Pariwara

Followers

Kyudo, Seni Memanah Jepang

Posted by Yonatan Adi on 8:59 AM

Selain judo dan karate--yang sangat terkenal di seluruh dunia--Jepang juga merupakan rumah dari sekian puluh seni beladiri yang kurang dikenal oleh khalayak ramai, salah satunya adalah kyudo.

Secara harfiah berarti "jalan busur panah", kyudo berakar dari tradisi agama Shinto kuno yang menggunakan busur dan anak panah (baca: panahan) sebagai bagian dari ritual keagamaannya.

Kyudo (kanji: 弓道) berkembang dari seni perang kyujutsu yang dikuasai oleh para samurai pada jaman Edo (1603-1868) dimana panahan adalah salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh seorang samurai yang bahkan dianggap lebih penting daripada keahlian memainkan pedang. 

Penggunaan busur dan anak panah sebagai senjata jarak jauh di medan perang mulai tergusur pada tahun 1543 setelah Portugis memperkenalkan senapan matchlock ke Jepang. Karena posisi busur dan anak panah sebagai senjata telah tergantikan oleh senapan, keahlian memanah lama-kelamaan berubah menjadi suatu bentuk seni beladiri yang dikenal sebagai kyudo.
Photo credit: Aabh
Bagi sebagian besar praktisinya, kyudo lebih dianggap sebagai suatu bentuk seni pengembangan diri daripada olahraga kompetisi, hal ini dikarenakan perilaku dan martabat dari seorang kyudojin, sebutan bagi praktisi kyudo, dianggap lebih penting daripada kemampuan untuk bisa memanah tepat sasaran.

Sebelum, selama, dan sesudah menembakkan anak panah dari busurnya seorang kyudojin selalu mematuhi dan menjalankan dengan cermat langkah-langkah tertentu yang disebut dengan "shaho hassetsu" atau delapan langkah memanah. Mereka diharuskan melakukan ke-delapan langkah ini secara cermat dan berurutan:
  1. ashibumi --> mengatur posisi kaki dan telapak kaki
  2. dozukuri --> memperbaiki postur tubuh
  3. yugamae --> menyiapkan busur dan anak panah
  4. uchiokoshi --> mengangkat busur di atas kepala dan bersiap menarik tali busur
  5. hikiwake --> menarik tali busur
  6. kai --> tali busur tertarik maksimal, mengharmonisasikan tubuh dan jiwa sambil menunggu 'saat yang tepat' untuk menembak
  7. hanare --> melepaskan anak panah secara alami ketika 'saatnya' tiba
  8. zanshin --> tetap menjaga konsentrasi dan postur tubuh setelah menembak
Kai [Photo: "Kyudo practitioner" by Ignat Gorazd]
Dengan mengamalkan shaho hassetsu ini, kyudo melatih tubuh dan jiwa praktisinya dengan cara belajar untuk fokus pada proses menembakkan anak panah dengan ma ai atau timing yang tepat.

Meskipun begitu, kyudo bertujuan untuk mengembangkan karakter praktisinya tidak hanya dalam hal panah-memanah saja tetapi juga dalam hidup keseharian mereka. Dan seperti halnya seni beladiri yang lain, kyudo juga mengajarkan kepada praktisinya untuk sebisa mungkin menghindari konflik dan kekerasan.

Di dalam kyudo--seperti halnya seni beladiri modern Jepang yang lain--juga terdapat tingkatan kyu dan dan walaupun kyudo tidak memakai sabuk berwarna ataupun tanda tingkatan seperti seni beladiri lain.

Tidak berbeda dengan olahraga panahan, kyudojin juga berlatih untuk dapat menembak sasaran dengan tepat. Target atau sasaran panah dalam kyudo biasanya berdiameter 38 sentimeter dan diletakkan pada jarak sekitar 28 meter dari tempat kyudojin menembakkan anak panahnya. Tetapi berbeda dengan kompetisi panahan, dalam kompetisi kyudo nilai didasarkan pada seberapa banyak anak panah yang mengenai target, bukan dari seberapa dekat anak panah dengan pusat target.

Secara tradisi, busur dan anak panah dalam kyudo biasanya terbuat dari bambu--walaupun sekarang ada juga busur yang dibuat dari fiberglass dan anak panah yang terbuat dari aluminium. Yumi atau busur panah Jepang memiliki ukuran panjang 221 sentimeter, lebih panjang 60 sentimeter daripada busur panah barat yang berukuran panjang 160 sentimeter.

Kalau di olahraga panahan busur hanyalah sebagai perlengkapan untuk latihan dan atau pertandingan, busur panah dalam kyudo memiliki nilai filosofis tersendiri. Busur panah ini--sesuai dengan akarnya sebagai instrumen dalam ritual keagamaan--harus diperlakukan dengan hormat. Menginjak atau melangkahi busur panah yang diletakkan di lantai dianggap sebagai sesuatu yang sangat tidak sopan. Memegang apalagi menggunakan busur panah milik orang lain tanpa se-ijin si empunya juga adalah suatu hal yang tabu.

Sama dengan seni beladiri yang lain, kyudo pun memiliki berbagai dasar filosofi. Filosofi utama kyudo bisa dirangkum dalam tiga kata yaitu 'kebenaran - kebaikan - keindahan' (shin - zen - bi) dimana 'kebenaran' berkaitan dengan proses menembakkan anak panah yang didasari oleh pikiran yang jernih, 'kebaikan' berkaitan dengan karakter seorang kyudojin, dan 'keindahan' berkaitan dengan etika dan keanggunan kyudo.

Sebagian orang menganggap kyudo sebagai bagian dari ritual keagamaan sedangkan sebagian yang lain menganggapnya sebagai suatu bentuk keahlian memanah, tetapi yang jelas filosofi dan adanya unsur tradisi (salah satunya shaho hassetsu) inilah yang membedakan kyudo dengan olahraga panahan yang lain.




Sumber:


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 8:59 AM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB