Pariwara

Followers

Kenapa Anda (Terkadang) Harus Berbohong Kepada Murid Beladiri Anda

Posted by Yonatan Adi on 2:06 PM

Tahun '70-an, saat baju ketat dan celana cutbray sedang menjadi tren fashion kala itu... ups maaf salah intro.


Pada tahun '70-an, Profesor Ellen Langer, seorang profesor psikologi di Universitas Harvard, melakukan sebuah percobaan yang sangat menarik.

Dalam percobaannya itu, sang profesor, bekerja sama dengan petugas perpustakaan kampus, mematikan semua mesin fotokopi di dalam perpustakaan tersebut dan hanya menyisakan satu buah mesin saja yang bisa digunakan. Hal ini tentu saja menyebabkan terjadinya antrian panjang untuk menggunakan mesin tersebut (ingat ini tahun 1970-an, printer apalagi HP berkamera masih menjadi angan-angan belaka).

Image creditrmac8oppo
Dalam "kekacauan" itu, Prof. Ellen kemudian meminta salah seorang asistennya untuk menyerobot antrian dan meminta ijin kepada orang yang berada di urutan paling depan dalam antrian tersebut untuk memakai mesin fotokopi terlebih dulu. Permintaan itu dikemas dalam beberapa bentuk kalimat.

Kalimat pertama adalah: "Permisi, bolehkah saya memakai mesin fotokopi ini duluan? Saya sedang terburu-buru karena mau ada kelas". Ternyata 94% orang yang mendapatkan permintaan (yang disertai dengan alasan logis) ini memberikan ijin kepada si asisten.

Tetapi saat si asisten meminta ijin dengan berkata: "Permisi, bolehkah saya memakai mesin fotokopi ini duluan?" (tanpa disertai alasan), hanya 60% saja yang mengijinkannya.

[Betewe, mahasiswa Harvard baik-baik ya, coba di Indonesia, kalau kita menyerobot antrian dengan alasan apapun juga, hanya ada satu jawaban yang akan kita dapatkan: "Jan@%#!" ;D.]

Sebelum lebih lanjut membahas percobaan dari Prof. Ellen ini, ijinkan saya bertanya kepada Anda (sebagai inti dari postingan ini):

"Apakah Anda pemegang tingkatan tertinggi di dojo Anda?", atau

"Mungkin Anda seorang sensei?"

Kalau iya, Anda tentunya menyadari kalau akan ada banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh murid-murid ataupun junior Anda kepada Anda saat Anda sedang asyik memimpin latihan. Sebagai seorang senpai (atau sensei), menjadi tempat bertanya adalah salah satu 'beban' dan tanggung jawab yang harus Anda pikul.

Kendati pertanyaan-pertanyaan itu 'levelnya' bervariasi, mulai dari yang 'normal' seperti "Kenapa saya harus memutar pinggul saya saat memukul" sampai dengan pertanyaan nyeleneh seperti "Bagaimana melatih kinteki supaya tahan pukul", semua pertanyaan itu tentunya membutuhkan jawaban dari Anda.

Tetapi yang menjadi masalah adalah:

"Siapkah Anda melakukannya? Mampukah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan itu? Siapkah Anda menjadi ensiklopedia sumber pengetahuan bagi murid/ junior Anda? Apakah Anda sudah mengetahui segala tetek bengek seni beladiri yang Anda ajarkan?"

Apapun jawaban Anda, tahan dulu sebentar.

Kabar baiknya adalah untuk bisa memuaskan dahaga ke-kepo-an murid/ junior Anda, Anda tidak harus menguasai ataupun memahami semua seluk beluk seni beladiri yang Anda ajarkan.

Anda tidak perlu menjadi kamus berjalan.

Itulah fakta mengejutkan yang didapatkan dari penelitian Profesor Ellen yang akan saya ungkapkan sebentar lagi. [**masukkan bunyi drum disini**].

Untuk lebih memahami cara berpikir serta cara bertindak manusia (yang kadang kala tak ada logika ;p), Prof. Ellen menambahkan sebuah kalimat dalam "persenjataan" asistennya:

"Permisi, bolehkah saya memakai mesin fotokopi ini duluan? Saya ingin membuat salinan dari beberapa halaman ini".

Wadepak!!

Alasan macam apa itu? Tentu saja semua orang memakai mesin fotokopi untuk membuat salinan.

Ajaibnya, seaneh apapun alasan ini, hasilnya ternyata cukup mengejutkan. 93% (ya... 93, hanya 1 angka lebih kecil dari 94) orang mengijinkan si asisten untuk memakai mesin fotokopi tersebut terlebih dulu.

Dengan kata lain, memberikan jawaban/ alasan kepada seseorang, tidak peduli apakah jawaban/ alasan tersebut masuk akal atau bahkan konyol sekalipun (hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu saja), hampir sama pentingnya dengan isi dari jawaban/ alasan itu sendiri.

Karena itulah saudara-saudara, (membuka aib nih 😁) saya terkadang juga berbohong kepada junior saya.

Photo credittswedensky
Eits... nanging jangan salah sangka dulu, bukan berarti setiap saat saya selalu berbohong ngibul sana ngibul sini lho ya, sama sekali bukan.

Maksud saya adalah, saat Anda ditanya "kenapa", akan lebih baik kalau Anda memberikan jawaban/ alasan (terlepas apakah jawaban tersebut benar atau sedikit salah) daripada tidak memberi jawaban sama sekali (atau lebih parah menjawab "pokoknya harus gitu").

6 dari 10 pertanyaan, kalau saya tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu, saya akan "mengarang" jawabannya pada saat itu juga.

*pokerface* [Hei, saya kan harus menjaga wibawa.]

Tentu saja setelahnya saya akan secepat mungkin mencari tahu jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut (jelek-jelek gini saya nggak suka menyesatkan orang). Dan kalau jawaban saya yang sebelumnya ternyata melenceng terlalu jauh, begitu saya bertemu lagi dengan si penanya di kesempatan berikutnya, saya akan langsung berkata kepada doski: "Sorry bro, jawaban yang kemarin itu ane rasa kurang tepat, ini lho jawaban yang lebih tepat".

Kenapa saya bela-belain sampai harus berbohong segala? Karena menurut saya, kepuasan yang dirasakan oleh si penanya saat mendapatkan jawaban langsung (meskipun saya tidak yakin bahwa jawaban yang saya berikan benar-benar... *ehem* benar) jauh lebih bernilai daripada saat doski tidak memperoleh jawaban sama sekali. Dan kalau si penanya (dalam hal ini murid kita) merasa puas, maka doski akan berpikir dua kali untuk meninggalkan kita dan pindah ke lain budo.

Dan karena itulah, menurut saya--karena sudah terbukti dalam studi Profesor Ellen--tidak apa-apa kalau seorang senpai/ sensei (terkadang) 'berbohong' kepada murid/ kohai-nya.

Akan tetapi, kita sebagai pelatih beladiri tentu saja harus selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan juga pengetahuan beladiri kita agar kita tidak terus-terusan berbohong kepada murid-murid kita, karena bagaimanapun juga berbohong itu lebih kejam daripada tidak berbohong... *ehem* gimana-gimana berbohong itu dosa lho.

Setuju dengan saya?


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:06 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB