Saya seringkali merasa risih dengan obrolan rekan-rekan praktisi beladiri di media sosial ataupun di forum-forum seni beladiri di internet.
Bukan karena kurangnya pengetahuan mereka dalam seni beladiri [banyak dari mereka yang jauh lebih mengerti seni beladiri daripada saya], tapi karena 'keanehan' penulisan istilah-istilah seni beladiri (terutama seni beladiri yang bukan berasal dari Indonesia).
Sering kali mereka yang terlibat dalam obrolan tersebut menuliskan istilah-istilah beladiri dengan kurang tepat, dan herannya sebagian besar dari mereka itu tingkatannya sudah cukup tinggi dalam seni beladiri yang ditekuninya.
Memang sih kesalahan penulisan tersebut tidak terlalu penting karena orang-orang yang terlibat dalam obrolan tersebut masih bisa nyambung; kesalahan penulisan tersebut juga tidak banyak berpengaruh pada ajaran dan teknik-teknik beladiri-nya.
Tetapi tetap saja hal itu sedikit banyak menunjukkan ketidakpedulian kita pada seni beladiri yang sedang kita dalami, karena siapa lagi yang mau peduli dengan seni beladiri yang sedang kita dalami kalau bukan kita sendiri?
Bukan karena kurangnya pengetahuan mereka dalam seni beladiri [banyak dari mereka yang jauh lebih mengerti seni beladiri daripada saya], tapi karena 'keanehan' penulisan istilah-istilah seni beladiri (terutama seni beladiri yang bukan berasal dari Indonesia).
Sering kali mereka yang terlibat dalam obrolan tersebut menuliskan istilah-istilah beladiri dengan kurang tepat, dan herannya sebagian besar dari mereka itu tingkatannya sudah cukup tinggi dalam seni beladiri yang ditekuninya.
Memang sih kesalahan penulisan tersebut tidak terlalu penting karena orang-orang yang terlibat dalam obrolan tersebut masih bisa nyambung; kesalahan penulisan tersebut juga tidak banyak berpengaruh pada ajaran dan teknik-teknik beladiri-nya.
Tetapi tetap saja hal itu sedikit banyak menunjukkan ketidakpedulian kita pada seni beladiri yang sedang kita dalami, karena siapa lagi yang mau peduli dengan seni beladiri yang sedang kita dalami kalau bukan kita sendiri?
#1. sinpe/simpe/simpai/sempai
Penulisan yang benar: senpai.
Arti: senior, kakak, orang yang lebih dulu mempelajari seni beladiri yang juga sedang kita pelajari.
Pelafalan 'senpai' dalam bahasa Jepang memang terdengar seperti sempai (huruf "n" sebelum huruf "p"/ "b" dibaca seperti huruf "m"), tapi kalau sinpe atau simpe saya nggak tau darimana asalnya. Malah ada yang menyingkatnya menjadi hanya "pe" atau "pai" saja. Parah
Tetapi akan lebih parah lagi kalau sampai Anda menyebut senior Anda dengan sebutan "simpai", karena simpai adalah nama dari salah satu spesies primata yang terancam punah dengan nama latin Presbytis melalophos (serius lho ini!).
#2. washari, wazari
Penulisan yang benar: waza ari.
Secara harfiah berarti teknik yang tepat/ teknik yang bagus.
#3. jiujitsu, jujitsu
Penulisan yang benar: jujutsu.
Arti: teknik "lembut".
Jujutsu adalah 'versi kuno' dari judo, dimana Kano Jigoro mengubah akhiran -jutsu (yang berarti teknik/ jurus) menjadi -do (yang berarti jalan).
Perbedaan 'lidah' dan 'telinga'-lah yang menyebabkan terjadinya kesalahan ini.
[Bacaan terkait: Jujutsu atau Jiujitsu]
#4. cuki
Penulisan yang benar: tsuki atau - zuki.
Arti: pukulan, memukul.
Bahasa Jepang adalah bahasa yang "aneh". Pelafalan/ penulisan huruf pertama dari beberapa kata bisa berubah tergantung pada letak dari kata tersebut. Misalnya kata "tsuki" yang akan berubah menjadi "zuki" kalau ada kata lain yang mendahuluinya (misalnya jodan-zuki).
Contoh yang lain adalah kata "keri" yang berarti tendangan/ menendang, yang akan berubah menjadi "geri" kalau ada kata lain yang mendahului (misalnya mawashi-geri). Geri yang berdiri sendiri (tidak ada kata yang mendahuluinya) artinya bukanlah menendang melainkan diare (beneran serius!).
Penulisan yang benar: senpai.
Arti: senior, kakak, orang yang lebih dulu mempelajari seni beladiri yang juga sedang kita pelajari.
Pelafalan 'senpai' dalam bahasa Jepang memang terdengar seperti sempai (huruf "n" sebelum huruf "p"/ "b" dibaca seperti huruf "m"), tapi kalau sinpe atau simpe saya nggak tau darimana asalnya. Malah ada yang menyingkatnya menjadi hanya "pe" atau "pai" saja. Parah
Tetapi akan lebih parah lagi kalau sampai Anda menyebut senior Anda dengan sebutan "simpai", karena simpai adalah nama dari salah satu spesies primata yang terancam punah dengan nama latin Presbytis melalophos (serius lho ini!).
#2. washari, wazari
Penulisan yang benar: waza ari.
Secara harfiah berarti teknik yang tepat/ teknik yang bagus.
#3. jiujitsu, jujitsu
Penulisan yang benar: jujutsu.
Arti: teknik "lembut".
Jujutsu adalah 'versi kuno' dari judo, dimana Kano Jigoro mengubah akhiran -jutsu (yang berarti teknik/ jurus) menjadi -do (yang berarti jalan).
Perbedaan 'lidah' dan 'telinga'-lah yang menyebabkan terjadinya kesalahan ini.
[Bacaan terkait: Jujutsu atau Jiujitsu]
#4. cuki
Penulisan yang benar: tsuki atau - zuki.
Arti: pukulan, memukul.
Bahasa Jepang adalah bahasa yang "aneh". Pelafalan/ penulisan huruf pertama dari beberapa kata bisa berubah tergantung pada letak dari kata tersebut. Misalnya kata "tsuki" yang akan berubah menjadi "zuki" kalau ada kata lain yang mendahuluinya (misalnya jodan-zuki).
Contoh yang lain adalah kata "keri" yang berarti tendangan/ menendang, yang akan berubah menjadi "geri" kalau ada kata lain yang mendahului (misalnya mawashi-geri). Geri yang berdiri sendiri (tidak ada kata yang mendahuluinya) artinya bukanlah menendang melainkan diare (beneran serius!).
#5. osh, oush
Penulisan yang benar: osu.
Arti: ungkapan kasar dan maskulin untuk banyak hal.
Dalam bahasa Jepang, huruf "u" diakhir sebuah kata memang tidak dibaca, jadi kesalahan ini cukup wajar menurut saya.
[Bacaan terkait: Oss!!]
#6. yong, young
Penulisan yang benar: yon.
Arti: empat, ke-empat.
Dalam bahasa Jepang, huruf "n" di akhir kata memang dibaca seperti "ng", jadi wajar kalau kita menulis yong, tapi young??
#7. ichi
Penulisan yang benar: (dai) ikkei.
Arti: pertama/ ke-satu.
Secara angka, 'ichi' memang menunjukkan angka satu [ni untuk dua, san untuk tiga, yon untuk empat, dan seterusnya]. Tetapi untuk menunjukkan tahap/ tingkat, penulisan yang benar adalah (dai) ikkei [nikkei untuk ke-dua, sankei untuk ke-tiga, yonkei untuk ke-empat, dan seterusnya].
Misalnya untuk menulis tenchi ken tahap keempat yang benar adalah tenchi ken dai yonkei dan bukan tenchi ken daiyon(g).
#8. ipong
Penulisan yang benar: ippon.
Arti: mutlak, nilai tertinggi yang bisa diraih oleh seorang petarung dalam pertandingan seni beladiri Jepang.
__________
Itulah dia beberapa kesalahan penulisan yang sering saya temui.
Sekali lagi saya tidak bermaksud menggurui atau menyalahkan, saya hanya mengajak rekan-rekan semua untuk lebih peduli dengan seni beladiri yang kita dalami.
Ah, itu kan hanya hal kecil bro.
Anda memang benar, kesalahan-kesalahan tersebut hanyalah hal yang kecil dan sepele, tapi kalau dengan hal kecil dan sepele saja kita tidak peduli, bagaimana mungkin kita mau peduli dengan hal-hal yang lebih besar?
0 komentar:
Post a Comment