
Itulah dia beberapa alasan kenapa saya lebih menyukai konsol genggam daripada konsol rumahan [dan juga kenapa saya memilih seni beladiri sebagai hobi saya selain bermain game].
Semoga (tidak) bermanfaat dan terimakasih. ^-^v
0 komentar:
Post a Comment