Pariwara

Followers

Kebiasaan Buruk yang Menjadi Tren (bagian 2)

Posted by Yonatan Adi on 7:34 AM

Saat dalam perjalanan mudik beberapa hari yang lalu, saya menyaksikan kelakuan seseorang yang adalah sebuah kebiasaan buruk yang sebenarnya sudah sering saya lihat. Kebetulan saat itu saya mudik menggunakan kendaraan umum bus. 

Seorang ibu yang duduk di depan saya sepertinya sedang "balas dendam" setelah berpuasa satu bulan lamanya hehe. Ibu tersebut tidak berhenti nyemil sepanjang perjalanan. Yang saya permasalahkan bukan nyemilnya, tetapi apa yang ibu tersebut lakukan setelah nyemil. Ibu tersebut membuang bungkus makanan cemilannya begitu saja di bawah tempat duduknya. 

Anda pastinya juga pernah melihat pengemudi mobil atau pengendara motor yang membuang sampah atau puntung rokok di jalan bukan? Kalau pengendara motor sih masih bisa dimaklumi (meskipun tetap salah), tetapi pengemudi mobil? Bukankah seharusnya mereka bisa menyediakan asbak atau tempat sampah di dalam mobilnya? Beli mobil saja bisa masak beli asbak/tempat sampah nggak bisa 😒? 

Memang semboyan yang sering kita dengar dan kita lihat "Buanglah sampah pada tempatnya" sepertinya kurang tepat. Semboyan tersebut bisa "dimentahkan" dengan mudah.

"Kalau nggak ada tempat sampah gue buang sampah kemana? ya gue buang di sembarang tempat saja.", "Salah sendiri nggak nyediain tempat sampah, bukan salah saya buang sampah sembarangan wong nggak ada tempat sampah". Itulah yang sering dikatakan orang untuk membenarkan tindakannya membuang sampah di sembarang tempat. 

Seharusnya semboyan tersebut berbunyi: "Kebersihan adalah tanggung jawab kita masing-masing", dengan begitu setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan di sekitarnya.

Gambar dari pixabay.com
Sedihnya (ini menurut saya lho ya), ada atau nggak ada tempat sampah, kebanyakan dari kita tetap saja akan membuang sampah sembarangan.

Ada atau tidaknya tempat sampah bukanlah masalah utama di sini, yang menjadi masalah adalah pola pikir kita yang tidak peduli dan merasa tidak punya tanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita. Mungkin di lingkungan rumah kita sendiri kita masih mau menjaga kebersihan, tetapi di tempat-tempat yang tidak kita tinggali atau tempat-tempat yang "sekedar kita lewati" saja sebagian besar dari kita sama sekali tidak peduli dengan kebersihannya. 

Lihat saja di tempat-tempat umum seperti taman bermain, pantai, ataupun di tempat tujuan wisata lain setelah musim liburan usai, Anda akan menemukan banyak sekali sampah yang berserakan. Di tepi-tepi jalan yang dilalui oleh para pemudik Anda juga akan menemukan banyak sampah yang berserakan.

Bahkan di tempat pelaksanaan sholat Idul Fitri, setelah sholat Ied selesai, akan banyak kita lihat koran bekas yang dipakai sebagai alas yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya [hayo ngaku siapa yang nggak pernah melakukannya :-)]. Mereka lupa pada semboyan "Kebersihan adalah sebagian dari iman", mereka juga lupa (baca: tidak peduli) bahwa tindakan mereka itu akan merepotkan petugas kebersihan yang membersihkan tempat itu.

Mental "busuk" seperti itulah yang seharusnya diperbaiki. Ironisnya banyak orang tua yang justru membiarkan dan bahkan (entah sengaja atau tidak) mengajari anaknya membuang sampah sembarangan (saya pernah melihat seorang ibu yang mengajak anaknya saat ibu tersebut membuang sampah ke sungai dari sebuah jembatan).

Para orang tua jangan hanya fokus pada anaknya harus pinter ini lah, harus juara itu lah, tetapi melupakan perkembangan mental dan budi pekerti putra-putrinya. 

Seperti yang pernah saya tulis dalam postingan saya sebelumnya bahwa contoh yang buruk akan mudah sekali ditiru, apalagi oleh anak kecil yang alam bawah sadarnya relatif lebih mudah di akses daripada orang dewasa, contoh buruk tersebut akan mudah sekali tersugesti hingga ke alam bawah sadar mereka.

[Baca juga: Kebiasaan Buruk yang Menjadi Tren]

Membuang sampah memang terlihat seperti hal yang sangat "sepele", tetapi hal sepele seperti itulah yang bisa membuat maju sebuah negara.

Lihat saja Singapura, negara kecil yang tidak lebih besar dari Jabodetabek. Negara ini terkenal sebagai negara yang paling "bersih" tidak hanya secara harfiah (tidak ada sampah yang berserakan dimana-mana), tetapi juga bersih dari korupsi. Kedisiplinan warga negara Singapura untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat terbawa ke semua aspek kehidupan mereka. 

Inilah yang seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua. Jangan hanya fokus pada hal-hal yang besar dan menyepelekan hal-hal yang kecil. Ingat bahwa semua hal besar berawal dari hal yang kecil. Kalau kita ingin memperbaiki hal-hal yang besar, perbaiki dan benahi terlebih dulu hal-hal yang kecil.

Demikian halnya di dalam seni beladiri, kita hanya akan bisa menguasai waza/teknik yang rumit (hal yang besar) setelah kita menguasai hal yang 'kecil' seperti kihon, kamae, dan tai sabaki.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga bisa jadi bahan renungan.


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 7:34 AM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB