Pariwara

Followers

ESRB: Sedikit Perkenalan dengan Sistem Rating Video Game

Posted by Yonatan Adi on 11:46 AM

Pernah mendengar berita tentang seorang bocah yang menembak nenek kandungnya sendiri? Seorang bocah berusia 8 tahun dari Lousiana yang tak disebutkan namanya, menembak kepala neneknya sendiri, Marie Smothers (90), setelah bermain salah satu judul video game yang memang dikenal sering menampilkan adegan kekerasan, "Grand Theft Auto" (GTA).

Dilaporkan bahwa anak itu sengaja menembak bagian belakang kepala Marie saat wanita tersebut sedang menonton televisi. Namun si bocah tidak akan menghadapi tuduhan, sebab usianya yang masih di bawah 10 tahun. Menurut hukum Lousiana, ia dibebaskan dari tanggung jawab pidana.

"Meskipun motif penembakan itu belum diketahui, namun pada saat ini pemeriksa telah mengungkap bahwa bocah ini bermain video game PlayStation 3, Grand Theft Auto IV, beberapa menit sebelum peristiwa ini terjadi. Permainan GTA ini sering menampilkan adegan kekerasan dan memberi poin setiap kali pemain membunuh orang," ungkap petugas departemen setempat, seperti dilansir Medical Daily, Senin (26/8/2013).

......... (*keluh*)

Lagi-lagi video game disalahkan.

Ngomongin tentang video game, Anda yang seorang gamer pasti tahu tentang ESRB bukan? Kalau tidak berarti Anda cuma gamer jadi-jadian ;p.

ESRB (kependekan dari Entertainment Software Rating Board) adalah organisasi non profit yang memberikan rating berdasarkan usia dan konten, panduan periklanan dan promosi, serta panduan privasi online untuk video game dan perangkat lunak hiburan lainnya yang berpusat di Kanada dan Amerika Serikat.

Everyone 10+, salah satu rating ESRB [Photo credit: ESRB]
ESRB didirikan pada tahun 1994 oleh Entertainment Software Association (sebelumnya bernama Interactive Digital Software Association). Salah satu alasan pendirian ESRB adalah adanya unsur kekerasan yang ditemukan di dalam game seperti "Doom" dan "Mortal Kombat".

ESRB telah menjadi sebuah standar karena adanya kerjasama antara ESA dengan industri video games--perusahaan pembuat konsol game tidak akan memberikan lisensi pada sebuah game untuk bisa dimainkan di konsolnya kalau game tersebut tidak mendapatkan rating dari ESRB.

Bagaimana proses pemberian rating ESRB?
Untuk mendapatkan rating dari ESRB, publisher game diharuskan untuk menyerahkan quisioner dan DVD berisi grafis (gambar serta video) serta konten yang "ekstrim" ke pihak ESRB, termasuk konten yang berhubungan dengan konteks dari game, storyline, reward system, unlockable, dan konten "tersembunyi" lainnya serta elemen-elemen lain yang mungkin akan mempengaruhi rating dari sebuah game. Publisher mungkin juga akan menyerahkan keseluruhan skrip (skenario, dialog, dsb) dan lirik lagu yang terdapat di dalam game tersebut.

Tiga orang rater kemudian akan memberikan rating yang sesuai untuk game tersebut berdasarkan materi yang dikirimkan oleh si publisher. Apabila publisher game tidak setuju dengan rating yang diberikan oleh pihak ESRB, publisher bisa meminta developer untuk mengedit gamenya dan menyerahkan kembali hasil revisi game tersebut untuk mendapatkan rating yang baru.

Rating ESRB
Rating ESRB dicantumkan sebagai ikon di kemasan dan juga materi promosi dari sebuah game. Rating ESRB terdiri atas tiga bagian yaitu:
  1. Kategori rating--menyarankan usia yang sesuai dengan konten game,
  2. Deskripsi konten, dan
  3. Elemen interaktif lainnya
Kategori rating 
Gambar dari commons.wikimedia.org
1. EC (Early Childhood)
Konten ditujukan untuk anak kecil berusia 3 tahun keatas, biasanya game yang mendapat rating ini bersifat edukasional.

2. E (Everyone)
Game yang mendapat rating ini dianggap berisi konten yang sesuai untuk semua umur. Mungkin berisi sedikit kekerasan yang biasa kita lihat dalam film kartun (misalnya karakter yang terlindas sesuatu namun bisa bangun lagi tanpa terlihat ada bekas luka sedikitpun), dan bahasa yang sedikit agak kasar. Sebelum tahun 1998, rating ini dikenal sebagai Kids to Adults (K-A).

3. E10+ (Everyone 10+)
Ditujukan untuk mereka yang berusia 10 tahun keatas, berisi kekerasan dan bahasa yang sama dengan rating E tetapi jumlahnya lebih banyak dan lebih sering. Mungkin berisi konten yang sedikit bersifat provokatif (perang, seks, kepercayaan, dsb) serta humor yang "kasar" dan asosiatif.

4. T (Teen)
Sesuai untuk usia 13 tahun keatas. Berisi konten kekerasan yang cukup banyak (dengan sedikit darah), humor yang kasar, serta tema yang bersifat provokatif.

5. M (Mature)
Mereka yang sudah berusia 17 tahun keatas baru diperbolehkan untuk memainkan game dengan rating M ini. Berisi kekerasan yang cukup intens termasuk darah dan mutilasi, nudity, serta penggunaan bahasa kasar seperti f**k, sh*t, dsb.

6. AO (Adult Only)
Sebagian besar game dengan rating ini berisi konten pornografi dan ditujukan untuk pemain berusia 18 tahun keatas.

7. RP (Rating Pending)
Digunakan untuk promosi dari sebuah game yang belum mendapatkan rating dari ESRB.

Lalu apa sih kegunaan dari sistem rating ini?
Setiap judul game mempunyai pangsa pasar serta target usia pengguna yang berbeda-beda. Karena itu, jangan hanya bisa menyalahkan sebuah game, orang tua-lah yang seharusnya lebih proaktif dengan ikut aktif menyeleksi game untuk putra-putrinya serta selalu mendampingi putra-putrinya saat bermain game. Game bukanlah "mainan anak kecil" yang bisa dimainkan sembarangan tanpa bimbingan dari orang tua. Game juga mempunyai sistem rating yang hampir sama dengan sistem rating pada sebuah film.

Mari kita lihat contoh diatas: GTA adalah game dengan rating M (mature), bagaimana bisa game dengan rating M yang seharusnya ditujukan untuk gamer berusia 17 tahun keatas dimainkan oleh seorang anak berusia 8 tahun? Inilah yang perlu diselidiki, bukan meng-kambing hitam-kan game-nya.

Kalau Anda adalah seorang gamer sekaligus orang tua, Anda pasti sudah memahami tentang ESRB ini. Tetapi bagi para orang tua yang bukan gamer, saya harap Anda lebih selektif lagi dalam memilihkan game untuk putra-putri Anda, dan yang penting selalu dampingi putra-putri Anda saat membeli serta bermain game sehingga kejadian seperti contoh di atas tidak akan terulang kembali.

Atau Anda juga bisa mengikutkan anak-anak Anda pada kegiatan lain seperti latihan seni beladiri misalnya. Dengan begitu putra-putri Anda tidak akan melulu menghabiskan waktu luangnya duduk diam di depan televisi (atau menggenggam konsol handheld-nya) dan asyik bermain game, tetapi anak Anda juga akan mendapatkan banyak manfaat positif dari latihan seni beladiri.

Semoga bermanfaat.


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 11:46 AM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB