Kejadian ini saya alami saat menempuh ujian kenaikan tingkat menuju tingkatan nidan (= II-Dan).
Begitu diumumkan lulus, ada satu tradisi [yang sayang (atau untung?)-nya mulai ditinggalkan] yang berupa "para senior bergantian menyabetkan obi (sabuk)-nya ke punggung telanjang mereka yang lulus (yang laki-laki tentu saja) dengan sekuat tenag... *ehem* -maksud saya- dengan penuh 'kasih sayang'".
Nah, dalam "upacara" tersebut, ada seorang dengan tingkatan III-Dan yang lebih junior daripada saya yang ikut menjadi "eksekutor".
Begitu diumumkan lulus, ada satu tradisi [yang sayang (atau untung?)-nya mulai ditinggalkan] yang berupa "para senior bergantian menyabetkan obi (sabuk)-nya ke punggung telanjang mereka yang lulus (yang laki-laki tentu saja) dengan sekuat tenag... *ehem* -maksud saya- dengan penuh 'kasih sayang'".
Nah, dalam "upacara" tersebut, ada seorang dengan tingkatan III-Dan yang lebih junior daripada saya yang ikut menjadi "eksekutor".
"Tunggu dulu Yonatan, kau lebih senior dari III-Dan? macam mana pula, kau kan baru lulus II-Dan?" Silakan Anda baca postingan ini sampai habis untuk menemukan jawabannya.
Bukannya gak terima (saya hanya merasa sedikit sakit hati ;p) karena seorang yang lebih junior ikut meng-"ospek" saya, tapi kok ya bisa-bisanya si III-Dan tersebut ikut-ikutan bertindak, apa dia tidak was-was kalau orang yang "diberinya kasih sayang" (dengan sepenuh hati pula) lebih "senior" daripada dirinya?
Hierarki...
Satu kata yang bisa membuat Anda bersorak gembira namun juga bisa membikin Anda gemetar karena ketakutan.
Kata yang membuat Anda merasa senang kalau berada di puncak, dan merasa takut kalau Anda berada di dasar.
Satu kata yang bisa membuat Anda menjadi "penguasa" yang sekaligus juga bisa membuat Anda menjadi "kacung".
Hierarki--inilah ejaan yang baku menurut sensei Kabe Be'i--sangat dipegang teguh terutama dalam dunia militer, tetapi hierarki ini ternyata juga sangat dijunjung tinggi dalam dunia yang sama-sama kita cintai yaitu dunia seni beladiri.
Saya kurang tahu dengan aliran seni beladiri lain, tetapi di seni beladiri yang saya tekuni (Shorinji kempo kalau Anda ingin tahu), hierarki adalah salah satu "acuan" utama (masih dibawah AD/ART tentu saja). Begitu kuatnya pengaruh hierarki ini dalam Shorinji kempo sampai-sampai ada jargon yang menyebutkan bahwa "tidak ada demokrasi di Shorinji kempo, yang ada adalah hierarki dan birokrasi."
Begitu besarkah "kuasa" dari heirarki ini sampai-sampai demokrasi-pun kalah? Jawabannya adalah sangat IYA (dengan huruf kapital)...
... tetapi hanya di dalam latihan (dan hal-hal yang berhubungan dengan latihan) saja.
Di dalam latihan, instruksi/ perintah seorang sensei/ pelatih adalah sesuatu yang mutlak dan--selama tidak mengingkari nilai-nilai kebenaran serta tidak bertentangan dengan hati nurani--harus dikerjakan tanpa bertanya dan tidak boleh ada keragu-raguan sedikitpun.
Bukannya gak terima (saya hanya merasa sedikit sakit hati ;p) karena seorang yang lebih junior ikut meng-"ospek" saya, tapi kok ya bisa-bisanya si III-Dan tersebut ikut-ikutan bertindak, apa dia tidak was-was kalau orang yang "diberinya kasih sayang" (dengan sepenuh hati pula) lebih "senior" daripada dirinya?
Hierarki...
Satu kata yang bisa membuat Anda bersorak gembira namun juga bisa membikin Anda gemetar karena ketakutan.
Kata yang membuat Anda merasa senang kalau berada di puncak, dan merasa takut kalau Anda berada di dasar.
Satu kata yang bisa membuat Anda menjadi "penguasa" yang sekaligus juga bisa membuat Anda menjadi "kacung".
Hierarki--inilah ejaan yang baku menurut sensei Kabe Be'i--sangat dipegang teguh terutama dalam dunia militer, tetapi hierarki ini ternyata juga sangat dijunjung tinggi dalam dunia yang sama-sama kita cintai yaitu dunia seni beladiri.
Saya kurang tahu dengan aliran seni beladiri lain, tetapi di seni beladiri yang saya tekuni (Shorinji kempo kalau Anda ingin tahu), hierarki adalah salah satu "acuan" utama (masih dibawah AD/ART tentu saja). Begitu kuatnya pengaruh hierarki ini dalam Shorinji kempo sampai-sampai ada jargon yang menyebutkan bahwa "tidak ada demokrasi di Shorinji kempo, yang ada adalah hierarki dan birokrasi."
Begitu besarkah "kuasa" dari heirarki ini sampai-sampai demokrasi-pun kalah? Jawabannya adalah sangat IYA (dengan huruf kapital)...
... tetapi hanya di dalam latihan (dan hal-hal yang berhubungan dengan latihan) saja.
Di dalam latihan, instruksi/ perintah seorang sensei/ pelatih adalah sesuatu yang mutlak dan--selama tidak mengingkari nilai-nilai kebenaran serta tidak bertentangan dengan hati nurani--harus dikerjakan tanpa bertanya dan tidak boleh ada keragu-raguan sedikitpun.
Photo credit: geralt |
Selain itu, tentu saja instruksi seorang sensei hanyalah demi kebaikan murid-muridnya, karena sesuai dengan arti kata sensei yaitu "lebih dulu (sen) hidup (sei)", sensei adalah seorang mentor yang membimbing kita dalam menjalani "jalan hidup" (do) karena beliau sudah lebih dahulu menjalaninya.
Demokrasi (sebenarnya) tetaplah ada
Kendati pengaruh hierarki ini di dalam latihan sangat besar, di luar latihan, demokrasi-lah yang lebih berperan.
Tidak percaya?
Anda (yang seorang kenshi) tentunya pernah mengikuti atau paling tidak pernah mendengar tentang "muperdo" bukan? Muperdo adalah akronim dari musyawarah persaudaraan dojo, dan kalau ingatan saya masih baik, musyawarah mufakat adalah salah satu cara pengambilan keputusan yang sangat diutamakan dalam demokrasi.
Di dalam muperdo, seorang sensei sekalipun akan kehilangan status "penguasa"-nya dan "turun tingkat" menjadi hanya anggota biasa dari dojo yang bersangkutan. Dan musyawarah persaudaraan ini tidak hanya ada di tingkat dojo (yang merupakan tingkat terkecil) saja tetapi juga ada di tingkat kota/ kabupaten, propinsi, dan yang tertinggi, tingkat nasional.
NIK ~ Nomor Induk Kenshi
Sistem keanggotaan Perkemi yang ditandai dengan NIK (Nomor Induk Kenshi)--yang menyatakan kapan anggota tersebut masuk menjadi anggota Perkemi--menyebabkan munculnya 2 macam hierarki dalam Shorinji kempo, saya menyebutnya dengan (1)hierarki tingkatan dan (2)hierarki NIK.
Contoh: ada seorang yang menyandang tingkatan IV-Dan dengan NIK 01.3.13.03.08.013 dan seorang lagi masih III-Dan dengan NIK 90.2.13.03.08.007 (ingat ini hanya contoh, kalau ada kemiripan NIK dan tingkatan itu hanyalah murni kebetulan belaka 😁). Di dalam latihan, seorang IV-Dan tentu saja lebih tinggi tingkatannya daripada seorang III-Dan, dan seorang III-Dan wajib menghormati seorang IV-Dan. Akan tetapi diluar latihan, NIK 90 (1990) tentunya lebih senior daripada NIK 01 (2001) sehingga anggota ber-NIK 01 kudu menghormati anggota yang ber-NIK 90.
[Bagi yang belum tahu, masing-masing digit yang dipisahkan dengan tanda . (titik) dalam NIK mempunyai arti tertentu. Contoh "01.3.13.03.08.013". 01 adalah tahun masuknya orang tersebut menjadi anggota Perkemi yaitu tahun 2001; 3 adalah angkatan dalam tahun tersebut (Perkemi mengangkat anggota sebanyak tiga kali dalam satu tahun); 13 adalah kode propinsi dimana anggota tersebut mendaftar; 03 adalah kode kota/ kabupaten; 08 adalah kode dojo {enam digit angka (13.03.08) ini biasa disebut dengan nomor induk dojo}; sedangkan 013 adalah nomor urut anggota tersebut dalam dojo yg bersangkutan.]
Di dalam latihan, si III-Dan wajib memanggil si IV-Dan dengan sebutan senpai, tetapi si IV-Dan juga mesti memanggil si III-Dan dengan sebutan senpai, karena bagaimanapun juga si III-Dan adalah senpai (senior)-nya
Membingungkan?
Mungkin iya, namun hal ini sangat sesuai dengan salah satu lafal janji dan ikrar kenshi: "menghormati atasan, tidak meremehkan bawahan". Sudah sewajarnya seorang bawahan menghormati atasannya, tetapi bagi kita yang merasa berada di "atas" jangan juga meremehkan bawahan kita, karena masih ada banyak orang yang berada di atas kita.
Di atas senpai masih ada sensei, di atas sensei masih ada shihan, di atas shihan masih ada istrinya ;p. Di atas langit masih ada langit. Kita mungkin saja berada di atas, tetapi ingat bahwa kita juga adalah bawahan bagi mereka yang berada di atas kita.
Setuju dengan saya?
0 komentar:
Post a Comment