Masih dari grup yang sama [silakan baca postingan saya tentang pelatih tanpa tanda jasa untuk mengetahui grup apa yang saya maksudkan]. Lagi-lagi saya merasa "geli" dengan komentar yang ditulis oleh salah seorang anggota grup tersebut.
Memposting cuplikan adegan dari film "Shaolin Temple", anggota yang minta identitasnya dirahasiakan tersebut 😁 berkomentar kurang lebih seperti ini: "Waza kempo ternyata juga dipakai dalam film Shaolin Temple yang dibintangi oleh bintang terkenal Jet Li, jadi makin bangga dan cinta dengan kempo."
Komentar tersebut sedikit banyak menunjukkan ketidakpedulian doski pada seni beladiri yang dipelajarinya.
Anda tahu, banyak orang tertarik dengan seni beladiri hanya karena teknik-teknik beladirinya. Tetapi sayangnya, hal-hal lain seperti sejarah, teori/filosofi, dan juga aspek spiritual dari seni beladiri tersebut kurang begitu diminati. Dan ini bukan hanya di seni beladiri yang sedang saya dalami. Saya kenal dengan banyak praktisi beladiri lain diluar seni beladiri yang saya dalami, dan banyak diantaranya yang tingkatannya sudah cukup tinggi, tetapi ketika diminta menjelaskan sejarah dari seni beladiri-nya, yang bersangkutan mengaku "sedikit" (baca: banyak ;p) lupa.
Berbagai alasan dikemukakan, tetapi yang paling sering saya temui adalah: "Sejarah dan teori/filosofi itu gak penting, yang penting gue bisa pakai ilmu beladiri gue dalam pertarungan."
Oke, memang sangat beralasan.
Tetapi coba bayangkan kalau kita menjadi pelatih dan harus mengajarkan seni beladiri tersebut kepada adik-adik kita. Kita tentunya tidak akan bisa "menurunkan" ilmu yang kita miliki secara utuh. Misalnya ketika kita (sebagai pelatih) ditanyai: "Kenapa waktu memukul, kita harus memutar pinggul?" atau "Kenapa waktu memukul posisi tangan kita harus seperti itu?", tanpa pengetahuan tentang teori/filosofi, kita akan kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu [dan kemudian menjawab sekenanya dengan jawaban klasik macam "Pokoknya harus seperti itu" atau "Saya dulu diajarinya begitu"].
Itu baru teori/filosofi. Belum lagi aspek spiritual yang--di seni beladiri Jepang dan Tiongkok--hanya bisa dilatih dengan melakukan sazen (meditasi duduk). Sekarang tunjuk tangan siapa yang pernah di ajari secara khusus ataupun melakukan meditasi ini secara rutin sebagai bagian dari latihan seni beladirinya? Tidak ada?
Memposting cuplikan adegan dari film "Shaolin Temple", anggota yang minta identitasnya dirahasiakan tersebut 😁 berkomentar kurang lebih seperti ini: "Waza kempo ternyata juga dipakai dalam film Shaolin Temple yang dibintangi oleh bintang terkenal Jet Li, jadi makin bangga dan cinta dengan kempo."
Komentar tersebut sedikit banyak menunjukkan ketidakpedulian doski pada seni beladiri yang dipelajarinya.
Anda tahu, banyak orang tertarik dengan seni beladiri hanya karena teknik-teknik beladirinya. Tetapi sayangnya, hal-hal lain seperti sejarah, teori/filosofi, dan juga aspek spiritual dari seni beladiri tersebut kurang begitu diminati. Dan ini bukan hanya di seni beladiri yang sedang saya dalami. Saya kenal dengan banyak praktisi beladiri lain diluar seni beladiri yang saya dalami, dan banyak diantaranya yang tingkatannya sudah cukup tinggi, tetapi ketika diminta menjelaskan sejarah dari seni beladiri-nya, yang bersangkutan mengaku "sedikit" (baca: banyak ;p) lupa.
Berbagai alasan dikemukakan, tetapi yang paling sering saya temui adalah: "Sejarah dan teori/filosofi itu gak penting, yang penting gue bisa pakai ilmu beladiri gue dalam pertarungan."
Oke, memang sangat beralasan.
Tetapi coba bayangkan kalau kita menjadi pelatih dan harus mengajarkan seni beladiri tersebut kepada adik-adik kita. Kita tentunya tidak akan bisa "menurunkan" ilmu yang kita miliki secara utuh. Misalnya ketika kita (sebagai pelatih) ditanyai: "Kenapa waktu memukul, kita harus memutar pinggul?" atau "Kenapa waktu memukul posisi tangan kita harus seperti itu?", tanpa pengetahuan tentang teori/filosofi, kita akan kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu [dan kemudian menjawab sekenanya dengan jawaban klasik macam "Pokoknya harus seperti itu" atau "Saya dulu diajarinya begitu"].
Itu baru teori/filosofi. Belum lagi aspek spiritual yang--di seni beladiri Jepang dan Tiongkok--hanya bisa dilatih dengan melakukan sazen (meditasi duduk). Sekarang tunjuk tangan siapa yang pernah di ajari secara khusus ataupun melakukan meditasi ini secara rutin sebagai bagian dari latihan seni beladirinya? Tidak ada?
Melihat = peduli? [Image dari maxpixel.freegreatpicture.com] |
Ada dua hal yang kurang sreg bagi saya.
Yang pertama adalah penyebutan istilah "kempo".
Kempo bukanlah aliran seni beladiri. Kempo adalah seni beladiri itu sendiri. "Kempo" adalah pelafalan bahasa Jepang dari istilah Tiongkok "quan fa" yang secara garis besar berarti "jalan tinju" atau "metode tinju" atau "teknik beladiri". Misalnya shaolin quan fa berarti jalan tinju shaolin/ metode tinju shaolin/ teknik beladiri shaolin. Inilah sebabnya kenapa praktisi shorinji kempo disebut "kenshi" dan bukan "kempoka".
[Dan karena grup yang saya maksud beranggotakan yudansha Shorinji kempo (Shorinji kempo adalah pelafalan bahasa Jepang dari "siauw liem sie quan fa"), komentar yang lebih tepat adalah: "Ternyata waza Shorinji kempo juga dipakai dalam film Shaolin Temple yang dibintangi oleh bintang terkenal Jet Li, jadi makin bangga dan cinta dengan Shorinji kempo."]
Kekurangsregan (ini kata baku bukan ya?) saya yang kedua adalah: "waza Shorinji kempo juga dipakai dalam film Shaolin Temple."
Kalau kita lihat sejarahnya, Shorinji kempo dikembangkan oleh Nakano Michiomi (atau yang lebih dikenal dengan nama gelarnya So Doshin) dari salah satu aliran kungfu shaolin yaitu Yihemen quan (jepang: giwamonken), yang kemudian disederhanakan dan disusun ulang serta digabungkan dengan berbagai aliran seni beladiri Jepang seperti hakko-ryu jujutsu dan kendo.
Jadi menyebutkan kalau film Shaolin Temple "mengambil" waza Shorinji kempo adalah kurang tepat, yang lebih tepat adalah: Shorinji kempo-lah yang mengambil teknik-tekniknya dari film Shaolin Temple (atau lebih tepatnya dari kuil shaolin; atau lebih spesifik lagi dari salah satu aliran kungfu dalam kuil shaolin yaitu Yihemen quan).
Sekali lagi saya tidak berniat sok tau atau ingin menggurui, saya hanya menyayangkan kenapa banyak praktisi beladiri yang kurang peduli dengan seni beladiri yang ditekuninya (dalam hal ini kenshi yang kurang peduli pada Shorinji kempo) dan mengajak para pembaca Goblog untuk lebih peduli lagi pada seni beladiri Anda masing-masing.
Karena siapa lagi yang peduli dengan suatu seni beladiri kalau bukan praktisi seni beladiri itu sendiri?
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment