Kita seringkali menggunakan ungkapan yang memakai salah satu anggota tubuh sebagai unsur kalimatnya.
Beberapa contoh ungkapan tersebut antara lain adalah: (1)Besar kepala, yang berarti sombong; (2)Keras kepala, yang berarti tidak mau mengubah pendirian; (3)Rendah hati, yang artinya tidak mau menyombongkan diri; (4)Keras hati, yang berarti berpendirian kuat, dan masih banyak lagi yang lain.
Menariknya, ungkapan-ungkapan seperti ini ternyata tidak hanya ditemukan di Indonesia saja lho, ungkapan seperti "Armed to the teeth" atau "Put your back into it" juga bisa kita temukan di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. Tidak terkecuali di Jepang, negara matahari terbit yang terkenal dengan berbagai aliran seni beladiri-nya yang terkenal di seantero alam semesta.
Uniknya, ungkapan-ungkapan ini ternyata berkaitan erat dengan kultur dari negara yang bersangkutan. Di Indonesia misalnya, kepala adalah bagian tubuh yang dianggap "suci" [kita tidak akan membiarkan sembarang orang memegang kepala kita, terutama mereka yang lebih muda daripada kita], karena itulah banyak ungkapan yang menggunakan kata 'kepala' dalam susunan frasa/kalimatnya.
Di Jepang, banyak sekali ungkapan yang menggunakan kata pinggul ("koshi") dan perut ("hara") sebagai unsur kalimatnya.
Beberapa contoh ungkapan yang mengandung kata "koshi" antara lain:
Lalu bagaimana cara melatih otot transversus abdominis tersebut?
Untuk menguatkan otot perut bagian luar (yang bisa kita "lihat") caranya sih cukup mudah, Anda cukup melakukan latihan seperti sit-up, planque, atau jenis latihan lain yang melibatkan otot-otot perut. Sementara itu, melatih otot transversus abdominis (yang tidak bisa kita lihat) tidaklah segampang itu.
Beberapa contoh ungkapan tersebut antara lain adalah: (1)Besar kepala, yang berarti sombong; (2)Keras kepala, yang berarti tidak mau mengubah pendirian; (3)Rendah hati, yang artinya tidak mau menyombongkan diri; (4)Keras hati, yang berarti berpendirian kuat, dan masih banyak lagi yang lain.
Menariknya, ungkapan-ungkapan seperti ini ternyata tidak hanya ditemukan di Indonesia saja lho, ungkapan seperti "Armed to the teeth" atau "Put your back into it" juga bisa kita temukan di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. Tidak terkecuali di Jepang, negara matahari terbit yang terkenal dengan berbagai aliran seni beladiri-nya yang terkenal di seantero alam semesta.
Uniknya, ungkapan-ungkapan ini ternyata berkaitan erat dengan kultur dari negara yang bersangkutan. Di Indonesia misalnya, kepala adalah bagian tubuh yang dianggap "suci" [kita tidak akan membiarkan sembarang orang memegang kepala kita, terutama mereka yang lebih muda daripada kita], karena itulah banyak ungkapan yang menggunakan kata 'kepala' dalam susunan frasa/kalimatnya.
Di Jepang, banyak sekali ungkapan yang menggunakan kata pinggul ("koshi") dan perut ("hara") sebagai unsur kalimatnya.
Beberapa contoh ungkapan yang mengandung kata "koshi" antara lain:
- "Heppiri koshi" (takut) -- secara harfiah berarti menarik pinggul ke arah belakang
- "Kenka koshi" (agresif) -- secara harfiah berarti pinggul yang berisik
dan masih banyak lagi yang lain.
[Kalau Anda pernah membaca postingan saya yang berjudul "Koshi O Hineru" tentunya Anda ingat kalau putaran pinggul ("koshi") adalah salah satu unsur yang paling penting dalam seni beladiri untuk menghasilkan tenaga baik itu tenaga pukulan maupun tendangan.]
Bagaimana dengan "hara"?
- "Hara gurui" (menjadi jahat) -- secara harfiah berarti perut hitam
- "Hara ga suwaru" (berpendirian teguh) -- secara harfiah berarti perut yang sedang duduk
- "Hara kiri" (seppuku = ritual bunuh diri) -- secara harfiah berarti memotong perut
"Saori Hara" (cantik, putih, dan montok)
Dan seperti halnya kata 'pinggul', masih banyak lagi ungkapan yang menggunakan kata 'perut' ("hara") ini.
