Melatih.
Pekerjaan yang gampang-gampang susah [atau susah-susah gampang ya (??)].
Melihat pelatih Anda yang sedang melatih memang terlihat gampang. Mereka mengajar dengan nyaman dan seperti sangat menikmati 'pekerjaannya', cara mereka melatih pun terlihat 'alami' dan 'mengalir'; tetapi coba kita yang berdiri di depan sana? Grogi, keringat dingin, pucat pasi, bingung, dan blank...
Pernah mengalaminya? Percayalah, saya juga pernah mengalaminya, dan saya yakinkan Anda kalau pelatih Anda pun (dulu) juga pernah mengalaminya.
Lalu bagaimana cara supaya kita bisa melatih dengan baik?
Pekerjaan yang gampang-gampang susah [atau susah-susah gampang ya (??)].
Melihat pelatih Anda yang sedang melatih memang terlihat gampang. Mereka mengajar dengan nyaman dan seperti sangat menikmati 'pekerjaannya', cara mereka melatih pun terlihat 'alami' dan 'mengalir'; tetapi coba kita yang berdiri di depan sana? Grogi, keringat dingin, pucat pasi, bingung, dan blank...
Pernah mengalaminya? Percayalah, saya juga pernah mengalaminya, dan saya yakinkan Anda kalau pelatih Anda pun (dulu) juga pernah mengalaminya.
Lalu bagaimana cara supaya kita bisa melatih dengan baik?
Anda beruntung karena telah menemukan postingan ini.
Nb. postingan ini saya tujukan terutama untuk Anda yang bercita-cita menjadi pelatih. Tetapi, bagi Anda yang sudah 'terlanjur' menjadi pelatih pun saya harapkan juga bisa mendapatkan manfaat dari postingan ini, karena bagaimanapun juga, berdasarkan hierarki, di atas Anda masih ada sensei Anda bukan?
Langsung saja disimak.
#1. Pengalaman adalah guru terbaik
Banyak sekali alasan yang dikemukakan setiap kali saya menunjuk seorang junior untuk memimpin latihan. Mulai dari "jangan saya senpai" (ini sih menolak, bukan alasan ;D), "saya masih kyu 2 senpai", sampai dengan "saya nanti menyesatkan senpai"(?).
Berbeda dengan pendapat umum, kemampuan melatih tidak didapatkan dari tingkatan kita, kemampuan melatih didapatkan karena kita terbiasa melatih.
Di jaman saya dulu, saya merasa senang dan bangga sekali kalau ditunjuk memimpin latihan (meskipun cuma sekedar pemanasan dan kihon), apalagi kalau disuruh full memimpin satu sesi latihan... wih seperti mau meledak dada ini ;D.
Akan tetapi, memimpin latihan bagaikan momok bagi kenshi jaman now, saking takutnya sampai-sampai mereka datang lebih lambat daripada pelatihnya supaya tidak di-dapuk memimpin latihan.
Cara pertama untuk menjadi pelatih beladiri yang mumpuni adalah: jangan menunggu disuruh, tawarkan diri Anda untuk memimpin latihan (meskipun Anda masih sabuk hijau misalnya), atau datanglah lebih awal daripada pelatih Anda. Mungkin agak pating pecotot pada awalnya, tapi percayalah kebiasaan akan membuat Anda menjadi lebih baik.
#2. Isi otak Anda dengan prinsip, filosofi, dan teori yang berhubungan dengan seni beladiri
Ah...teori. Omdo. Mana bisa teori dipakai berkelahi? Ingat, postingan ini adalah tentang cara menjadi pelatih yang baik, bukan menjadi petarung yang baik (meskipun pengetahuan tentang teori dan prinsip juga bisa meningkatkan kemampuan beladiri Anda).
Anda mungkin bisa memenangkan pertandingan dengan tendangan keri mawashi salto melingkar 360⁰, akan tetapi kalau Anda tidak bisa menjelaskan prinsip dari tendangan tersebut selain dari "terlihat keren" dan juga "rasa sakit" yang diakibatkannya, Anda tidak akan bisa memenangkan hati murid-murid Anda.
Banyak atlet berprestasi yang karir kepelatihannya gagal hanya karena tidak bisa menjelaskan bagaimana dia melakukan suatu hal (keri mawashi salto melingkar 360⁰ di atas misalnya), tapi banyak juga atlet yang karir ke-atletan-nya biasa-biasa saja, namun sukses menjadi pelatih karena paham dengan prinsip dan teori.
Nah, Anda harus berada di tengah-tengah.
Kita semua mungkin bisa menjawab (dan menjelaskan) dengan mudah pertanyaan 'ringan' seperti kenapa saya harus memutar pinggul saya sewaktu memukul... (iya kan?). Tapi bagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan 'ekstrim' macam kenapa waktu memukul kepalan tangan harus horizontal dan bukan vertikal, kenapa kaki harus dibuka selebar bahu, kenapa lutut harus ditekuk 15-30⁰, kenapa waktu melakukan gyaku zuki kaki depan harus 'ditanam'? Kalau Anda tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut selain dengan jawaban "pokoknya harus begitu", saya jamin dojo Anda akan sepisesepi laptop saya tanpa film-nya Mei Haruka.
#3. Tawarkan diri menjadi 'korban' waza
Seperti yang sudah kita ketahui dari poin #2 di atas, untuk bisa menjadi seorang pelatih yang baik, kita harus paham teori dan prinsip. Dan tidak ada cara lain untuk memahami prinsip dari suatu waza (teknik) selain merasakan sendiri waza tersebut diaplikasikan pada diri kita sendiri.
#4. Banyak-banyaklah membaca
Pelajari sejarah seni beladiri Anda, dan kalau seni beladiri Anda berasal dari Jepang, ada baiknya Anda juga banyak membaca buku tentang budaya Jepang, belajar sedikit bahasa Jepang (supaya Anda bisa membedakan "geri" dengan "keri", tidak salah menuliskan "senpai" dengan "simpai"), dan sebagainya.
Kenapa? Karena pasti akan ada yang bertanya.
Anda tidak perlu menjadi yang paling hebat di dojo Anda, Anda hanya perlu menjadi lebih tahu daripada dohai (rekan latihan) dan kohai (junior) Anda. Jadi banyak-banyaklah membaca. Tidak hanya dari buku, Anda juga bisa mendapatkan banyak pengetahuan dengan mengikuti dan membaca blog termasuk blog saya ini ;D.
#5. Tingkatkan terus kemampuan Anda
Ikuti gashuku, penataran, sarasehan, seminar, atau apapun yang bisa menambah pengetahuan dan skill beladiri Anda. Jangan pernah berhenti berlatih, dan setinggi apapun tingkatan Anda tetap pertahankan pola pikir seorang pemula (shoshin) dalam diri Anda.
Jangan merasa sudah hebat, kita tidak lebih hebat dari para kohai kita, kita hanya lebih dulu belajar daripada mereka.
__________
Kalau disuruh memilih, saya lebih memilih untuk berlatih daripada melatih. Dan siapa bilang melatih itu tidak capek? Melatih justru lebih capek daripada berlatih (kecuali Anda melatih hanya dengan duduk ongkang-ongkang kaki di kursi dan cuman main perintah saja), belum lagi dengan tanggung jawab yang harus Anda pikul sebagai seorang pelatih.
Dan seperti halnya seorang guru, tugas kita tidak hanya mengajar atau melatih saja tetapi juga mendidik junior-junior kita. Karena itulah tujuan utama dari latihan seni beladiri, bukan untuk berkelahi tetapi untuk membentuk kepribadian dan akhlak yang baik.
Martial arts is not about fighting, it's about building character ~ Funakoshi Gichin
Nb. postingan ini saya tujukan terutama untuk Anda yang bercita-cita menjadi pelatih. Tetapi, bagi Anda yang sudah 'terlanjur' menjadi pelatih pun saya harapkan juga bisa mendapatkan manfaat dari postingan ini, karena bagaimanapun juga, berdasarkan hierarki, di atas Anda masih ada sensei Anda bukan?
Langsung saja disimak.
#1. Pengalaman adalah guru terbaik
Banyak sekali alasan yang dikemukakan setiap kali saya menunjuk seorang junior untuk memimpin latihan. Mulai dari "jangan saya senpai" (ini sih menolak, bukan alasan ;D), "saya masih kyu 2 senpai", sampai dengan "saya nanti menyesatkan senpai"(?).
Berbeda dengan pendapat umum, kemampuan melatih tidak didapatkan dari tingkatan kita, kemampuan melatih didapatkan karena kita terbiasa melatih.
Di jaman saya dulu, saya merasa senang dan bangga sekali kalau ditunjuk memimpin latihan (meskipun cuma sekedar pemanasan dan kihon), apalagi kalau disuruh full memimpin satu sesi latihan... wih seperti mau meledak dada ini ;D.
Akan tetapi, memimpin latihan bagaikan momok bagi kenshi jaman now, saking takutnya sampai-sampai mereka datang lebih lambat daripada pelatihnya supaya tidak di-dapuk memimpin latihan.
Cara pertama untuk menjadi pelatih beladiri yang mumpuni adalah: jangan menunggu disuruh, tawarkan diri Anda untuk memimpin latihan (meskipun Anda masih sabuk hijau misalnya), atau datanglah lebih awal daripada pelatih Anda. Mungkin agak pating pecotot pada awalnya, tapi percayalah kebiasaan akan membuat Anda menjadi lebih baik.
Photo credit: Offnfopt |
Ah...teori. Omdo. Mana bisa teori dipakai berkelahi? Ingat, postingan ini adalah tentang cara menjadi pelatih yang baik, bukan menjadi petarung yang baik (meskipun pengetahuan tentang teori dan prinsip juga bisa meningkatkan kemampuan beladiri Anda).
Anda mungkin bisa memenangkan pertandingan dengan tendangan keri mawashi salto melingkar 360⁰, akan tetapi kalau Anda tidak bisa menjelaskan prinsip dari tendangan tersebut selain dari "terlihat keren" dan juga "rasa sakit" yang diakibatkannya, Anda tidak akan bisa memenangkan hati murid-murid Anda.
Banyak atlet berprestasi yang karir kepelatihannya gagal hanya karena tidak bisa menjelaskan bagaimana dia melakukan suatu hal (keri mawashi salto melingkar 360⁰ di atas misalnya), tapi banyak juga atlet yang karir ke-atletan-nya biasa-biasa saja, namun sukses menjadi pelatih karena paham dengan prinsip dan teori.
Nah, Anda harus berada di tengah-tengah.
Kita semua mungkin bisa menjawab (dan menjelaskan) dengan mudah pertanyaan 'ringan' seperti kenapa saya harus memutar pinggul saya sewaktu memukul... (iya kan?). Tapi bagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan 'ekstrim' macam kenapa waktu memukul kepalan tangan harus horizontal dan bukan vertikal, kenapa kaki harus dibuka selebar bahu, kenapa lutut harus ditekuk 15-30⁰, kenapa waktu melakukan gyaku zuki kaki depan harus 'ditanam'? Kalau Anda tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut selain dengan jawaban "pokoknya harus begitu", saya jamin dojo Anda akan sepi
#3. Tawarkan diri menjadi 'korban' waza
Seperti yang sudah kita ketahui dari poin #2 di atas, untuk bisa menjadi seorang pelatih yang baik, kita harus paham teori dan prinsip. Dan tidak ada cara lain untuk memahami prinsip dari suatu waza (teknik) selain merasakan sendiri waza tersebut diaplikasikan pada diri kita sendiri.
#4. Banyak-banyaklah membaca
Pelajari sejarah seni beladiri Anda, dan kalau seni beladiri Anda berasal dari Jepang, ada baiknya Anda juga banyak membaca buku tentang budaya Jepang, belajar sedikit bahasa Jepang (supaya Anda bisa membedakan "geri" dengan "keri", tidak salah menuliskan "senpai" dengan "simpai"), dan sebagainya.
Kenapa? Karena pasti akan ada yang bertanya.
Anda tidak perlu menjadi yang paling hebat di dojo Anda, Anda hanya perlu menjadi lebih tahu daripada dohai (rekan latihan) dan kohai (junior) Anda. Jadi banyak-banyaklah membaca. Tidak hanya dari buku, Anda juga bisa mendapatkan banyak pengetahuan dengan mengikuti dan membaca blog termasuk blog saya ini ;D.
#5. Tingkatkan terus kemampuan Anda
Ikuti gashuku, penataran, sarasehan, seminar, atau apapun yang bisa menambah pengetahuan dan skill beladiri Anda. Jangan pernah berhenti berlatih, dan setinggi apapun tingkatan Anda tetap pertahankan pola pikir seorang pemula (shoshin) dalam diri Anda.
Jangan merasa sudah hebat, kita tidak lebih hebat dari para kohai kita, kita hanya lebih dulu belajar daripada mereka.
__________
Kalau disuruh memilih, saya lebih memilih untuk berlatih daripada melatih. Dan siapa bilang melatih itu tidak capek? Melatih justru lebih capek daripada berlatih (kecuali Anda melatih hanya dengan duduk ongkang-ongkang kaki di kursi dan cuman main perintah saja), belum lagi dengan tanggung jawab yang harus Anda pikul sebagai seorang pelatih.
Dan seperti halnya seorang guru, tugas kita tidak hanya mengajar atau melatih saja tetapi juga mendidik junior-junior kita. Karena itulah tujuan utama dari latihan seni beladiri, bukan untuk berkelahi tetapi untuk membentuk kepribadian dan akhlak yang baik.
Martial arts is not about fighting, it's about building character ~ Funakoshi Gichin
banyaklah membaca dan mau terus belajar ini yang penting banget
ReplyDeleteSetuju sekali M-Bio Porasi
Delete