Pertanyaan berikut ini disampaikan oleh salah seorang pembaca setia Goblog yang mengaku bernama bushierro82 melalui email.
Begini pertanyaannya (dengan sedikit saya edit): "Saudara Yonatan yang luar biasa keren (kalimat ini saya tambahi sendiri 😁), agan kan pernah menulis bahwa tujuan seni beladiri adalah melatih tubuh dan jiwa dari praktisinya. Pelatihan tersebut dilakukan melalui latihan teknik beladiri dan juga pelajaran tentang teori dan filosofi. Saya bisa memahami kalo pelajaran teori memang sangat menunjang dalam penguasaan suatu teknik, tapi kalo filosofi saya kurang setuju karena menurut saya filosofi bela diri terlalu muluk dan tidak berguna dalam latihan ataupun dalam pertarungan. Kenapa agan bisa menyatakan bahwa pelajaran filosofi adalah sesuatu yang sangat penting dalam seni beladiri?"
Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kepada mas (atau mbak) bushierro82 atas pertanyaannya.
Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya ingin menjelaskan bahwa di Jepang (karena seni beladiri yang saya tekuni saat ini berasal dari sana) ada 2 terminologi yang dipakai untuk menjelaskan "seni beladiri", yang pertama adalah "bujutsu" sedangkan yang kedua (dan yang lebih modern) adalah "budo".
Kendati sama-sama diartikan sebagai seni beladiri, penekanan dari kedua terminologi ini sangatlah berbeda. Bujutsu menekankan pada "jutsu" yaitu teknik/ cara untuk bertarung ataupun mengalahkan lawan, sedangkan budo lebih menekankan pada "do" atau jalan hidup.
Keduanya mempunyai tujuan yang sama--yaitu melatih praktisinya untuk bisa 'bertarung'--sekaligus berbeda. Kalau bujutsu lebih menekankan pada aspek fisik dari pertarungan, budo menekankan pada pengembangan karakter dan moral dari praktisinya. Kalau tujuan bujutsu adalah kemenangan atas lawan, tujuan budo adalah "kemenangan" atas diri kita sendiri.
Sebagian besar budo berkembang selama atau setelah perang dunia kedua, dan itu bukanlah suatu kebetulan, budo memang dikembangkan untuk memupuk jiwa bushido, loyalitas, serta nasionalisme para pemuda Jepang.
Apalagi setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, budo adalah salah satu sarana yang dipakai untuk memperbaiki dan membangun kembali kondisi mental bangsa Jepang yang merosot. Budo-lah salah satu alasan kenapa negara Jepang bisa bangkit dengan cepat meskipun telah diluluhlantakkan oleh dua bom atom.
Budo, karena tujuan utamanya adalah mengembangkan karakter dari para praktisinya (dan bukan hanya melatih praktisinya untuk menjadi seorang petarung), memasukkan sedikit filosofi agama Budha (terutama aliran Zen) ke dalam ajarannya, salah tiganya adalah samu, gassho/rei, dan kyakka shoko.
Begini pertanyaannya (dengan sedikit saya edit): "Saudara Yonatan yang luar biasa keren (kalimat ini saya tambahi sendiri 😁), agan kan pernah menulis bahwa tujuan seni beladiri adalah melatih tubuh dan jiwa dari praktisinya. Pelatihan tersebut dilakukan melalui latihan teknik beladiri dan juga pelajaran tentang teori dan filosofi. Saya bisa memahami kalo pelajaran teori memang sangat menunjang dalam penguasaan suatu teknik, tapi kalo filosofi saya kurang setuju karena menurut saya filosofi bela diri terlalu muluk dan tidak berguna dalam latihan ataupun dalam pertarungan. Kenapa agan bisa menyatakan bahwa pelajaran filosofi adalah sesuatu yang sangat penting dalam seni beladiri?"
Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kepada mas (atau mbak) bushierro82 atas pertanyaannya.
Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya ingin menjelaskan bahwa di Jepang (karena seni beladiri yang saya tekuni saat ini berasal dari sana) ada 2 terminologi yang dipakai untuk menjelaskan "seni beladiri", yang pertama adalah "bujutsu" sedangkan yang kedua (dan yang lebih modern) adalah "budo".
Kendati sama-sama diartikan sebagai seni beladiri, penekanan dari kedua terminologi ini sangatlah berbeda. Bujutsu menekankan pada "jutsu" yaitu teknik/ cara untuk bertarung ataupun mengalahkan lawan, sedangkan budo lebih menekankan pada "do" atau jalan hidup.
Keduanya mempunyai tujuan yang sama--yaitu melatih praktisinya untuk bisa 'bertarung'--sekaligus berbeda. Kalau bujutsu lebih menekankan pada aspek fisik dari pertarungan, budo menekankan pada pengembangan karakter dan moral dari praktisinya. Kalau tujuan bujutsu adalah kemenangan atas lawan, tujuan budo adalah "kemenangan" atas diri kita sendiri.
Sebagian besar budo berkembang selama atau setelah perang dunia kedua, dan itu bukanlah suatu kebetulan, budo memang dikembangkan untuk memupuk jiwa bushido, loyalitas, serta nasionalisme para pemuda Jepang.
Apalagi setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, budo adalah salah satu sarana yang dipakai untuk memperbaiki dan membangun kembali kondisi mental bangsa Jepang yang merosot. Budo-lah salah satu alasan kenapa negara Jepang bisa bangkit dengan cepat meskipun telah diluluhlantakkan oleh dua bom atom.
Budo, karena tujuan utamanya adalah mengembangkan karakter dari para praktisinya (dan bukan hanya melatih praktisinya untuk menjadi seorang petarung), memasukkan sedikit filosofi agama Budha (terutama aliran Zen) ke dalam ajarannya, salah tiganya adalah samu, gassho/rei, dan kyakka shoko.
 |
| Photo credit: morhamedufmg |
#1. Dimasa modern ini, seni beladiri bukanlah suatu kebutuhan primer (berbeda dengan jaman feodal Jepang misalnya), Anda akan sangat jarang sekali memakai pengetahuan beladiri Anda untuk berkelahi, malah kemungkinan besar Anda justru akan berurusan dengan hukum apabila Anda memakai ilmu beladiri Anda secara sembarangan.
Karena itu pelajaran filosofi menjadi sangat penting guna mendidik para praktisi beladiri untuk menjadi pembela kebenaran yang santun dan berperikemanusiaan. Tanpa pelajaran moral dan filosofi, seorang praktisi beladiri hanya akan menjadi "tukang pukul".
#2. Memang benar pelajaran filosofi tidak akan begitu berguna dalam pertarungan ataupun pertandingan, tetapi pelajaran filosofi akan sangat penting setidaknya dalam ujian kenaikan tingkat. Sama halnya dengan hafal nama-nama teknik beladiri tidak akan berguna dalam perkelahian, tetapi sangat berguna ketika Anda berlatih/melatih (dan juga menempuh ujian). Setahu saya--setidaknya dalam seni beladiri yang saya tekuni yaitu Shorinji kempo--materi yang diujikan dalam ujian kenaikan tingkat tidak melulu mengenai teknik-teknik beladiri-nya saja tetapi juga pengetahuan tentang teori dan filosofi.
Gimana? Sudah terjawab bukan?
0 komentar:
Post a Comment