Ini membuktikan kalau "hara" (daerah anatomi antara ujung bawah sternum (tulang dada) dan ujung atas pubis) adalah bagian tubuh yang dianggap penting oleh orang Jepang.
Di dalam seni beladiri sendiri, hara dikatakan sebagai pusat tenaga, bahkan hara (utamanya tanden atau dantian) ini disebut-sebut sebagai "lautan ki", "gerbang asal mula", atau "gerbang batu".
Mungkin ini terdengar sedikit "mistis", tetapi secara anatomis perut memang adalah salah satu bagian tubuh yang sangat penting dalam seni beladiri. Hal ini disebabkan karena adanya otot yang disebut dengan tranversus abdominis.
Banyak orang beranggapan bahwa seorang praktisi beladiri idealnya harus memiliki otot perut yang kuat (baca: terlihat sixpack), tetapi beberapa penelitian yang meneliti aktivitas listrik di dalam otot perut menunjukkan bahwa otot-otot bagian dalam (transversus abdominis) adalah otot yang lebih aktif terlibat dalam aktivitas olahraga daripada otot-otot bagian luar (rectus abdominis).
Gambar dari Uwe Gille |
Memang sih tidak banyak penelitian tersebut yang secara spesifik meneliti aktivitas "olahraga" beladiri, tetapi saya kira kita bisa menganggapnya sama.
Untuk menguatkan otot perut bagian luar (yang bisa kita "lihat") caranya sih cukup mudah, Anda cukup melakukan latihan seperti sit-up, planque, atau jenis latihan lain yang melibatkan otot-otot perut. Sementara itu, melatih otot transversus abdominis (yang tidak bisa kita lihat) tidaklah segampang itu.
Karena tidak terlihat, tentu saja akan sulit bagi kita untuk melatih otot transversus abdominis tersebut karena kita tidak bisa tahu kapan otot tersebut berkontraksi atau tidak. Tetapi ternyata ada satu cara yang cukup mudah yang bisa Anda lakukan untuk mengetahuinya. Letakkan tangan Anda di tulang panggul kemudian tekan sedikit. Setelah itu gerakkan tangan Anda ke arah atas sampai menemukan bagian yang lunak tepat di atas tulang panggul.
Sudah ketemu?
Sudah ketemu?
Bagus.
Sambil terus menekan bagian tersebut dengan tangan, keluarkan napas seperti orang yang sedang batuk. Apa yang Anda rasakan? Tangan Anda terdorong keluar, benar?
Itulah kontraksi dari otot transversus abdominis.
Lanjutkan latihan Anda dengan cara mengencangkan otot tersebut tanpa harus "membatukkan" napas Anda. Lakukan sambil menghembuskan napas pelan-pelan, setelah terbiasa lakukan sambil menghembuskan napas dengan cepat. Melatih otot transversus abdominis hanya bisa dilakukan dengan melatih napas perut Anda dan tidak bisa dilakukan dengan cara sit-up.
Menurut Vorobyev; 1978, kalau kita ingin mengefektifkan napas untuk
mendapatkan tenaga yang maksimal (dimana udara yang tertinggal dalam
paru saat bernapas ~75%), kita harus menggunakan otot transversus
abdominis yang merupakan otot utama untuk mengatur keluar masuknya udara dalam pernapasan perut (bukan pernapasan dada).
Kalau sudah menguasai penggunaan otot transversus
abdominis ini, kita akan bisa
menghasilkan tenaga yang lebih besar dalam setiap teknik yang kita
lakukan.
"Ashi de keruna, koshi de keri; Te de tsukuna, hara de tsuki"
"Jangan menendang dengan kaki, menendanglah dengan koshi; Jangan memukul dengan tangan, memukullah dengan hara."
"Ashi de keruna, koshi de keri; Te de tsukuna, hara de tsuki"
"Jangan menendang dengan kaki, menendanglah dengan koshi; Jangan memukul dengan tangan, memukullah dengan hara."
0 komentar:
Post a Comment