Pariwara

Followers

Komunikasi dan Pengaruhnya pada Seni Beladiri

Posted by Yonatan Adi on 2:17 PM

Kayak judul skripsi aja ;D

Saya buka artikel ini dengan satu pertanyaan: "Apakah saat ini Anda sedang belajar budo (seni beladiri) yang berasal dari Jepang?"

Kalau iya, apakah Anda juga (sedikit) mempelajari segala tetek bengek yang berhubungan dengan Jepang seperti bahasa, budaya, serta tradisi yang dianut oleh masyarakatnya?

Kenapa saya bertanya gitu? Karena menurut saya, seni beladiri yang berkembang di suatu daerah (dalam hal ini negara) sangat berhubungan erat dengan budaya dan tradisi setempat.

[Dan mempelajari budaya serta tradisi dari negara asal seni beladiri yang Anda pelajari, menurut saya akan dapat meningkatkan pemahaman serta penguasaan dari seni beladiri yang bersangkutan. Itulah sebabnya saya, yang saat ini sedang mendalami seni beladiri asal Jepang, juga sedikit mempelajari budaya Jepang melalui anime, j-pop, j-rock, dorama, dan jav].

Dalam hal berkomunikasi misalnya, tahukah Anda bahwa penduduk Jepang--meskipun orang-orangnya super sibuk serta memiliki gaya hidup yang serba cepat--ternyata sangat sabar dalam berkomunikasi?

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan untuk mempelajari apa yang mereka sebut sebagai "saat hening" dalam percakapan (saat dimana seseorang mengucapkan sesuatu lalu diam sejenak sehingga percakapan tersebut terhenti beberapa saat dan menjadi "sepi") membuktikannya.

Dalam penelitian tersebut, salah seorang peneliti diberi tugas untuk menjadi pembicara dalam semacam ceramah kepada sekelompok pendengar (yang tidak tahu kalau mereka sedang menjadi subyek penelitian). Di tengah ceramahnya, si pembicara tiba-tiba berhenti berbicara, sehingga suasana pun menjadi hening.

Gambar dari Alexas_Fotos
Dalam waktu bersamaan, seorang peneliti lain yang berada di antara para pendengar menghitung berapa lama waktu berjalan sebelum para pendengar mulai berdehem-dehem, mulai melirik jam tangan mereka, ataupun mulai menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan; atau dengan kata lain berapa lama mereka mampu bersabar.

Saat hal ini dilakukan kepada pendengar yang berasal dari Amerika, hasilnya adalah 4 detik.

Mereka pun kemudian melakukan eksperimen yang sama kepada pendengar yang berasal dari Jepang.

... Dan hasilnya adalah (*masukkan bunyi drum*) 50 detik, atau hampir 13 kali lipatnya!

Sayangnya, para peneliti tersebut tidak melakukan percobaan yang sama kepada orang Indonesia, karena mereka pasti akan sangat terkejut dengan hasilnya. Jangankan hitungan detik, hitungan menit, bahkan jam pun akan terlewat. Bukan karena para pendengarnya sabar, tetapi karena mereka tidur hehehe, bercanda... piss ^-^v.

Budaya sabar inilah yang kemudian berpengaruh pada seni beladiri yang berkembang di dua negara tersebut.

Di Jepang, kita ambil contoh dari salah satu seni beladiri yang disebut dengan "kyudo" (seni memanah).

Di dalam seni beladiri ini, seorang kyudo-jin--sebelum dan sesudah melepaskan anak panah--akan selalu mematuhi 8 "aturan" yang disebut dengan "shaho hassetsu". Berikut adalah urut-urutan dari 8 "aturan" tersebut dan analoginya dengan proses percakapan: 

ashibumi - mengatur posisi kaki dan telapak kaki.
dozukuri - memperbaiki postur tubuh.
yugamae - menyiapkan busur dan anak panah.
(memikirkan sebuah pertanyaan ataupun pernyataan)

uchiokoshi - mengangkat busur ke atas kepala dan bersiap menarik tali busur.
hikiwake - menarik tali busur.
kai - tali busur tertarik maksimal, menyelaraskan tubuh dan jiwa sambil menunggu 'waktu yang tepat' untuk menembak.
hanare - melepaskan anak panah dengan alami dan luwes saat 'waktunya' tiba.
(mengajukan pertanyaan ataupun pernyataan)

zanshin - sedikit mengendorkan pegangan pada yumi (busur panah) sehingga posisi yumi menjadi menghadap ke bawah sambil tetap menjaga postur tubuh setelah menembak.
(pertanyaan ataupun pernyataan tersebut sampai dan dimengerti oleh lawan bicara, menunggu respon dari lawan bicara)

Lalu bagaimana dengan orang Amerika yang dari penelitian tersebut terbukti hanya bisa bersabar 4 detik saja?

Kita ambil contoh kickboxing (bukan thai boxing atau muaythai), seni beladiri yang berkembang di Amerika:

Memukul, menendang, menangkis, memukul, menendang, menangkis, menendang, menangkis, memukul, dan seterusnya berselang-seling.
(bertanya, dijawab, bertanya kembali, langsung dijawab, menjawab balik, ditanya balik, demikian seterusnya sampai salah satu pihak "menang").

Dari sini terlihat bahwa orang Jepang (melalui seni beladirinya) sangat memperhatikan etika, tata cara, dan juga tradisi (gendai budo atau seni beladiri modern Jepang lebih menekankan pada pengembangan karakter serta bagaimana 'mengalahkan' diri sendiri), sedangkan seni beladiri Amerika lebih terfokus pada bagaimana mengalahkan lawan.

Jadi, ingin jadi yang seperti manakah Anda?
(tidak hanya di dojo atau di dalam latihan beladiri saja tetapi juga di dalam keseharian).

Ingin menjadi seperti orang Jepang atau seperti orang Amerika? atau tetap menjadi orang Indonesia saja?


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:17 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB