Saat itu saya sedang mengajarkan sebuah waza yang--menurut saya--cukup rumit kepada beberapa kohai saya.
Saat sedang asyik mengajar--sedikit praktek, sedikit pembenahan disana-sini, sedikit menjelaskan prinsip dari waza tersebut, terkadang serius, terkadang diselingi guyonan, tipikal melatih saya yang biasanya--saya mendengar dua orang kohai saya berkata: "Kok gampang banget ya kelihatannya kalau senpai yang melakukan".
Sempat besar kepala juga sih hehe (hei, saya kan juga manusia), namun saya langsung membuang jauh-jauh pikiran itu.
Kenapa?
Karena saya nggak mau "pujian" itu meracuni pikiran saya.
Ya benar, selain berefek positif untuk pikiran dan perasaan, pujian juga bisa memberi efek buruk bagi diri kita.
Sudah menjadi rahasia umum kalau kita sering melakukan suatu hal tertentu, lama-kelamaan hal tersebut akan menjadi sangat mudah untuk kita lakukan.
Menyetir mobil misalnya, pada awalnya mungkin akan terasa sangat sulit bagi Anda untuk membagi konsentrasi antara menge-gas, meng-kopling, mengerem, memindahkan gigi, dan menyalakan lampu sein sambil membelokkan kendaraan Anda. Tetapi setelah terbiasa, Anda akan dengan mudah sekali melakukannya; bahkan Anda akan bisa melakukannya sambil bercanda dengan teman Anda (tidak disarankan), sambil mendengarkan musik, ataupun sambil melirik cewek cantik yang sedang berjalan di trotoar di samping kanan kendaraan Anda.
Saat sedang asyik mengajar--sedikit praktek, sedikit pembenahan disana-sini, sedikit menjelaskan prinsip dari waza tersebut, terkadang serius, terkadang diselingi guyonan, tipikal melatih saya yang biasanya--saya mendengar dua orang kohai saya berkata: "Kok gampang banget ya kelihatannya kalau senpai yang melakukan".
Sempat besar kepala juga sih hehe (hei, saya kan juga manusia), namun saya langsung membuang jauh-jauh pikiran itu.
Kenapa?
Karena saya nggak mau "pujian" itu meracuni pikiran saya.
Ya benar, selain berefek positif untuk pikiran dan perasaan, pujian juga bisa memberi efek buruk bagi diri kita.
Sudah menjadi rahasia umum kalau kita sering melakukan suatu hal tertentu, lama-kelamaan hal tersebut akan menjadi sangat mudah untuk kita lakukan.
Menyetir mobil misalnya, pada awalnya mungkin akan terasa sangat sulit bagi Anda untuk membagi konsentrasi antara menge-gas, meng-kopling, mengerem, memindahkan gigi, dan menyalakan lampu sein sambil membelokkan kendaraan Anda. Tetapi setelah terbiasa, Anda akan dengan mudah sekali melakukannya; bahkan Anda akan bisa melakukannya sambil bercanda dengan teman Anda (tidak disarankan), sambil mendengarkan musik, ataupun sambil melirik cewek cantik yang sedang berjalan di trotoar di samping kanan kendaraan Anda.
Gambar dari Clker-Free-Vector-Images |
Tetapi perlu dicatat, Anda boleh merasa puas disini karena Anda tidak perlu lagi meningkatkan kemampuan menyetir Anda.
Kecuali Anda seorang profesional, "kemampuan" tersebut sudah lebih dari cukup. Beda lagi kalau Anda seorang pembalap Nascar misalnya, karena kemampuan itu tidak akan ada apa-apanya.
Puas dan sombong adalah musuh terbesar manusia, saat kita sudah merasa puas, kita cenderung tidak mau lagi berusaha untuk menjadi lebih baik.
Itulah kenapa saya tidak mau terlena terlalu lama dengan pujian yang dilontarkan oleh kohai saya.
Karena saya masih ingin berkembang.
Ada seorang bijak mengatakan: "Menjadi sepandai apapun diri kita, kita akan selalu terlihat bodoh dimata guru kita." Meskipun dimata seorang kohai teknik yang saya lakukan terlihat halus tanpa cacat, dimata senpai/ sensei saya, teknik itu pastilah penuh dengan cacat dan cela ;p.
Pujian mungkin memang bisa memberikan efek negatif, tetapi bukan berarti kita tidak boleh menerima pujian lho ya, sama sekali bukan. Pujian juga sangat kita butuhkan untuk bisa berkembang.
Coba saja Anda bayangkan seandainya sepanjang sesi latihan Anda hanya mendapat celaan dan hinaan dari pelatih Anda, hampir bisa dipastikan Anda tidak akan datang lagi di sesi latihan berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya (dan berikutnya lagi) dengan berbagai alasan untuk menghindar dari latihan, yang pada akhirnya akan membuat Anda mandheg tidak berkembang.
Pujian itu penting, tetapi ada juga yang tidak kalah penting daripada pujian--kritik yang membangun.
Tanpa kritik/ masukan (dan merasa bego setelah mendapatkannya), kita tidak akan pernah mengetahui kekurangan kita, dan tanpa mengetahui kekurangan itu tentu saja tidak akan mungkin bagi kita untuk bisa memperbaikinya.
Pujian adalah pisau bermata dua, yang bisa memudahkan sekaligus menghambat perkembangan kita. Berhati-hatilah dalam memberi, menerima, serta menyikapinya. Waspadalah... waspadalah.
Karena saya masih ingin berkembang.
Ada seorang bijak mengatakan: "Menjadi sepandai apapun diri kita, kita akan selalu terlihat bodoh dimata guru kita." Meskipun dimata seorang kohai teknik yang saya lakukan terlihat halus tanpa cacat, dimata senpai/ sensei saya, teknik itu pastilah penuh dengan cacat dan cela ;p.
Pujian mungkin memang bisa memberikan efek negatif, tetapi bukan berarti kita tidak boleh menerima pujian lho ya, sama sekali bukan. Pujian juga sangat kita butuhkan untuk bisa berkembang.
Coba saja Anda bayangkan seandainya sepanjang sesi latihan Anda hanya mendapat celaan dan hinaan dari pelatih Anda, hampir bisa dipastikan Anda tidak akan datang lagi di sesi latihan berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya (dan berikutnya lagi) dengan berbagai alasan untuk menghindar dari latihan, yang pada akhirnya akan membuat Anda mandheg tidak berkembang.
Pujian itu penting, tetapi ada juga yang tidak kalah penting daripada pujian--kritik yang membangun.
Tanpa kritik/ masukan (dan merasa bego setelah mendapatkannya), kita tidak akan pernah mengetahui kekurangan kita, dan tanpa mengetahui kekurangan itu tentu saja tidak akan mungkin bagi kita untuk bisa memperbaikinya.
Pujian adalah pisau bermata dua, yang bisa memudahkan sekaligus menghambat perkembangan kita. Berhati-hatilah dalam memberi, menerima, serta menyikapinya. Waspadalah... waspadalah.
0 komentar:
Post a Comment