Pariwara

Followers

Jenggot dan Kesetiaan, Sabuk Hitam Beladiri dan Keahlian

Posted by Yonatan Adi on 1:25 PM

Baru-baru ini saya membaca sebuah pernyataan yang cukup menarik.

Pernyataan tersebut berbunyi: "Pria yang berjenggot cenderung lebih setia dalam hubungan cinta daripada pria yang tidak berjenggot".

Pernyataan itu menggelitik otak saya yang kritis (baca: suka mengkritik ;p), segera setelah membaca pernyataan tersebut saya menyeletuk: "Kalau gitu pria yang nggak berjenggot cenderung lebih nggak setia dong?".

Saya--yang tidak berjenggot--tentu saja tidak terima, karena gini-gini saya adalah seorang yang setia baik kepada pasangan maupun kepada seni beladiri yang sedang saya dalami 😁.

Kendati mungkin pernyataan itu ada benarnya, menurut saya pernyataan tersebut sedikit 'berbahaya', kenapa saya sebut berbahaya? Karena pernyataan ini bisa dijadikan "kedok".

Para pria playboy dan (tentunya) tidak setia--yang sebelumnya tidak berjenggot--bisa 'memanfaatkan' pernyataan ini untuk kemudian memelihara jenggot supaya terlihat setia dan meningkatkan 'harga jual'-nya di depan lawan jenisnya.

Photo creditCristianFerronato
Kalau dianalogikan dalam seni beladiri, pernyataan ini kira-kira sama dengan pernyataan: "Seorang sabuk hitam pastilah jago dalam berkelahi" atau kalau dibalik "Seorang yang jago berkelahi pastilah seorang sabuk hitam".

Apakah pernyataan ini benar? Tentu saja ada benarnya. Seorang sabuk hitam tentunya adalah seorang yang cukup ahli dalam seni beladiri yang ditekuninya yang mana 'keahlian' tersebut didapatkan dari latihan yang keras, konsisten, dan lama.

Tetapi apakah menyandang sabuk hitam menjamin seseorang tidak akan pernah kalah dalam perkelahian? Jawabannya adalah tidak.

Banyak sekali faktor "X" yang sangat menentukan hasil akhir dari sebuah perkelahian; stamina dan kesiapan mental adalah dua diantaranya.

Seorang sabuk hitam pastinya menguasai lebih banyak teknik beladiri daripada seorang sabuk cokelat misalnya, tentunya si sabuk hitam tidak akan kalah dari si sabuk cokelat, benar kan?

... Salah.

Dalam seni beladiri, teknik bukanlah segalanya, seperti yang dikatakan oleh salah seorang pionir karate modern yaitu Gichin Funakoshi: "Mentality over technique", mental-lah yang lebih berperan dalam perkelahian.

Lagian percuma 'menguasai' banyak teknik kalau tidak benar-benar menguasai teknik-teknik tersebut (yang saya maksud dengan benar-benar menguasai adalah tidak hanya menguasai aspek fisik dari suatu teknik, tetapi juga filosofi dan prinsip dibalik teknik tersebut). Lebih baik benar-benar menguasai 3-5 teknik saja daripada 'menguasai' 30 teknik misalnya tapi hanya setengah-setengah.

Selain mental (dan teknik), kesiapan fisik (seperti stamina, kekuatan, kelenturan, dan frekuensi latihan) juga akan sangat berpengaruh.

Saya ambil contoh frekuensi latihan. Seni beladiri bisa diumpamakan seperti merebus air, untuk memanaskan dan mendidihkan air dibutuhkan panas yang konstan, kalau panas tersebut hilang, air akan kembali menjadi dingin. Untuk 'mematangkan' teknik-teknik seni beladiri, dibutuhkan latihan yang konsisten.

Sayangnya, ini yang jadi kesalahan kita, saya sering mengamati (di dojo saya sendiri) seorang kenshi yang sudah cukup tinggi tingkatannya (kyu 1 ataupun dan 1) yang mulai malas berlatih, kalaupun datang berlatih mereka hanya berlatih asal-asalan dan malah terkadang (terutama kalau tidak ada kenshi yang lebih senior) hanya menyuruh-nyuruh kohai-nya saja.

Seorang sabuk hitam bisa saja kalah dari seorang sabuk cokelat kalau kuantitas dan kualitas latihan si sabuk cokelat lebih tinggi daripada si sabuk hitam. Sehingga dalam perkelahian, seorang sabuk hitam belum tentu akan menang dari seorang sabuk cokelat. Demikian juga seorang pria yang berjenggot belum tentu lebih setia dalam hubungan cinta daripada seorang pria yang tidak berjenggot. Titik. No debat ;D


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 1:25 PM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB