Pariwara

Followers

Maaf Saya Lupa

Posted by Yonatan Adi on 2:38 PM

Lupa... lupa lupa lupa... lupa lagi syairnya... ups maaf salah intro ;p.

Kembali dari grup yang pernah saya singgung sebelumnya, kali ini ada sebuah komen yang lagi-lagi menggelitik otak kritis saya (padahal cuma kehabisan ide untuk menulis aja hehe).

Inilah isi komen tersebut secara garis besar: "Sensei dan senpai sekalian, mohon petunjuk (masukkan nama waza disini) itu seperti apa? Saya kok lupa".

Lupa...

Suatu hal yang sangat manusiawi (kecuali mungkin bagi para ninja, yang sepertinya memiliki ingatan yang sempurna). Kita semua pasti pernah mengalami yang namanya lupa. Lupa membeli sesuatu saat berbelanja, lupa (atau sengaja melupakan? ;p) sebuah janji, lupa kalau hari ini game "Super Mario Odyssey" dirilis, lupa dengan hari ulang tahun pacar/ istri, atau lupa dengan hari jadian/ pernikahan, merupakan hal yang wajar dan lumrah (serta masih bisa dimaklumi)...

... kecuali mungkin dua yang terakhir, karena kalau sampai kita lupa, setinggi apapun tingkatan kita dalam seni beladiri, atau apapun warna sabuk beladiri kita, semua itu tidak akan ada gunanya ;D.

Yonatan-san, kalau memang lupa itu suatu hal yang wajar, lalu apa salahnya (hanya) lupa dengan sebuah waza?

Kita memang boleh-boleh saja lupa, tetapi ada beberapa hal tertentu yang tidak boleh kita lupakan apalagi sebagai seorang yudansha, salah satunya adalah waza/ teknik beladiri.

Kenapa?

Seorang yudansha (meskipun masih shodan--dan terutama di Indonesia) sudah memiliki tanggung jawab untuk melatih dan mendidik kohai-nya. Bagaimana mungkin kita bisa melatih dan mendidik kohai kita kalau kita sendiri lupa?

Photo credit: geralt | via pixabay.com
Kalau di dojo kita ada senseisenpai yang tingkatannya lebih tinggi sih mungkin gapapa (karena kita masih bisa bertanya kepada mereka), tetapi gimana kalau kita adalah pemegang tingkatan tertinggi di dojo kita?

Itu masih waza, belum lagi berbagai teori, prinsip, dan filosofi beladiri yang juga harus kita pahami dan ajarkan.

Karena itulah, sebagai seorang yudansha (apalagi yudansha yang 'terpaksa' melatih) kita semestinya harus lebih banyak berlatih dan lebih banyak membaca daripada kohai kita, karena mau nggak mau, kita akan menjadi tempat bagi mereka untuk bertanya.
 
Apalagi di dojo-dojo universitas--yang notabene sebagian besar anggotanya adalah mahasiswa/ mahasiswi--akan ada banyak sekali pertanyaan 'sulit' yang akan diajukan kepada kita sebagai pelatih. Pertanyaan-pertanyaan seperti kenapa kaki harus dibuka selebar bahu, kenapa lutut harus ditekuk 15-30⁰, kenapa posisi tangan sewaktu memukul harus horizontal, dan masih banyak lagi.

Kira-kira apa jawaban kita kalau mendapat pertanyaan-pertanyaan seperti di atas? "Lupa"? atau "Pokoknya harus begitu"?

Kembali ke komen di atas.

Komen yang mana ya??
 
Ooh, yang isinya tentang lupa waza tadi ya? Maaf lupa ;p.

Kita memang boleh (bahkan harus) bertanya kepada orang yang lebih tahu kalau kita lupa, tetapi apakah pertanyaan tersebut harus disampaikan di dalam sebuah forum? Kenapa gak bertanya secara pribadi saja? (sekedar Anda tahu, waza yang ditanyakan dalam komen tersebut adalah waza yang seharusnya sudah dikuasai oleh si penanya).

Lupa memang sesuatu yang sangat wajar dan manusiawi, bahkan seorang pelatih beladiri pun tidak akan luput dari yang namanya lupa, tetapi kita tidak boleh lupa dengan materi latihan yang harus kita ajarkan, kita juga tidak boleh melupakan waza di level 'bawah' yang (semestinya) sudah kita kuasai.

Itulah tanggung jawab kita sebagai seorang pelatih, itulah tanggung jawab kita sebagai seorang yudansha.

Jadi, siapa bilang jadi yudansha itu enak?


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 2:38 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB