Betewe, judulnya kok panjang banget ya... ?
... *ehem*...
Kalau Anda sering mengunjungi blog yang luar biasa ini ;p, Anda pastinya pernah membaca (dan sangat terbantu dengan ;D) postingan yang berjudul "34 Alasan untuk Tidak Berlatih Beladiri Hari Ini". Di postingan tersebut, saya menuliskan puluhan alasan (34 tepatnya, duh) yang bisa Anda pakai untuk ngeles dari latihan.
Nah, salah satu alasan yang bisa Anda kemukakan adalah:
#31. Film 'Ong Bak' diputar di televisi untuk yang ketiga kalinya minggu ini. Kata pelatih Anda repetisi/ pengulangan adalah segalanya. Menonton film ini sama saja dengan latihan bukan?
Dan Anda tahu? Alasan ini ternyata ada benarnya lho.
Sebuah penelitian di bidang neuroscience yang dilakukan di Northwestern University's Institute--yang meneliti apakah latihan (secara fisik) bisa digantikan oleh periode stimulus sensoris (mendengar dan melihat)--memberikan hasil yang cukup mengejutkan.
Saya tidak akan membahas panjang lebar tentang penelitian tersebut karena Anda bisa membacanya dengan lengkap disini.
Dalam penelitian tersebut, sekelompokkorban subyek penelitian dibagi menjadi 3 grup yang masing-masing diberi tugas yang berbeda selama 3 hari berturut-turut:
Grup pertama diberi tugas untuk (berturut-turut dari hari pertama sampai hari ketiga) berlatih, berlatih, dan berlatih.
Grup kedua diberi tugas untuk berlatih di hari pertama, berlatih di hari kedua, kemudian diberi waktu beristirahat di hari ketiga dengan diberikan stimulus sensoris yang relevan.
Grup ketiga diberi tugas untuk berlatih selama dua hari pertama, dan mengerjakan tugas lain yang tidak berkaitan di hari ketiga.
Hasilnya, dari ketiga grup tersebut, grup kedua memberikan hasil yang jauh lebih baik daripada dua grup yang lainnya.
Berlatih saja memang bisa (dan pasti) memberikan hasil, tetapi berlatih untuk kemudian melihat atau mendengarkan sesuatu yang ada kaitannya dengan proses latihan yang telah dilakukan akan memberikan hasil yang lebih bagus lagi.
Perlu digarisbawahi kata-kata "proses latihan yang telah dilakukan", karena kalau kita hanya menonton atau mendengarkan saja tanpa melalui proses latihan terlebih dahulu, kita tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal atau bahkan mungkin tidak mendapatkan hasil sama sekali.
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, kalau saat ini Anda sedang atau pernah mempelajari seni beladiri muaythai, menonton film 'Ong Bak' memang akan bisa meningkatkan keterampilan dan kemampuan Anda dalam seni beladiri tersebut (muaythai adalah salah satu seni beladiri yang ditampilkan dalam film 'Ong Bak', dan benar-benar dikuasai oleh Tony Jaa si pemeran utama dalam film tersebut).
... *ehem*...
Kalau Anda sering mengunjungi blog yang luar biasa ini ;p, Anda pastinya pernah membaca (dan sangat terbantu dengan ;D) postingan yang berjudul "34 Alasan untuk Tidak Berlatih Beladiri Hari Ini". Di postingan tersebut, saya menuliskan puluhan alasan (34 tepatnya, duh) yang bisa Anda pakai untuk ngeles dari latihan.
Nah, salah satu alasan yang bisa Anda kemukakan adalah:
#31. Film 'Ong Bak' diputar di televisi untuk yang ketiga kalinya minggu ini. Kata pelatih Anda repetisi/ pengulangan adalah segalanya. Menonton film ini sama saja dengan latihan bukan?
Dan Anda tahu? Alasan ini ternyata ada benarnya lho.
Sebuah penelitian di bidang neuroscience yang dilakukan di Northwestern University's Institute--yang meneliti apakah latihan (secara fisik) bisa digantikan oleh periode stimulus sensoris (mendengar dan melihat)--memberikan hasil yang cukup mengejutkan.
Saya tidak akan membahas panjang lebar tentang penelitian tersebut karena Anda bisa membacanya dengan lengkap disini.
Dalam penelitian tersebut, sekelompok
Grup pertama diberi tugas untuk (berturut-turut dari hari pertama sampai hari ketiga) berlatih, berlatih, dan berlatih.
Grup kedua diberi tugas untuk berlatih di hari pertama, berlatih di hari kedua, kemudian diberi waktu beristirahat di hari ketiga dengan diberikan stimulus sensoris yang relevan.
Grup ketiga diberi tugas untuk berlatih selama dua hari pertama, dan mengerjakan tugas lain yang tidak berkaitan di hari ketiga.
Hasilnya, dari ketiga grup tersebut, grup kedua memberikan hasil yang jauh lebih baik daripada dua grup yang lainnya.
Berlatih saja memang bisa (dan pasti) memberikan hasil, tetapi berlatih untuk kemudian melihat atau mendengarkan sesuatu yang ada kaitannya dengan proses latihan yang telah dilakukan akan memberikan hasil yang lebih bagus lagi.
Perlu digarisbawahi kata-kata "proses latihan yang telah dilakukan", karena kalau kita hanya menonton atau mendengarkan saja tanpa melalui proses latihan terlebih dahulu, kita tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal atau bahkan mungkin tidak mendapatkan hasil sama sekali.
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, kalau saat ini Anda sedang atau pernah mempelajari seni beladiri muaythai, menonton film 'Ong Bak' memang akan bisa meningkatkan keterampilan dan kemampuan Anda dalam seni beladiri tersebut (muaythai adalah salah satu seni beladiri yang ditampilkan dalam film 'Ong Bak', dan benar-benar dikuasai oleh Tony Jaa si pemeran utama dalam film tersebut).
Image credit: ROverhate |
Akan tetapi kalau sebelumnya Anda tidak atau belum pernah belajar muaythai, menonton film 'Ong Bak' tidak akan memberi manfaat apapun (kecuali mungkin hiburan dan pengetahuan 'baru' kalau tulang manusia itu ternyata amat sangat rapuh ;p) untuk Anda.
Namun Anda tidak perlu kuatir, banyak sekali film yang menampilkan seni beladiri tertentu sebagai tema utamanya, banyak juga seni beladiri yang menampilkan teknik-teknik beladiri-nya dalam bentuk buku ataupun DVD, dan kalau masih kurang Anda juga bisa mengakses YouTube.
Menariknya, bahkan sebelum penelitian ini dilakukan, para sensei/ pelatih kita sudah memahami konsep ini.
Kalau Anda mau memperhatikan, seorang pelatih/ sensei akan selalu melatih dengan cara: (1)Menunjukkan sebuah teknik secara cepat dan tepat, (2)"Memecah" teknik tersebut menjadi gerakan-gerakan yang (seolah-olah) terputus-putus, (3)Menjelaskan prinsip, maksud, serta tujuan dari setiap gerakan tersebut, (4)Menyuruh murid-muridnya untuk berlatih teknik tersebut (awalnya dalam gerakan lambat dan terputus-putus), (5)Menunjukkan (dan menjelaskan) kembali teknik tersebut kalau si murid terlihat mengalami kesulitan, (6)Meminta si murid untuk kembali berlatih.
Dari ke enam tahap tersebut, tahap nomor 4 s/d 6 adalah tahap latihan yang paling sering di uthek-uthek dan diulang-ulang oleh pelatih/ sensei kita.
Di sini terlihat bahwa melihat dan mendengarkan saja tidak akan bisa menggantikan proses latihan. Jangan berharap hanya dengan mendengarkan alunan musik Joe Satriani akan membuat Anda menjadi seorang maestro gitar, atau menonton film "Enter the Dragon" saja akan membuat Anda menjadi sehebat Bruce Lee.
Anda tetap harus berlatih dengan tekun dan keras.
Tetapi "stimulasi" audio-visual ini juga tidak boleh dilupakan.
Karena itu, untuk menghilangkan kebosanan, terkadang Anda (sebagai pelatih) boleh kok mengganti sesi latihan dengan mengajak murid-murid Anda menonton video yang relevan dengan materi yang sudah Anda ajarkan.
Bagaimana, tertarik untuk mencoba?
Kalau sudah mencobanya jangan lupa untuk membagikan dan mendiskusikan hasilnya di kolom komentar ya.
Selamat mencoba.
Namun Anda tidak perlu kuatir, banyak sekali film yang menampilkan seni beladiri tertentu sebagai tema utamanya, banyak juga seni beladiri yang menampilkan teknik-teknik beladiri-nya dalam bentuk buku ataupun DVD, dan kalau masih kurang Anda juga bisa mengakses YouTube.
Menariknya, bahkan sebelum penelitian ini dilakukan, para sensei/ pelatih kita sudah memahami konsep ini.
Kalau Anda mau memperhatikan, seorang pelatih/ sensei akan selalu melatih dengan cara: (1)Menunjukkan sebuah teknik secara cepat dan tepat, (2)"Memecah" teknik tersebut menjadi gerakan-gerakan yang (seolah-olah) terputus-putus, (3)Menjelaskan prinsip, maksud, serta tujuan dari setiap gerakan tersebut, (4)Menyuruh murid-muridnya untuk berlatih teknik tersebut (awalnya dalam gerakan lambat dan terputus-putus), (5)Menunjukkan (dan menjelaskan) kembali teknik tersebut kalau si murid terlihat mengalami kesulitan, (6)Meminta si murid untuk kembali berlatih.
Dari ke enam tahap tersebut, tahap nomor 4 s/d 6 adalah tahap latihan yang paling sering di uthek-uthek dan diulang-ulang oleh pelatih/ sensei kita.
Di sini terlihat bahwa melihat dan mendengarkan saja tidak akan bisa menggantikan proses latihan. Jangan berharap hanya dengan mendengarkan alunan musik Joe Satriani akan membuat Anda menjadi seorang maestro gitar, atau menonton film "Enter the Dragon" saja akan membuat Anda menjadi sehebat Bruce Lee.
Anda tetap harus berlatih dengan tekun dan keras.
Tetapi "stimulasi" audio-visual ini juga tidak boleh dilupakan.
Karena itu, untuk menghilangkan kebosanan, terkadang Anda (sebagai pelatih) boleh kok mengganti sesi latihan dengan mengajak murid-murid Anda menonton video yang relevan dengan materi yang sudah Anda ajarkan.
Bagaimana, tertarik untuk mencoba?
Kalau sudah mencobanya jangan lupa untuk membagikan dan mendiskusikan hasilnya di kolom komentar ya.
Selamat mencoba.
0 komentar:
Post a Comment